28
labu tentukur 10 ml dan dicukupkan dengan Na-CMC 0,5 hingga 10 ml. Suspensi allopurinol yang telah siap kemudian diberikan oral pada hewan uji
dengan volume yang sesuai dengan berat badan. Perhitungan dosis allopurinol dapat dilihat pada Lampiran 16a halaman 71.
3.7.4 Pembuatan kafein 135 mgkg bb
Ditimbang secara seksama kafein 135 mg dimasukkan kedalam lumpang, kemudian ditambahkan sedikit Na-CMC 0,5 digerus sampai homogen, dituang
kedalam labu tentukur 10 ml, ditambah Na-CMC 0,5 sampai batas tanda. kemudian diberikan secara oral kepada hewan uji sesuai dengan berat badan.
Perhitungan dosis kafein dapat dilihat pada Lampiran 16b halaman 71.
3.7.5 Pembuatan induksi hati ayam
Ditimbang 200 g hati ayam lalu dicuci sampai bersih, dipotong-potong untuk mempermudah pada waktu dihaluskan, diblender sampai halus, tanpa
penambahan air, diberikan kepada hewan uji secara oral sebanyak 2 ml200 g bb Fitrya dan muharni, 2014.
3.7.6 Penyiapan hewan uji
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan yang sehat dan dewasa sebanyak 25 ekor dengan berat badan 150-250 g, yang terlebih
dahulu diaklimatisasi selama 2 minggu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini telah disetujui
penggunaannya oleh Ketua Komite Etik Penelitian Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Sumatera Utara Animal Research Ethics
CommiteesAREC. Rekomendasi Persetujuannya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 65.
29
3.7.7 Penentuan kadar asam urat
Sebelum percobaan dilakukan, tikus dipuasakan tidak makan tetapi tetap minum selama 10-16 jam, lalu ditimbang berat badan tikus masing-masing dan
diberi tanda pada ekor. Kemudian masing-masing tikus diukur kadar asam uratnya yaitu dengan cara mengambil darahnya melalui pembuluh darah vena ekor. Darah
yang keluar disentuhkan pada test strip yang telah terpasang pada alat pengukuran kadar asam urat Easy touch dan dibiarkan alat mengukur kadar asam urat secara
otomatis. Angka yang tampil pada layar alat dicatat sebagai kadar asam urat mgdl.
3.7.8 Uji pendahuluan uji orientasi dosis ekstrak etanol teripang
Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan belum adanya penelitian terdahulu mengenai ekstrak etanol
teripang Pearsonothuria graeffei sebagai penurun kadar asam urat. Dosis yang digunakan adalah 50 mgkg bb, 100 mgkg bb, 200 mgkg bb dan 300 mgkg bb
dan 400 mgkg bb, setelah itu didapatkan rentang dosis uji masing-masing ekstrak untuk diujikan kepada hewan uji. Sebelum pengujian tikus dipuasakan selama 10-
16 jam tidak makan tetapi tetap diberi minum. Hewan dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 2 ekor tikus. Masing-masing
tikus dalam setiap kelompok ditimbang dan diberi tanda pada bagian ekor. Tiap kelompok diukur kadar asam urat dengan meneteskan darah yang berasal dari
vena ekor tikus pada test strip, darah akan langsung meresap keujung strip, dalam 20 detik, kadar asam urat dalam darah tikus akan tampil pada layar alat, kemudian
tikus diberikan suspensi kafein dosis 27 mg200 g bb tikus dan hati ayam2ml200 g bb secara oral selama 6 hari. Setelah penginduksian tersebut, kadar asam urat
30
tikus dikontrol dan diukur pada hari ke-6 untuk meyakinkan bahwa kafein dan hati ayam dengan dosis tersebut dapat menyebabkan hiperurisemia. Selesai
perlakuan, semua tikus diistirahatkan dalam kandang dan diberi makan dan minum. Hari ke-7 dilakukan pemberian dosis ekstrak etanol teripang sesuai
dengan dosis yang digunakan dan hati ayam secara oral selama 3 hari setelah tikus hiperurisemia. Pengukuran kadar asam urat dilakukan 3 hari setelah dilakukan
pemberian esktrak etanol teripang Azizahwati, et al., 2005. Bagan kerja uji orientasi dosis ekstrak etanol teripang dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 61.
3.7.9 Pengujian efek ekstrak etanol teripang terhadap kadar asam urat