Sistem Sosial Masyarakat GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Antonius P. Manalu : Perkembangan Agama Katolik Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Di Lintongnihuta 1937 – 1985, 2010. sehari hari. Lambat laun partukkoan ini berubah fungsi menjadi tempat pertemuan antara penjual dan pembeli dalam melakukan hubungan jual beli. Biasanya di Lintongnihuta hari pekan dilakukan sekali dalam seminggu yaitu pada hari Senin.

2.4 Sistem Sosial Masyarakat

Masyarakat Batak Toba menganut sistem kekerabatan berdasarkan patrilineal, yaitu berdasarkan garis keturunan ayah. Kelompok kekerabatan berdasarkan satu ayah disebut dengan sa ama, sedangkan kelompok kekerabatan berdasarkan satu nenek moyang disebut sa Ompu dan kelompok kekerabatan yang mencakup kedua duanya sa ama dan sa ompu disebut dengan sa panganan 17 Perasaan senasib dan sepenanggungan masih terdapat dalam masyarakat di Lintongnihuta, tetapi hal itu terbatas pada aktivitas yang berkaitan dengan kematian, kecelakaan, dan musibah. Penggunaan istilah kekerabatan ada dua macam yaitu istilah untuk menyapa term of address dan istilah untuk menyebut seseorang, . Kelompok batih disebut ripe yang juga merupakan kelompok kekerabatan terkecil. Istilah ripe dapat juga dipakai untuk menyebutkan keluarga luas Patrilokal. Kelompok kekerabatan yang berdasarkan tempat tinggal teritorial yang disebut sapanjouan. Sa ompu dapat disebut klen kecil, tetapi istilah ini dipakai juga untuk menyebutkan kerabat yang terikat dalam satu nenek moyang. Anak laki laki mempunyai kedudukan yang penting dalam keluarga karena laki laki adalah penerus silsilah atau tarombo sesuai dengan sistem kekerabatan patrilineal. 16 Ibid., hal.52. 17 T. M Sihombing, Filasafat Batak, Jakarta: Balai Pustaka, 2000., hal.11. Antonius P. Manalu : Perkembangan Agama Katolik Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Di Lintongnihuta 1937 – 1985, 2010. misalnya untuk menyebut nama panggilan seseorang term of reference 18 1. perbedaan tingkat umur dan status kawin . Pada umumnya ada tiga stratifikasi sosial dalam masyarakat Batak Toba dalam kehidupan sehari hari yang didasarkan atas: 2. perbedaan tingkat keaslian 3. perbedaan pangkat dan jabatan. Di kalangan masyarakat di daerah Lintongnihuta, prinsip yang pertama dan kedua sangat kelihatan. Stratifikasi sosial berdasarkan perbedaan umur dan status kawin kelihatan dalam pelaksanaan upacara adat serta urusan kekerabatan lainnya. Dalam hal mengambul keputusan maka yang berhak adalah orangtua dan yang telah kawin. Anak anak muda atau orang yang belum kawin hanya berfungsi sebagai tenaga pelaksana parhobas . Demikian halnya stratifikasi sosial berdasarkan keaslian, kelihatan perbedaan antara marga tanah dan marga boru. Marga tanah yang dimaksud adalah marga marga yang pertama membuka permukiman di daerah ini, sedangkan marga boru merupakan marga marga yang datang di daerah ini karena perkawinan maupun karena pekerjaan. Hak untuk memiliki tanah menjadi pempinan desa, menerima jambar 19 18 Sitor Situmorang, Op-Cit., hal.54. 19 Jambar merupakan imbalan dalam bentuk daging maupun dalam bentuk uang yang diberikan kepada anggota masyarakat yang hadir dalam pesta. pada umumnya masih dipercayakan kepada marga tanah. Jika marga boru ingin memiliki atau menjual sebidang tanah, maka harus terlebih dahulu meminta izin kepada marga tanah. Antonius P. Manalu : Perkembangan Agama Katolik Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Di Lintongnihuta 1937 – 1985, 2010. Hubungan antara marga tanah dan marga boru di Lintongnihuta dipererat dengan falsafah Dalihan Natolu. Pelaksanaan segala kegiatan terutama yang berhubungan dengan acara pesta adat harus berpedoman dengan falsafah tersebut. Pelaksana operasional adalah pihak boru, mereka ini harus rela berkorban demikesuksesan pesta. Kelompok marga tanah bertindak sebagai hula hula. Upacara adat dilaksanakan untuk mencapai tujuan yaitu: hagabeon banyak keturunan, hamoraon banyak kekayaan, dan hasangapon kemuliaan. Dalihan Natolu Tungku nan Tiga bagi masyarakat Batak Toba merupakan ciri khas dalam kesatuan hubungan kekeluargaan. Dalam dalihan Natolu terdapat tiga unsur kekeluargaan yang saling berhubungan yaitu: 2. Hula hula keluarga pemberi istri 3. Dongan sabutuha teman semarga 4. Boru keluarga dari penerima istri. Unsur Hula hula dalam masyarakat Batak Toba harus selalu dihormati, karena ada anggapan bahwa hula hula adalah Debata na niida allah yang nampak sehingga dalam perbuatan dan tindakan harus hati hati. Pihak hula hula selalu memberikan berkat dan nasehat kepada pihak paranak penerima istri dengan memberikan ulos. Unsur dongan sabutuha yaitu mereka yang berasal dari satu marga yang satu penanggungan, satu perasaan dalam memikul beban secara bersama sama terutama dalam upacara adat. Dalam kehidupan sehari hari namardongan tubu harus saling menjaga dan jangan sampai tersinggung karena dongan Sabutuha teman untuk Antonius P. Manalu : Perkembangan Agama Katolik Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Di Lintongnihuta 1937 – 1985, 2010. berdiskusi dalam kegiatan sehari hari. Sedangkan unsur Boru yaitu kelompok yang terdiri dari penerima istri 20 adalah dalam upacara adat, baik dalam upacara adat perkawinan maupun upacara adat orang meninggal . Aktivitas dalihan Natolu yang sangat nampak dalam masyarakat Batak Toba 21 Dalihan Natolu memegang peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat Batak Toba dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari hari sejak lahir hingga akhir hayatnya . Ketiga unsur Dalihan Natolu mempunyai peran masing masing. Baik upacara adat perkawinan maupum upacara orang meninggal, pihak Hula hula merupakan pemberi Umpasa nasehat dan berkah kepada mempelai dan keluarganya dengan memberikan ulos sebagai simbol, dan dongan Sabutaha sebagai Paniroi pembimbing dan bertindak dalam mengatur jalannya pesta, sedangkan Boru disebut sebagai Parhobas pelayan yang mengatur segala perlengkapan perlengkapan upacara pesta. Demikian juga halnya dengan upacara adat orang meninggal. 22 20 Hasil wawancara dengan bapak Ramidin Sirait tanggal 19 Juli 2009 pukul 13.00 Wib. 21 T.M Sihombing, Op-Cit., hal.18. 22 Ibid., hal.24. . Dalihan Natolu adalah falsafah hidup dan pundasi yang kukuh dalanm hubungan sosial dan dalam interaksi hubungan biasa maupun hubungan kekeluargaan. Berdasarkan Dalihan Natolu orang orang Batak Toba dapat dengan segera mengetahui status, fungsi dan sikap sosialnya. Dalihan Natolu berhubungan juga dengan kepercayaan. Simbol simbol konsep kepercayaan masyarakat Batak Toba disesuaikan dengan Dalihan Natolu. Masyarakat Antonius P. Manalu : Perkembangan Agama Katolik Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Di Lintongnihuta 1937 – 1985, 2010. Batak Toba mempercayai Debata Mulajadi Nabolon sebagai Pencipta yang Maha Kuasa yang disebut juga dengan Debata Natolu dengan wujud pancaran kuasanya meliputi kebijakan, kebenaran dan kekuatan 23 23 Ibid., hal.41. . Wujud pancaran kuasa Debata Mulajadi Nabolon diwujudkan dalam kehidupan masyarakat Batak Toba yaitu hula hula sebagai wujud kebijakan, Dongan Sabutuha sebagai wujud kebenaran, boru sebagai wujud kekuatan. Semua yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat Batak Toba akan terlaksana dengan baik apabila berlangsung sesuai dengan Dalihan Natolu. Antonius P. Manalu : Perkembangan Agama Katolik Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Di Lintongnihuta 1937 – 1985, 2010.

BAB III TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA AGAMA KATOLIK