53
5.2 Saran
Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk: a.
Mengisolasi senyawa triterpenoid-saponin dari teripang Pearsonothuria
graeffeiyang berkhasiat sebagai antihiperurisemia. b.
M elakukan pengujian toksisitas akut dan kronis untuk menunjang tingkat
keamanan penggunaan dari ekstrak teripang etanol Pearsonothuria graeffei.
54
DAFTAR PUSTAKA
Albuntana, A., Yasman., dan Wisnu, W. 2011. Uji Toksisitas Ekstrak Empat Jenis Teripang Suku Holothuriidae Dari Pulau Penjaliran Timur,
Kepulauan Seribu, Jakarta Menggunakan Brine Shrimp Lethality Test Bslt. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 31: 65-72.
Al-Rashdi, K. M., S. S. Al-Busaidi., dan I. H. Al-Rassadi. 2007. Status Of The Sea Cucumber Fishery In The Sultanate Of Oman. SPCBeche de mer
information Bulletin. 251: 17-21. Anandagiri, D. A. W., I, B. Putra., dan Ni, G. Dwi. 2014. Pemanfaatan Tehh
Kombucha Sebagai Obat Hiperurisemia Melalui Penghambatan Aktivitas Xanthin Oksidase Pada Rattus novergicus.Jurnal Kimia. 82: 220-225
Azizahwati, W., Sumali., dan Prihandini, K. 2005. Efek Penurunan Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih Jantan Dari Rebusan Akar Tanaman Akar
Kucing Accalypha indica L. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 41: 213- 218.
Bordbar, S., Farooq, A., dan Nazamid, S. 2011. High-Value Components and Bioactives from Sea Cucumbers for Functional Foods—A Review. Marine
Drugs Journal. 9: 1761-1805. Dakrory, I. A., Sohair, R., Amel, M. S., Ayman, S. M., dan Sayed, A. M. A.
2014. Protective and Curative Effects of the Sea Cucumber Holothuria atra Extract agains DMBA-Induced Hepatorenal Disease in Rats. Biomed
Research International Article. Halaman 1, 6, 11.
Dhinakaran, I. D., dan Lipton, A. P. 2014. Pharmacological Potentials of Sea Cucumber Holothuria artha extracts from the Indian Ocean. Asian journal
of biomedical and pharmaceutical siences. 354: 36-43. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta. Halaman 29-31, 175. Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
ke-I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 10-11, 17, 31-32.
55
Dipiro, J.T., Robert, L. T., Gary, C.Y., Barbara, G. W., dan L, M. P. 2008. Pharmacotheraphy a pathophysiologic approach 7
th
. United States
.: McGraw-Hill Companies
. Halaman 1539-1547. Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia, Jilid VI. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta. Halaman 297-307, 321-326, 333-337. Fitrya., dan Muharni. 2014. Efek Hiperurisemia Ekstrak Etanol Akar Tumbuhan
Tunjuk Langit Helminthostachys zaylanicaL. Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss. Traditional Medicine Journal. 19 1: 14-18.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan dari Phytochemical Methods oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB.
Bandung. Halaman 123-157. Harmita., dan Radji, M. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Edisi III. Jakarta:
Penerbit EGC. Hasan, H. 2013. Efek Antiurisemia Ekstrak Teripang Pasir Holothuria scabra
pada Kelinci Jantan Oryctolagos cuniculus. Jurnal Entropi Universitas Negeri Gorontalo. 81: 1-6.
Juwita, D. A., Helmi, A., dan Popy, H. 2014. Pengaruh fraksi air Herba Seledri Apium graveolens L. terhadap kadar asam urat mencit putih jantan
hiperurisemia. Prosiding seminar Nasional dan workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik”. Halaman 187-188.
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi kesepuluh. Jakarta: EGC. Halaman 609-611.
Mariani, I., Saiful, S., dan Awaluddin, S. 2012. Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Herba Suruhan Peperomia pellucida L. Kunth pada
Mencit Jantan.Journal of Pharmaceutics and Pharmacology. 11: 37-43.
Martoyo, J., dan Aji, N., T. 2006. Budi Daya Teripang. Cetakan Keenam. Edisi Revisi, Penebar Swadaya. Jakarta. Halaman 5, 11, 16, 18, 56.
Mehta, S. K., dan Naira, N. 2014. Natural Xanthine Oxidase Inhibitors For Management Of Gout. Journal Of Medical And Health Sciences. 33: 4-
13. Murray, K. R., Granner, K. D., Rodwell, W. V. 2003. Biokimia Harper edisi 27.
Jakarta: EGC. Halaman 387-390.
56
Price, S. A., dan Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Diterjemahkan oleh : Dharma Adji. Edisi VI. Jakarta: Penerbit
EGC. Halaman 1403-1405.
Purcell, W. S., Yves, S., dan Chantal, C. 2012. Commercially Important Sea Cucumber Of The World. Southern Cross University. Halaman 38.
Qiang, Z., Li, Y., dan Guo, F. J. 2012. Aplication of sea cucumber extract rich in triterpen sapogenin. Research of shanghai university of traditional chinese
medicine. Halaman 1-5.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung. Penerbit ITB. Halaman 139-132.
Sukandar, E. Y., Retnosari, A., Joseph, I. S., I, K. A., dan Adji, P. S. 2002. Iso farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. Halaman 272.
World Health Organization. 1998. Quality Control Methods For Medicinal Plant Materials. Geneva: WHO. Halaman 26-27.
Widodo, A. 2014. Budidaya teripang khasiat cara olah untuk pengobatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Halaman 18, 40-43.
Xu, F., Xueqian, Z., Lingli, Y., Xiuhua, W., dan Jing, Z. 2014. A New Cycloartane-Type Triterpenoid Saponin Xanthine Oxidase Inhibitor From
Homonoia riparia Lour. Research of Yunnan Province in China Article. Halaman 6.
Yusron, E. 2009. Keanekaragaman Jenis Teripang Holothuroidea Di Perairan Minahasa Utara Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi.
Indonesia351: 19-28. Zastrow, V. M., dan Bourne, R. H. 2001. Reseptor dan Farmakodinamika Obat.
Dalam Betram G. Katzung Editor. Farmakologi dasar dan Klinik. Edisi I. Jakarta: Selemba Medika. Halaman 12.
57
Lampiran 1. Hasil identifikasi teripang
58
Lampiran 2
Gambar 3.1 Teripang segar Pearsonothuria graeffei Semper, 1868
59
Lampiran 2. Sambungan
Gambar 3.2 Simplisia teripang Pearsonothuria graeffeiSemper, 1868
60
Lampiran 3.
Gambar 3.3 Mikroskopik serbuk simplisia teripang Pearsonothuria graeffei
Semper, 1868pada pembesaran 10 x 40 Keterangan:
a. Spikula bentuk kancing buttons
b. Spikula bentuk meja semu pseudo-tables
c.
Spikula dari tentakel
a b
c
61
Lampiran 4.
Teripang segar Dibersihkan isi perutnya
Dicuci dari pengotornya hingga bersih, tiriskan
Ditimbang berat basah Dipotong kecil-kecil
Dikeringkan dalam lemaripengering Simplisia teripang
Ditimbang beratnya Diperiksa Organoleptis dan
makroskopis Dihaluskan menjadi serbuk dengan
blender Serbuk simplisia
Ditimbang serbuknya
Karakterisasi Uji senyawa kimia
Pembuatan Simplisia
Pemeriksaan Glikosida, Ekstrak Etanol penetapan kadar air, sari larut air, Pemeriksaan Saponin ,
sari larut etanol,abu total, Pemeriksaan
abu tidak Steroidtriterpenoid
larut asam Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan mikroskopik
Gambar 3.4Bagan pembuatan simplisia teripang Pearsonothuria graeffei
Semper, 1868
62
Lampiran 5.
300 g Serbuk simplisia
direndam selama 3 jam dimasukkan ke dalam alat perkolator
dituangkan cairan penyari etanol 96 secukupnya sampai semua simplisia
terendam ditutup mulut tabung perkolator dengan
alumunium foil dibiarkan selama 24 jam
kran perkolator dibuka perkolat diatur menetes dengan kecepatan 20
tetesmenit perkolasi dihentikan ketika hasil 500 mg
hasil perkolat diuapkan diatas penangas air tidak meninggalkan sisa.
Ampas Perkolat
diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 50
o
C, dikeringkan dengan hairdryer
Ekstrak kentaletanol
Gambar 3.5 Bagan pembuatan ekstrak etanol teripang Pearsonothuria graeffei
Semper, 1868
63
Lampiran 6.
Aklitimasi tikus untuk uji pendahuluan
8 ekor tikus ditimbang dan dibagi menjadi 4 kelompok
Kelompok 1 Kelompok 2
Kelompok 3 kelompok 4
Pengukuran kadar asam urat darah normal Hari ke-0
Induksi Kafein dosis 27 mg200 g BB tikus dan jus hati ayam 2ml200 g
Pengukuran kadar asam asam urat darah hiperurisemia awal hari ke-6
Uji dosis Uji dosis
Uji dosis Uji dosis
suspensi suspensi
Suspensi Suspensi
ekstrak etanol ekstrak etanol ekstrak etanol ekstrak etanol teripang dosis teripang dosisteripang dosis
teripang dosis 50 mg kg BB 100 mg kg BB 200 mg kg BB 300 mgkg BB
Perlakuan dan pemberian bahan uji selama 3 hari
Gambar 3.6Bagan kerja uji pendahuluan Orientasi
Pengukuran kadar asam urat darah hari ke- 9
64
Lampiran 7.
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Pengujian kadar asam urat darah normal hari ke-0
Induksi Kafein dosis 27 mg200 g BB tikus dan jus hati ayam 2ml200 Pengukuran kadar asam urat hiperurisemia awal hari ke-6
Suspensi Suspensi
Suspensi Suspensi Suspensi
Na-CMC Allopurinol esktrak
ekstrak ekstrak
0,5 10 mgkg BB etanol teripang etanol teripang etanol teripang
100 mg kgBB 200 mg kgBB 300 mg kgBB Perlakuan dan pemberian bahan uji selama 9 hari
Pengukuran kadar asam urat hiperurisemia awal hari ke-9 Pengukuran kadar asam urat hiperurisemia awal hari ke-12
Pengukuran kadar asam urat hiperurisemia awal hari ke-15 Analisa data
Gambar 3.7Bagan Kerja uji penurunan kadar asam urat darah
Aklitimasi Tikus untuk uji
25 ekor tikus ditimbang dan dibagi menjadi 5 kelompok
65
Lampiran 8.
Gambar 3.8 Alat pengukur kadar asam urat
Keterangan : 1.
Memori strip 2.
Wadah penyimpanan strip 3.
Strip 4.
Alat Easy Touch 1
2
4 3
66
Lampiran 9.
Gambar 3.9 Hewan percobaan
67
Lampiran 10.Rekomendasi persetujuan etik penelitian
68
Lampiran 11. Perhitungan hasil penetapan kadar air serbuk simplisia teripang
Kadar air =
volume air ml berat sampel g
x
100 1.
Sampel 1 Berat sampel
= 5,010 g Volume air
= 0,5 ml Kadar air
=
0,5 5,010
x100 = 9,98
2. Sampel 2
Berat sampel = 5,003 g
Volume air = 0,45 ml
Kadar air =
0,45 5,003
x
100 = 8,99
3. Sampel 3
Berat sampel = 5,026 g
Volume air = 0,65 ml
Kadar air =
0,65 5,026
x100 = 9,45
Kadar air rata – rata =
9,98+8,99+9,45 3
= 9,47
69
Lampiran 12. Perhitungan hasil penetapan kadar sari larut air serbuk simplisia teripang
1.
Kadar sari yang larutdalam air I Beratcawan
= 45,038 g Beratcawan + berat sari
= 45,481 g Beratsampel
= 5,008 g Berat sari
= 0,443 g Kadar sari yang larut dalam air
=
0,443 5,008
x
100 20
x
100 = 44,23 2.
Kadar sari yang larutdalam air II Beratcawan
= 44,879 g Beratcawan + berat sari
= 45,217 g Beratsampel
= 5,009 g Berat sari
= 0,339 g Kadar sariyang larut dalam air
=
0,339 5,009
x
100 20
x
100 = 33,84 3.
Kadar sari larutdalam air III Beratcawan
= 44,759 g Beratcawan + berat sari
= 45,077 g Beratsampel
= 5,012 g Berat sari
= 0,318 g Kadar sari yang larut dalam air
=
0,318 5,012
x
100 20
x
100= 31,73
Kadar sari yang larutdalam air rata – rata =
44,23+33,84+31,73 3
= 36,6 Kadar sari yang larutdalam air =
berat sari berat simplisia
x
100 20
x
100
70
Lampiran 13. Perhitungan hasil penetapan kadar sari larut etanol serbuk simplisia teripang
1. Kadar sarilarut etanol I
Berat cawan = 37,168g
Berat cawan + Berat Sari = 37,426 g
Berat sampel = 5,021 g
Berat sari = 0,258 g
Kadar sari larut etanol =
0,258 5,021
x
100 20
x
100 = 25,73
2. Kadar sari larutetanol II
Berat cawan = 47, 140 g
Berat cawan + Berat Sari = 47, 375 g
Berat sampel = 5,004 g
Berat sari = 0,235 g
Kadar sari larut etanol =
0.235 5,004
x
100 20
x
100 = 23,53
3. Kadar sari larut etanol III
Berat cawan = 37,172 g
Berat cawan + Berat Sari = 37,400 g
Berat sampel = 5,009 g
Berat sari = 0.228 g
Kadar sari larut etanol =
0,228 5,009
x
100 20
x
100 = 22,78
Kadar sarilarut etanol rata-rata =
25,73 +23,53+22,78
3
= 24,01 Kadar sari larut etanol
=
berat sari berat simplisia
x
100 20
x
100
71
Lampiran 14
Perhitungan hasil penetapan kadar abu total serbuk simplisia teripang
1. Kadar abu total I
Berat kurs kosong = 38,510 g
Berat kurs setelah dipijar = 39,943 g
Berat sampel = 2,016 g
Berat abu = 0,583 g
Kadar abu total =
0,583 g 2,016 g
x 100 = 28,92
2. Kadar abu total II
Berat kurs kosong = 42,389 g
Berat kurs setelah dipijar = 43,767 g
Berat sampel = 2,007 g
Berat abu = 0,629 g
Kadar abu total =
0,629 g 2,007 g
x 100 = 31,34
3. Kadar abu total III
Berat kurs kosong = 39,250 g
Berat kurs setelah dipijar = 41,785 g
Berat sampel = 2,012 g
Berat abu = 0,523 g
Kadar abu total =
0,523 g 2,012 g
x 100 = 25,99
Kadar abu total rata-rata =
28,92+31,34+25,99 3
= 28,75 Kadar abu total =
berat abu Berat sampel
x 100
72
Lampiran 15.
Perhitungan hasil penetapan kadar abu tidak larut asam serbuk simplisia teripang Berat kurs kosong I
= 38,510 g Berat kurs yang telah dipijar I = 38,510 g
Berat kurs kosong II = 42,389 g
Berat kurs yang telah dipijar II = 42,480 g Berat kurs kosong III
= 39,250 g Berat kurs yang telah dipijar III = 39,320 g
• Sampel I
Berat simplisia =2, 016 g Berat abu = 0,06 g
Kadar abu tidak larut asam =
Berat abu Berat sampel
x 100
=
0,06 g 2,016 g
x 100 = 2,98
• Sampel II = 2,007 g
Berat abu = 0,091 g
Kadar abu total =
Berat abu Berat sampel
x 100
=
2,007 g 0,091 g
x 100= 4,53
• Sampel III = 2,012 g
Berat abu = 0,070 g
Kadar abu total
=
Berat abu Berat sampel
x 100
=
0,07 g 2,012 g
x 100= 3,48
Kadar abu total rata-rata =
2,98+4,53+3,48 3
=
3,66
73
Lampiran 16.
Perhitungan dosis dan pembuatan bahan uji
a. Allopurinol