Sistematika Penulisan DIASPORA ULAMA YAMAN DI MEKKAH-MADINAH PADA ABAD 20
terutama Moskat, Dzafar dan Aden serta perdagangan dengan Bangsa Eropa dan bangsa-bangsa lainnya. Kota Syibam merupakan salah satu kota penting di negeri
itu.
6
Di kota ini terdapat lebih dari 500 bangunan rumah yang dibangun rapat, bertingkat empat atau lima.
7
Kota tua ini telah menjadi ibukota Hadhramaut sejak jatuhnya Syabwah pada abad ke-3 H sampai abad ke-16 H. karena di bangunnya wadi
atau lembah yang agak tinggi, kota ini rentan terhadap banjir, seperti yang dialaminya pada tahun 1532 M dan 1533 M.
Kota-kota besar di sebelah Timur Syibam yang merupakan ibukota Hadhramaut ini adalah Ghurfah, Seiwun, Taribah, Gharaf, al-Sawari, Tarim, Inat dan Qasam.
Seiwun merupakan kota terpenting di Hadhramaut pada abad ke-19 H, kota terbesar ini yang terletak 320 km dari Mukalla, Seiwun juga
sering dijuluki ‘Kota Sejuta Pohon Kurma’. Hal ini dikarenakan luasnya perkebunan kurma yang terdapat di
sekitarnya. Kota Tarim terletak sekitar 35 km di Timur Kota Seiwun. Di satu sisi kota ini terlindungi oleh bukit-bukit batu terjal, di sisi lain dikelilingi oleh perkebunan
kurma. Sejak dahulu Tarim merupakan pusat Madzhab Syafi’i. Antara abad ke-17
dan abad ke-19 telah terdapat lebih dari 365 masjid. Kota Tarim atau biasa dibaca Trim termasuk kota lama.
Nama Tarim menurut satu riwayat diambil dari nama seorang raja yang bernama Tarim bin Hadhramaut. Dia diyakini hidup tiga ribu tahun sebelum agama Islam
diwahyukan. Kota tersebut juga disebut dengan Tarim al-Ghanna atau Kota Tarim
6
Syibam merupakan kota Arab terkenal yang di bangun menurut gaya tradisional.
7
Orang Barat menjulukinya ‘Manhattan of the Desert’.
yang rindang, dikarenakan banyaknya pepohonan dan sungai. Kota tersebut juga dikenal dengan Kota ash-Shiddiq. Hal ini karena gubernurnya Ziyad bin Lubaid al-
Anshari ra ketika menyeru untuk membai’at Sayyidina Abubakar ash-Shiddiq ra sebagai khalifah. Maka penduduk Tarim adalah yang pertama mendukungnya dan
tidak ada seorang pun yang membantahnya. Hingga pada waktu itu, Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq ra mendoakan penduduk Kota Tarim dengan tiga doa yang
masyhur: Doa pertama, agar kota tersebut makmur. Doa kedua, agar airnya melimpah dan berkah. Doa ketiga, agar Kota Tarim ini dihuni oleh banyak orang-orang saleh.
Oleh karena itu, Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Ba’abad berkata bahwa Sayyidina Abu Bakar ash-
Shiddiq akan memberikan syafa’at kepada penduduk Tarim secara khusus.
8
Menurut catatan kitab al-Ghurar yang dikarang oleh Syeikh Muhammad bin Ali bin Alwi Khirid,
keluarga Ba’alawi pindah dari Desa Bait Jubair ke Kota Tarim sekitar tahun 521 H.
9
Setelah kepindahan mereka, Kota Tarim dikenal dengan kota budaya dan ilmu. Diperkirakan, pada waktu itu ada sekitar 300 orang ahli fiqih,
bahkan pada barisan yang pertama di Masjid Agung Kota Tarim dipenuhi oleh ulama fiqih. Adapun orang yang pertama dari keluarga Ba’alawi yang hijrah ke Kota Tarim
adalah Syeikh Ali bin Alwi Khali Qasam dan saudaranya Syeikh Salim, kemudian disusul oleh keluarga pamannya yaitu Bani Jadid dan Bani Basri.
10
Diceritakan Kota Tarim terdapat tiga keberkahan : pertama, keberkahan pada setiap masjidnya, kedua,
8
Al-Syilli, al-Masra al-Rawi, h. 252.
9
Al-Syilli, hal. 251. Pada kitab al-Ghuror halaman 70, tertulis tahun 521 H.
10
Al-Khirid, al-Ghuror, hal. 77.
keberkahan pada tanahnya, ketiga, keberkahan pada pegunungannya. Keberkahan masjid itu bisa dilihat dari banyak ulama yang lahir dari kota tersebut.
11
Selain itu, Kota Tarim juga terkenal dengan banyaknya orang saleh. Bahkan bukan menjadi keanehan apabila seorang penyapu jalanan di Hadhramaut telah
menghafal al- Qur’an 30 juz. Telah dijelaskan dibeberapa kitab klasik, diantaranya
Kitab Qiladatun an- Nahri fii Wayaat A’ya an-Naddhari, karya al-‘Allamah asy-
Syeikh Muhammad Thayyib Abu Mahramah ra mengatakan : “Ketika Imam al-
Muhajir sampai ke Hadhramaut, mereka mengakui keagungan al-Imam Muhajir ra serta kemuliannya. Sedangkan di Kota Tarim pada saat itu tidak kurang dari 300
mufti.
12
Maka tidak mengherankan jika pada saat itu, tepatnya mulai tahun 461 H, Kota Tarim yang subur, semakin semarak dan bersinar dengan cahaya ilmu, sehingga
banyak berdatangan pelajar dari berbagai penjuru dunia ataupun orang yang sekedar berziarah memperoleh berkah. Sehingga, muncul pengakuan dari berbagai pihak,
Kota Tarim dikenal sebagai tempat tinggal as-Saadah al- ‘Alawiyin, diantaranya
adalah Assegaf, al-Aydrud, al-bin Syihab, al-Haddad, asy-Syathiri, al-Attas, al Muhdhar, bin Hafidz, al-Habsyi, bin Smith dan lain sebagainya.
Bangunan-bangunan di Kota Tarim penuh dengan seni. Yang lebih mengagumkan adalah, mereka membangun rumah tanpa menggunakan bahan-bahan layaknya
sebuah bangunan kokoh. Mereka cukup menggunakan bahan baku tanah liat dan
11
Al-Syilli, al-Masra al-Rawi, h. 262.
12
Ulama yang memilik hak prerogative untuk mengeluarkan fatwa-fatwa keagamaan.