2. Macam-macam Phobia
Phobia sebagai perilaku yang irasional dialami oleh sebagian orang pada umumnya  berdampak  pada  terganggu  dan  terhambatnya  perkembangan
kepribadian dan sosialisasi sehingga tidak mampu beraktivitas secara maksimal, bila  hal  ini  tidak  mendapat  perhatian  tentu  saja  akan  terjadi  penderitaan  yang
berlarut-larut,  bukan  saja  terhadap  penderita  phobia  itu  sendiri  tetapi menyangkut  juga  orang  banyak  disekitarnya.  Adapun  macam-macam  phobia
yang cenderung banyak terjadi dan beberapa macam sumber ketakutan menurut David Lewis adalah sebagai berikut :
1. Ketakutan akan air Hydrophobia
2. Ketakutan akan air mani Spematophobia
3. Ketakutan akan angka 13 Triskaidekaphobia
4. Ketakutanakan anjing Sino phobia
5. Ketakutan akan api Fir phobia
6. Ketakutan akan aurat wanita Europhobia
7. Ketakutan akan benda suci Hierophobia
8. Ketakutan akan benta tinggi Batophobia
9. Ketakutan akan berpergian Homophobia
10. Ketakutan akan binatang Zoophobia.
35
Bentuk-bentuk  dan  macam  sumber  phobia  menunjukkan  beragam  dan
banyak  jenis  phobia  yang  dapat  diderita  oleh  orang  disekitarnya.  Hal  ini  tentu mendorong  untuk  mengarahkan  agar  penderita  phobia  agar  bersikap  dan
berperilaku seperti yang diharapkan melalui bimbingan serta tuntutan yang dapat membantu  penderita  phobia  agar  sembuh  dan  terhindar  phobia  yang
berkepanjangan  sehingga  dapat  berperilaku  wajar  dan  normal  sesuai  dengan norma dan  nilai  yang  berkembang di  masyarakat. Dengan  mengetahui  berbagai
35
Davis Lewis 1987, op cit. h. 6.
jenis phobia diharapkan mampu menggolongkan jenis phobia yang diderita oleh salah satu anggota keluarga.
3. Penyebab Timbulnya Phobia
Linda L Dovidoff menyatakan pandangan modern mengenai phobia yang diterima oleh kebanyakan spesialis dan didukung oleh banyak bukti klinis
maupun riset, ialah bahwa hal itu diakibatkan oleh proses pembelajaran yang patut disayangkan namun seluruhnya normal.
36
Phobia tercipta dari pengkondisian akan situasi seperti yang telah diuraikan di atas, diungkapkan lebih jelas penyebab timbulnya phobia,
”ketakutan dapat timbul berdasarkan penciptaan situasi responden sedemikian rupa ketika rangsangan netral sebelumnya dihubungkan dengan obyek-obyek
yang menimbulkan kecemasan”.
37
. Dari  teori yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa salah satu penyebab phobia adalah melalui proses pembelajaran
dari pengkondisian perilaku atau situasi tertentu sehingga akan dapat perilaku yang cenderung mengalami kecemasan dan ketakutan.
Sementara itu David Lewis dalam bukunya “Taklukkan Phobia Anda” mencoba menjelaskan penyebab phobia dengan menggunakan konsep SHCI, Hal
ini dilakukan agar lebih mudah menjelaskan terjadinya phobia. S adalah Stimulus, C adalah keCemasan, H adalah pengHindaran, dan I adalah
Imbalan. Contohnya sebagai berikut, jika seseorang menderita phobia Sinophobia ketakutan pada Anjing binatang anjing adalah pencetusnya atau
stimulusnya S yang mengakibatkan keCemasan C ditandai dengan perasaan gemetar, jantung berdebar keras dan takut luar biasa, lalu muncullah kebutuhan
akan pengHindaran H terhadap Anjing tersebut dengan menjauhkan diri atau mencoba menghindarinya dengan berlari, hal ini membawanya pada peredaan
ketakutan yang memberikan sang phobic Imbalan I yaitu merasa aman dari jangkauan anjing, segala reaksi phobic berkembang sebagai akibat urutan
peristiwa yang sama, oleh karena itu SHCI melengkapi perangkat pembentukan penghambat psikologis yang menjadi sumber phobia sehingga seseorang
mengalami ketakutan yang cenderung menetap.
38
36
Linda L Dovidoff 1991,  loc. cit. h. 277.
37
Ibid., h. 228.
38
David Lewis 1987, op. cit. 26.
Para ahli psikologi aliran Behavioral berpendapat bahwa penyebab phobia adalah proses pembelajaran terhadap situasi tertentu seperti yang
diungkapkan sebelumnya dihalaman atas, lain halnya dengan pandangan aliran psikoanalisa mengenai penyebab phobia seperti yang diungkap pada contoh
berikut oleh seorang tokoh psikoanalisa Sigmund Freud “Hans seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, sangat ketakutan kalau-kalau ia diterjang seekor kuda
sehingga sama sekali tidak berani bermain di luar rumah. Freud melakukan pengamatan terhadap perilaku Ayah Hans, lalu menganalisis perilaku Hans.
Beliau menemukan bahwa anak tersebut sangat mencintai ibunya, dan menginginkan kasih sayang ibunya secara berlebihan, dan amat khawatir kalau-
kalau saingannya yaitu ayahnya akan menghalangi hasratnya dengan cara menjauhkan dirinya dari ibunya. Freud melihat hal ini kecemasan anak berkaitan
dengan Oedipus komplek yang kemudian dialihkan pada ketakutan pada kuda.”
39
Dari uraian contoh yang dikemukakan oleh Freud maka dapat disimpulkan bahwa penyebab phobia adalah konflik yang dipendam kemudian
dialihkan kepada kecemasan dan ketakutan pada sesuatu kondisi atau benda, melihat hal ini tepatlah jika pakar psikologi psikoanalisa berpendapat ”phobia
sebagai reaksi kecemasan yang dialihkan, mereka mengasumsikan bahwa
39
Linda L. Davidoff 1991, loc. cit. h. 228.
ketakutan secara tidak sadar dialihkan dari pengalaman pertama membangkitkan kecemasan kepada obyek yang kurang membahayakan”.
40
Sangatlah tepat jika apa yang dirumuskan oleh Kartini Kartono mengenai penyebab phobia, yang merupakan gabungan teori-teori yang telah dikemukakan
di atas diantaranya adalah sebagai berikut : a.
Pernah  mengalami  ketakutan  hebat,  pengalaman  traumatis  shock hebat tekanan batin yang hebat.
b. Pengalaman  asli  dibarengi  perasaan  malu  dan  bersalah  lalu  ditekan
kedalam ketidaksadaran untuk melupakannya. c.
Jika  mengalami  rangsangan  yang  serupa  menimbulkan  ketakutan yang  bersyarat  sungguhpun  pengalaman  aslinya  sudah  dilupakan,
respon  ketakutan  hebat  selalu  muncul  melenyapkan  respon-respon tadi dalam ketidaksadaran.
41
.
Dengan demikian kiranya sudah dapat dipahami penyebab terjadinya phobia pada seseorang yang mungkin ada di sekitar dan menjadi acuan untuk menghindari
terjadi kondisi dan situasi yang memicu terjadinya ketakutan yang cenderung menetap serta mengganggu aktivitas terutama dalam keluarga.
40
Ibid.
41
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jakarta: CV. Rajawali, 1983, Jilid I, h.321-322.
BAB III PELAKSANAAN KONSELING BEHAVIORAL
DALAM MENGATASI PHOBIA KUCING
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Data Klien dan Lingkungan Keluarga Klien
Klien  bernama  Putri,  seorang  anak  perempuan  berusia  12  tahun  masa akhir anak-anak, lahir di kota Bandung pada tanggal 8 Oktober 1994. ia adalah
anak  pertama  dari  seorang  ayah  yang  berpendidikan  SLTA  dengan  pekerjaan swasta  dan  ibu  yang  berpendidikan  SLTA  dengan  bekerja  sebagai  ibu  rumah
tangga. Pada saat ini, klien telah masuk pendidikan SLTP. Awal pertama kali Putri terkenal phobia kucing dari usia kurang lebih 2
tahun.  Ia  mengalami  peristiwa  traumatik  di  usia  tersebut  ketika  seekor  kucing melompati wajahnya. Pada saat phobia menerpa, ciri-ciri fisik yang timbul dari
Putri  adalah  takut  dan  langsung  lari  jika  bertemu  dengan  kucing  walau  dalam jarak  yang  cukup  jauh.  Phobia  juga  tidak  hanya  dialami  Putri,  tetapi  kedua