teknik yang tepat untuk digunakan. Dengan wawancara, konseling dapat berjalan dengan lancar dan sesuai tujuan serta dapat menciptakan
hubungan yang baik, harmonis, dan kooperatif antara klien dan konselor.
10
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah antara pembimbing dengan klien, dan peneliti dengan orang tua klien.
b. Observasi. Observasi adalah sebuah metode ilmiah berupa pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.
11
Observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati keadaan sosial ekonomi keluarga klien dan kondisi lingkungan tempat tinggal
klien. c.
Studi pustaka. Studi pustaka adalah sebuah metode ilmiah berupa pencarian literatur berupa buku, makalah ilmiah, jurnal, artikel, internet,
dan sebagainya berupa tulisan dari ahli yang berkenaan dengan konseling behavioral dan phobia.
5. Teknik Analisa Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka penelitian ini termasuk penelitian non hipotesis yang bukan bertujuan untuk membuktikan
ataupun menguji suatu teori, namun hanya ingin menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dan membandingkan dengan standar yang telah
10
Abubakar Baraja 1998, op.cit. h. 33.
11
Jalaludin Rachmat, Metodologi Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999. Cet. ke-7, h. 83.
dibakukan. Maka teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yaitu:
a. Data
Collection Pada tahap kegiatan ini data dikumpulkan melalui observasi, dan
wawancara yang mendalam. Dari kedua teknik tersebut akan diperoleh data kualitatif. Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi dicatat sebagai catatan data lapangan. b.
Data Reduction
Adalah kegiatan merangkum dan meringkas catatan lapangan dengan memilih dan menilai data informasi yang penting dan berhubungan dengan fokus
masalah penelitian. Catatan data atau informasi yang akurat sangat diperlukan. Untuk lebih meyakinkan data yang terkumpul agar lebih grounded berdasar
pada data maka verifikasi dilakukan selama penelitian tingkat kepercayaan hasil penelitian akan lebih terjamin.
c. Data
Display Adalah kegiatan merangkum hasil penelitian dalam susunan yang teratur
dan sistematis. Pada kegiatan ini data dirangkum secara deskriptif dan sistematik, sehingga akan memudahkan mencari tema sentral sesuai dengan
fokus penelitian, dan memudahkan dalam memberi makna yang sesuai.
6. Teknik Penulisan
Untuk teknik penulisan, maka penulis mengacu kepada buku pedoman penulisan yang diterbitkan oleh UIN Pres pada tahun 2007 yang berjudul
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi cetakan ke-2. F.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I merupakan bagian pendahuluan dari skripsi, yang terdiri dari atas
latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penyusunan.
BAB II suatu tinjaun teori yang berisi teori-teori tentang konseling behavioral dan phobia.
BAB III merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang membahas tentang pelaksanaan konseling behavioral dalam mengatasi phobia
kucing, yang terdiri dari gambaran umum obyek penelitian, pelaksanaan konseling behavioral, dan hasil yang dicapai melalui konseling.
BAB IV adalah bagian akhir dari skripsi ini yang merupakan penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran.
Daftar pustaka dan lampiran merupakan penunjang dan satu kesatuan dari penulisan skripsi ini.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konseling Behavioral
1. Pengertian Konseling
Menurut Prayitno dan Erman Amti istilah konseling, secara etimologis, berasal dari bahasa Latin, yaitu ”consilium” yang berarti ”dengan” atau
”bersama” yang dirangkai dengan ”menerima” atau ”memahami”.
12
Selanjutnya mereka menyatakan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari
”sellan” yang berarti ”menyerahkan” atau ”menyampaikan”.
13
Menurut Michael E. Cavanagh konseling adalah ”a relationship between a trained helper and a person seeking help in which both the skills of the helper
and the atmosphere that he or she creates help people learn to relate with themselves and others in more growth-producing ways
.”
14
Yang artinya hubungan antara seorang penolong yang terlatih dan seorang yang mencari
pertolongan, di mana keterampilan si penolong dan situasi yang diciptakan olehnya menolong orang untuk belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dan
orang lain dengan terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh.
12
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta dan Pusat Perbukuan Depdiknas, 2004, Cet.ke-2, h. 99.
13
Ibid.
14
Michael E. Cavanagh, Books, The Counseling Experience. A Theoretical and Practical Approach
, New York: Cole Publishing Company, 1982, h. 5.
13