21
3.2.2Identifikasi teripang
Identifikasi dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Pusat Penelitian Oseanografi Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta. Teripang
yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan teripang yang digunakan oleh Claudya Natasya Tobing. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1
halaman 55.
3.2.3 Pengolahan teripang
Teripang dibersihkan dari kotoran dengan cara membuang bagian dalam perut, dicuci di bawah air mengalir hingga bersih, ditiriskan, ditimbang dan
diperkecil potongannya dengan ukuran 2x2, dikeringkan di lemari pengering, teripang yang sudah kering ini disebut simplisia hewani. Simplisia hewani
tersebut ditimbang, diblender sampai menjadi serbuk dan ditimbang beratnya. Serbuk disimpan dalam wadah plastik dan terlindung dari cahaya. Bagan
pembuatan simplisia teripang dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 59.
3.3 Pembuatan Pereaksi 3.3.1 Air kloroform
Campur 2,5 ml kloroform P dengan air secukupnya hingga 1000 ml, kocok hingga larut Depkes, RI., 1995.
3.3.2 Pereaksi Molish
Larutan α-naftol P 3 bv dalam asam nitrat 0,5 NDepkes, RI., 1995.
3.3.3 Asam klorida P
Larutan HCl murni pereaksi, mengandung lebih kurang 25 HCl Depkes, RI., 1995.
22
3.3.4 Asam sulfat P
Larutan H
2
SO
4
murni pereaksi, mengandung tidak kurang dari 94 dan tidak lebih dari 96 H
2
SO
4
Depkes, RI., 1995. 3.3.5Larutan asam klorida 2 N
Larutan asam klorida P 7,293 bv Depkes, RI., 1995.
3.3.6 Larutan timbal II asetat 0,4 M
Larutan timbal II asetat P 9,5 bv dalam air yang baru dididihkan Depkes, RI., 1995.
3.3.7 Larutan pereaksi kloralhidrat
Larutkan 50 g kloralhidrat dalam 20 ml air Depkes, RI., 1995.
3.3.8 Larutan pereaksi Liebermann-Burchard
Campurkan 5 bagian volume asam sulfat P dengan 50 bagian volume etanol 95 P. Tambahkan hati-hati 5 bagian volume asetat anhidrida kedalam
campuran tersebut Depkes, RI., 1995.
3.4Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik teripang segar dan simplisia teripang, pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia
hewani, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar
abu yang tidak larut dalam asam.
3.4.1Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik teripang segar dilakukan dengan mengamati bentuk, ukuran dan permukaan dari teripang segar. Pemeriksaan makroskopik
simplisia teripang dilakukan dengan melihat perubahan bentuk, ukuran dan
23
permukaan dari teripang yang telah dikeringkan serta mengamati organoleptis simplisia berupa melakukan pemeriksaan terhadap bau, rasa dan warna dari
serbuk simplisia teripang Pearsonothuria graeffei.
3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia teripang Pearsonothuria graeffei dilakukan dengan cara serbuk simplisia diletakkan di atas
kaca objek yang telah diteteskan dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati dibawah mikroskop.
3.4.3Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi destilasi toluen, prosedur kerja:
1. Penjenuhan toluen Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu
alas bulat, didestilasi selama 2 jam, kemudiaan toluen didinginkan selama 30 menit dan volume air pada tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml
WHO., 1998. 2. Penetapan kadar air simplisia
Sebanyak 5 g simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan kedalam labu alas bulat berisi toluen tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15
menit, setelah toluen mendidih kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes perdetik sampai bagian air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan
toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit kemudian tabung penerima dibiarkan dingin sampai suhu kamar, setelah air dan toluen memisah sempurna volume air
24
dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO., 1998.
3.4.4Penetapan kadar sari larut air
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml
dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam
cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang
larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkanDepkes, RI., 1995.
3.4.5Penetapan kadar sari larut etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 95 dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok
selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam dan disaring dan diuapkan20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah
dipanaskan dan ditara.Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 95 dihitung terhadap bahan
yang telah dikeringkanDepkes, RI., 1995.
3.4.6Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara,
kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600°C sampai arang habis, kemudian didinginkandidesikator
25
dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkanWHO., 1998.
3.4.7Penetapan kadar abu yang tidak larut asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan abu dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring dengan kertas masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan 5 ml air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan di
desikator dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan diudara WHO., 1998.
3.5 Uji Senyawa Kimia 3.5.1 Pemeriksaan glikosida