Pemakaman Akdar Rubath Tarim

Habsyi, begitu selanjutnya berdatangan para pelajar, baik dari Hadhramaut sendiri maupun dari luar Hadhramaut bahkan dari luar negeri Yaman, hingga dari berbagai penjuru dunia. Mufthi Dhiyar al-Hadramiyah al-Imam al-Habib Abdurrahman bin Muhmmad al- Masyhur, 31 merupakan pengasuh pertama Rubath Tarim. Beliau lahir di kota Tarim tahun 1250 H. Beliau mengasuh Rubath Tarim hingga tahun 1320 H, dengan dibantu ulama-ulama lain yang ada pada masa itu. Kemudian dilanjutkan oleh al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur, lahir di kota Tarim pada tahun 1274 H. Beliau mengasuh Rubath Tarim sejak wafatnya sang ayah yakni al-Habib Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur, hingga tahun 1344 H ketika beliau berpulang ke rahmatullah pada tahun itu pada tanggal 9 Syawal. Al-Habib Abdullah bin Umar asy-Syatiri, 32 yang kemudian diberi mandat oleh pemuka kota Tarim untuk menjadi pengasuh ketiga yang semula menjadi wakil al- Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur sejak tahun 1341 H, jika beliau berhalangan dan telah menjadi pengajar di Rubath Tarim sejak datang dari kota Mekkah pada tahun 1314 H. Dan di lanjutkan al-Habib Mahdi bin Abdullah bin Umar asy-Syatiri sebagai pengasuh keempat, al-Habib Hasan bin Abdullah bin Abdullah bin Umar asy-Syatiri sebagai pengasuh kelima, dan yang terakhir atau sampai saat ini al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar asy-Syatiri. 31 Penulis Kitab Bugyatul Mustarsyidin. 32 Lahir di Kota Tarim pada bulan Ramadhan tahun 1290 H. Sejak berdiri hingga sekarang atau sekitar kurang lebih 125 tahun, pengajian di Rubath Tarim dilaksnakan dengan sistem halaqah yang dibimbing oleh para masyaikh. 33 Klasifikasi ini disesuaikan dengan tingkatan masing-masing pelajar. Tiap halaqah mengkaji disiplin keilmuan. Tak kurang dilaksanakan dengan sistem halaqah sejak pagi hingga malam mengkaji ilmu-ilmu agama dan diikuti oleh para pelajar dengan disiplin dan khidmat. 2. Darul Musthafa Darul Musthafa merupaka sebuah bukti benteng Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah dengan madzhab Syafi’I di negeri Yaman. Dari Darul Musthafa inilah telah bermunculan kader da’i-da’I muda yang berdakwah dengan mengusung semboyan bil hikmah wal mauidzah hasanah ‘ala Thariqah Ba’alawi. 34 Darul Musthafa yamg terletak di Kota Tarim, Hadhramaut ini, didirikan oleh seorang habib muda yang memiliki semangat dakwah tinggi, yaitu al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Darul Musthafa ini mula-mula berdiri pada akhir tahun 1414 H yang bertepatan dengan tahun 1993 M di belakang kediaman al- Habib Umar bin Hafidz di kota Tarim, Hadhramaut. Al-Habib Umar menyewa sebuah rumah di bagian belakang rumah miliknya untuk menampung sekitar 35 murid. Awal mulanya, murid itu terdiri dari lima murid yang berasal dari Yaman dan selebihnya berasal dari Indonesia, diantaranya al-Habib Jindan bin Novel bin 33 Bentuk jama dari syeikh, yang berarti guru-guru. 34 Dengan santun dan bijak, serta berjalan di atas Thariqah Alawiyah. Jindan, 35 al-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa, 36 serta masih banyak lagi angkatan pertama yang berasal dari Indonesia. Para murid yang berasal dari Indonesia tersebut belajar di Darul Musthafa atas kehendak dan permintaan al-Habib Umar sendiri ketika ia berkunjung ke Indonesia pada kali pertama atas undangan al-Habib Anis bin Alwi bin Ali al-Habsyi, di Solo. Setelah beberapa persyaratan dipenuhi, para santri awal dari Indonesia tersebut berangkat ke Tarim pada sekitar awal tahun 1994 M. Menginjak delapan bulan belajar di Darul Musthafa, terjadi peperangan antara Yaman Utara dan Yaman Selatan. Meskipun begitu, para santri Darul Musthafa tetap tekun belajar dalam kesederhanaan. Al-Habib Umar pun tetap mengajar para muridnya mulai pagi hingga larut malam. Makanan yang dimakan al-Habib Umar dan keluarganya sama dengan apa yang dimakan oleh murid-muridnya. Pada waktu itu memang betul-betul hidup penuh kesederhanaan. Bahkan saat itu tidak ada aliran listrik. Mereka belajar dengan menggunakan penerangan lampu ala kadarnya. Setelah jumlah murid bertambah, ruangan yang digunakan untuk belajar pun tidak mencukupi. Sehingga kemudian para murid pun dipindahkan ke masjid at-Taqwa yang letaknya tidak jauh dari rumah al-Habib Umar bin Hafidz. Dengan bertambahnya murid yang ingin belajar ke al-Habib Umar, maka dipindahkan ke 35 Da’I muda yang memiliki mobilitas tinggi dalam berdakwah dan sebagai pengasuh pesantren al-Fachiriyyah al-Habib Salim bin Jindan, Ciledug, Tangerang. 36 Pengasuh Majelis Rasulullah Saw, Jakarta. masjid Maula Aidid, hingga pesantren Darul Musthafa yang indah nan megah itu selesai dibangun pada tahun 1417 H yang bertepatan pada bulan Mei 1997 M. 37 Metode pendidikan di Darul Musthafa tidak jauh berbeda dengan sistem pendidikan pesantren salaf yang berada di Indonesia pada umumnya. Hanya saja ada beberapa inovasi yang berbeda untuk mencapai efisiensi pendidikan. Salah satunya adalah pembelajaran tentang Thariqah Alawiyah. Dalam pesantren ini para murid belajar kitab-kitab fikih, tarikh, nahwu, akidah, tahfidz Al- Qur’an, tafsir, matan, hadits, serta tasawuf. Perlu diketahui bahwa di Darul Musthafa ini dakwah keluar lebih ditekankan kepada setiap muridnya. Lama belajar setiap murid rata-rata selama empat tahun, tanpa menganut sistem kenaikan kelas. Para murid belajar secara berjenjang dengan cara memahami beberapa kitab dibawah bimbingan para guru pengajar yang ahli dan memiliki sanad keilmuan yang dapat dipertanggung jawabkan. Setelah diuji dan lulus, mereka baru bisa melanjutkan ke kitab yang lebih sulit, jika tidak lulus dalam ujian, maka harus mengulanginya kembali.

3. Universitas al-Ahgaff

Universitas al-Ahgaff didirikan oleh al-Habib Mahfuz bin Abdullah al-Haddad dan resmi berdiri serta mulai membuka proses pendidikannya setelah mendapatkan izin resmi dari pemerintah Yaman melalui ketetapan Menteri Pendidikan Yaman 37 Abdurrahman Baraqbah. Hadhramaut Bumi Sejuta Wali. Surabaya: Data Mustafa Press, h. 179. nomor 05 tahun 1994 M. dan telah terdaftar sebagai anggota persatuan universitas Arab. 38 Dan sebagai pimpinan atau rector Universita al-Ahgaff yang sekarang adalah Prof. Dr. al-Habib Abdullah Baharun. Universitas al-Ahgaff berpusat di kota Mukalla, Ibu kota provinsi Hadhramaut. Metode pengajaran yang diterapkan oleh Universitas al-Ahgaff selama ini adalah sistem semester, jenjang pendidikan yang terdiri dari sepuluh semester dan bisa ditempuh minimal lima tahun dan maksimal selama tujuh tahun untuk Fakultas Syariah Wal Qanun, Fakultas Sastra. Serta Fakultas kajian Islam dan delapan tahun untuk Fakultas Tekhnik, Fakultas Ekonomi, serta Fakultas Ilmu dan Tekhnologi. Waktu kuliahnya adalah setiap hari selain hari Jum’at. Dimulai pukul delapan pagi sampai jam satu siang dari paket mata kuliah yang sudah ditentukan oleh pihak kuliah. Dan terkadang jadwal kuliah membengkak sampai sore hari atau malam hari menurut kondisi. 38 Ittihad al-Jami al-Arabiyyah. 27 BAB III DIASPORA ULAMA HADHRAMI

A. Diaspora Ulama Hadhrami : Suatu Penjelasan Umum

Diaspora adalah persebaran bangsa atau etnis ke berbagai dunia, dan perkembangannya yang di hasilkan karena penyebaran dan budaya. 1 Diaspora Arab lebih khusus lagi Hadhrami telah menjadi bidang kajian sangat menarik. Dalam satu dasawarsa terakhir, sejumlah karya disertasi maupun artikel telah ditulis untuk menyoroti pergumulan komunitas ini di negara-negara tempat mereka mengembara. Bangsa yang baik adalah bangsa yang punya tradisi tulis-menulis diantaranya, tradisi menulis silsilah, wilayah yang pernah mereka datangi dan sebagainya yang kuat. Hadhrami, salah satu suku dari bangsa Arab, merupakan sebuah suku yang mempunyai tradisi tersebut. Karena Hadhrami memiliki hal tersebut, orang-orang zaman sekarang mudah untuk mengetahui identitas nenek moyang mereka. Oleh karenanya, kita dapat mengetahui rekam jejak sejarah orang-orang Hadhrami yang melakukan diaspora. Dari tradisi tulis-menulis tersebut paling tidak dapat mengetahui alasan detail mereka melakukan diaspora. misalnya ketika para Hadhrami terpaksa meninggalkan tanah air mereka yang mana tanah yang miskin dan 1 Diaspora Lihat Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI, ed.3, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, h. 342. gersang menjadi alasan kuat mereka pindah untuk mencari keberuntungan di kawasan Samudera Hindia yang lebih luas dan subur. Begitu pula dengan sayyid keturunan Nabi Muhammad, 2 mereka juga termasuk yang ikut melakukan disapora. Nantinya para imigran ini banyak yang menjadi pedagang, beberapa guru agama ulama dan ahli hukum, lainnya menjadi tentara bayaran, beberapa bahkan mendirikan dinasti lokal melalui perkawinan. Para imigran Hadhrami tersebut biasanya bepergian ke wilayah baru tanpa istri dan seringkali menikahi perempuan pribumi dimana mereka tinggal. 3 Keturunan mereka dikenal sebagai muwwalad istilah dalam bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari walada atau lahir, kalimat ini memiliki bentuk pelaku walad yang artinya anak sedangkan bentuknya jamaknya adalah awlad atau anak-anak, istilah yang juga diterapkan pada setiap Hadhrami yang lahir di luar negeri. 4 Terlepas dari hal diatas, penting untuk dipahami bagaimana awalnya para Sayyid bermigrasi dari Kota Tarim, yang awalnya dipelopori Sayyid Ahmad bin Isa Al Muhajir. Ia beserta pengikutnya, datang dari Iraq dan mendirikan Rubath di Kota Tarim. Kehadiran keturunan Nabi Muhammad di Kota Tarim tentu saja tidak terlepas dari latar belakang sejarah hidup mereka, yang akhirnya membawa mereka untuk 2 Di Hadhramaut, kata Syarif sering digunakan sebagai kata sifat dengan makna „agung‟. Dalam pengertian itulah kata itu ditambahkan pada gelar Sayyid, yaitu as-Sayid asy-Syarif atau „sayyid yang agung‟. Kata sifat itu tidak ada kaitannya dengan gelar Syarif. Lihat L.W.C van den Berg. Orang Arab di Nusantara. Jakarta : Komunitas Bambu, 2010, h. 33. 3 Para pendatang Sayyid yang datang dari Hadhramaut menikah dengan perempuan lokal. Lihat Ho, Engseng, The Graves of Tarim: Genealogy and Mobility Across the Indian Ocean. Berkeley : University California Press. 2006, h. 235. 4 Gavin, R. J. Aden under British rule, 1839 –1967. London: Hurst. 1975, h. 198