Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

(1)

KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA

EKSTRAK ETANOL TERIPANG Pearsonothuria graeffei

(Semper) PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG

DIINDUKSI KAFEIN DAN HATI AYAM

SKRIPSI

OLEH:

Mona Asiah

NIM 131524014

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA

EKSTRAK ETANOL TERIPANG Pearsonothuria graeffei

(Semper) PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG

DIINDUKSI KAFEIN DAN HATI AYAM

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MONA ASIAH

NIM 131524014

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA

EKSTRAK ETANOL TERIPANG Pearsonothuria graeffei

(Semper) PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG

DIINDUKSI KAFEIN DAN HATI AYAM

OLEH: MONA ASIAH NIM 131524014

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal12Oktober 2015 Disetujui Oleh :

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.

NIP 195107231982032001 NIP195301011983031004

Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt.

Pembimbing II, NIP 195107231982032001

Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001 NIP 197506102005012003

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. NIP 195109081985031002

Medan, Oktober 2015 Disahkan Oleh:

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan

Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang berjudul Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., dan Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, motivasi dan saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Urip Harahap., Apt., selaku ketua penguji, Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt., dan Bapak Drs, Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini, dan Bapak Prof. Dr.Hakim Bangun., Apt., selaku dosen pembimbing akademik, Ibu Marianne, S.Si., M.Si., Apt., selaku kepala Laboratorium Farmakologi Farmasi USU dan Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., selaku kepala Laboratorium Farmakognosi Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas serta semangat untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan


(5)

menyelesaikan penelitian. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

Penulis juga mempersembahkan rasa terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda (Alm) Abdul Razak dan Ibunda Nuraini dan kakanda Hayaton, Liza Maulidar, Muhammad Saleh dan Arief Rahman yang selalu memberikan doa, nasehat, motivasi, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

Mona Asiah NIM 131524014


(6)

KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL TERIPANG Pearsonothuria graeffei

(Semper) PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEIN DAN HATI AYAMFa

rmasi ABSTRAK

Teripang merupakan salah satu biota laut yang banyak tersebar diseluruh perairan laut Indonesia. Masyarakat Indonesia menggunakannya sebagai sumber makanan dan diekspor keluar negeri. Teripang juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber obat tradisional karena kandungan Senyawa triterpen dan saponin yang terdapat didalamnya mempunyai berbagai khasiat diantaranya, dapat menurunkan asam urat dengan cara menghambat aktivitas xantin oksidase pada purin sehingga akan menurunkan produksi asam urat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia teripang Pearsonothuria graeffei (Semper) dan uji aktivitas antihiperurisemia pada tikus putih jantan yang diinduksi kafein dan hati ayam.

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan dan pengolahan bahan, pembuatan simplisia, karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air simplisia dengan metode azeotropi (destilasi toluen), penetapan kadar sari larut air dan penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut asam dengan menggunakan metode gravimetri, pembuatan ekstrak etanol teripang dengan menggunakan metode perkolasi dan uji aktivitas antihiperurisemia dari ekstrak etanol teripang dengan menggunakan alat Easy Touch® dan sebagai penginduksinya adalah kafein dan hati ayam segar. Ekstrak etanol teripang dengan dosis 100, 200 dan 300 mg/kg bb diberikan secara oral dan pengamatan dilakukan selama 9 hari setelah kondisi tikus hiperurisemia. Allopurinol dosis 10 mg/kg bb digunakan sebagai kontrol positif dan Natrium-karboksimetilsellulosa (Na-CMC) 0,5% sebagai kontrol negatif. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus jantan. Data hasil pengujian kemudian dianalisis dengan metode analisis variansi (ANAVA), kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Tukey HSD.

Hasil Penetapan kadar air serbuk simplisia teripang adalah 9,47%, kadar sari larut air 36,6%, kadar sari larut etanol 24,01%, kadar abu total 28,75%, kadar abu tidak larut asam 3,66%. Hasil uji aktivitas antihiperurisemia pada tikus jantan menunjukkan bahwa ekstrak etanol teripang efektif pada dosis 200 mg/kg bb.

Kata Kunci : teripang Pearsonothuria graeffei (Semper), asam urat, kafein dan hati ayam.


(7)

CHARACTERIZATION AND ACTIVITY TEST ANTIHIPERURISEMIA OF ETHANOL EXTRACT OF SEA CUCUMBER Pearsonothuria graeffei (Semper) ON MALE RATS WHICH ARE INDUCED BY CAFFEINE AND

HOMOGENATED CHICKEN LIVER

ABSTRACT

Sea cucumbersareone of many marine biota which is widely spreads throughout themarineregions inIndonesia. Indonesian people use it generally as a source of food and being exported overseas. Sea cucumbers are also being used as a source of traditional medicine due to Triterpene and Saponin that contained in it, which has a variety of efficacious for reducing uric acid level by inhibit the activity of xantin oxide in purine, in order to decrease the production of uric acid.

The purpose of this study is to determine the simplicia characteristic of sea cucumber Pearsonothuria graeffei (Semper) and antihiperurisemiaactivity testonmale rats which are induced bycaffeineand homogenated chickenliver.

The phases in this study are gathering and processing the materials, simplicia manufacturing, simplicia characterization including macroscopicalexamination, microscopical examination, determination of simplicia water contentbyazeotrophmethod(toluene distillation), the assay ofthe watersoluble extractandethanolsoluble extractassay byusing gravimetricmethod, determination oftotalash content, the assay ofacid insoluble ash, manufacture of ethanol extract ofsea cucumberby usingpercolationmethod and antihiperurisemia activity testof ethanol extract ofsea cucumberby usingthe EasyTouch® instrument with caffeine and fresh homogenated chicken liver as the inducers. Ethanol extractof sea cucumbers with doses are 100, 200 and 300 mg/Kg which is given orally and observation for 9 days after rats reach hyperuricemia condition. Allopurinol with dose 10 mg/Kg used as positive control and Natrium Carboxymethylcellulose (Na-CMC) 0.5% as negative control. Eachtreatment groupconsistedof5male rats.

Test results data analyzedbyanalysis ofvariance(ANAVA) method, then followed byPostHocTukeyHSD. The water content determination result ofsimplicia powder of sea cucumberis9.47%, watersoluble extractcontent is36.6%, soluble extractethanol content is24.01%, total ash content is 28.75%, acid insolubleash content is3.66%. The result of antihiperurisemia activity test on male rats showed that ethanol extract of sea givesdecreasing effect onuricacid levelsin male ratswithan effective doseis 200mg/kg.

Keywords: sea cucumbers Pearsonothuria graeffei (Semper), uric acid, caffeineand homogenated chickenliver.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Kerangka Pikir ... 3

1.3 Perumusan Masalah ... 4

1.4 Hipotesis ... 4

1.5 Tujuan Penelitian ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Uraian Hewan ... 6

2.1.1 Sistematika hewan ... 6

2.1.2 Habitat ... 6

2.1.3 Morfologi ... 7


(9)

2.2 Ekstraksi ... 9

2.2.1 Metode ekstraksi ... 10

2.3 Asam Urat ... 11

2.3.1 Metabolisme asam urat ... 12

2.3.2 Hiperurisemia dan gout ... 13

2.4 Obat Antihiperurisemia ... . 15

2.5 Kafein ... . 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Alat dan Bahan ... ... 20

3.1.1 Alat- alat yang digunakan ... 20

3.1.2 Bahan - bahan yang digunakan ... 20

3.2 Penyiapan Teripang ... 20

3.2.1 Pengumpulan teripang ... 20

3.2.2 Identifikasi teripang ... 21

3.2.3 Pengolahan teripang ... 21

3.3 Pembuatan Pereaksi …. ………. . 21

3.3.1 Air kloroform ... 21

3.3.2 Pereaksi molish ... 21

3.3.3 Asam klorida P ... 22

3.3.4 Asam sulfat P ... 22

3.3.5 Larutan Asam klorida 2 N ... 22

3.3.6 Larutan timbal (II) asetat 0,4 M ... 22

3.3.7 Larutan kloralhidrat ... . 22


(10)

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 22

3.4.1 Pemeriksaan makroskopik ... 22

3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 23

3.4.3 Penetapan kadar air ... 23

3.4.4 Penetapan kadar sari larut air ... 24

3.4.5 Penetapan kadar sari larut etanol ... 24

3.4.6 Penetapan kadar abu total ... 24

3.4.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam ... 25

3.5 Uji Senyawa Kimia ... 25

3.5.1 Pemeriksaan glikosida ... 25

3.5.2 Pemeriksaan saponin ... 26

3.5.3 Pemeriksaan steroid/triterpenoid ... 26

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Teripang ... 26

3.7 Pengujian Aktivitas Antihiperurisemia ... 27

3.7.1 Pembuatan suspensi Na-CMC 0,5% ... 27

3.7.2 Pembuatan suspensi ekstrak etanol teripang (EET)... ... 27

3.7.3 Pembuatan suspensi allopurinol 10 mg/kgBB .. 27

3.7.4 Pembuatan suspensikafein 135 mg/kgBB ... 28

3.7.5 Pembuatan induksi hati ayam... ... 28

3.7.6 Penyiapan hewan uji ... 28

3.7.7 Penentuan kadar asam urat... .... 29

3.7.8 Uji pendahuluan ... 29

3.7.9 Pengujian efek ekstrak etanol teripang terhadap kadar asam urat ... 30


(11)

3.8 Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Simplisia dan ekstrak ... 32

4.2 Pengujian efekpenurunan kadar asam urat ... 35

4.2.1 Hasil pengujian efek EET terhadap kadar asam urat ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Matrix Rancangan Penelitian ... 19 4.1 Hasil Karakteristik Simplisia Teripang ... 33 4.2 Hasil Skrining Uji Senyawa Kimia Teripang ... 34 4.3 Persentase Penurunan Kadar Asam Urat antar Individu Tikus ... 39 4.4 Persentase Penurunan Kadar Asam Urat antar Kelompok Tikus 43 4.5 Nilai Delta (Selisih) Kadar Asam Urat ... 46


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 3

2.1 Rumus Bangun Asam Urat ... 12

2.2 Mekanisme Kerja Allopurinol ... 17

2.3 Struktur Kafein ... 17

3.1 Teripang Segar Pearsonothuria graeffei ... 58

3.2 Simplisia teripang Pearsonothuria graeffe ... 59

3.3 Mikroskop serbuk simplisia teripang Pearsonothuria graeffei 60 3.4 Bagan Pembuatan simplisia teripang Pearsonothuria graeffei 61 3.5 Bagan Pembuatan Ekstrak Etanol teripang Pearsonothuria graeffei ... 62

3.6 Bagan Kerja Uji Pendahuluan ... 63

3.7 Bagan Kerja Uji Penurunan Kadar Asam Urat ... 64

3.8 Alat Pengukur Kadar Asam urat ... 65

3.9 Gambar Hewan Percobaan ... 66

4.1 Grafik Penurunan Kadar Asam Urat ... 36

4.2 Grafik Persen Penurunan Kadar Asam Urat antar Individu tikus ... 39

4.3 Grafik Persen Penurunan Kadar Asam Urat antar Kelompok tikus ... 43

4.4 Grafik delta (selisih) Kadar Asam Urat antar Kelompok tikus ... 47


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Identifikasi Sampel ... 57

2. Makroskopik teripang Pearsonothuria graeffei ... 58

3. Hasil Mikroskopik simplisia teripang ... 60

4. Bagan Pembuatan Simplisia teripang Pearsonothuria graeffei ... 61

5. Bagan Pembuatan ekstrak etanol teripang ... 62

6. Bagan Kerja Uji pendahuluan ... 63

7. Bagan Kerja Uji Penurunan Kadar Asam Urat Darah ... 64

8. Gambar Alat Pengukur Kadar Asam Urat ... 65

9. Gambar Hewan Percobaan ... 66

10. Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian ... 67

11. Perhitungan Penetapan Kadar Air Simplisia Teripang ... 68

12. Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut Air ... 69

13. Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut Etanol ... 70

14. Perhitungan Penetapan Kadar Abu Total ... 71

15. Perhitungan Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ... 72

16. Perhitungan Dosis dan Pembuatan Bahan Uji ... 73

17. Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Teripang (EET) ... 74

18. Tabel Konversi ... 75

19. Tabel Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat ... 76

20. Tabel Hasil Persen Penurunan Kadar Asam Urat antar Individu tikus ... 77

21. Tabel Hasil Persen Penurunan Kadar Asam Urat antar Individu tikus ANAVA ... 78


(15)

\

22. Tabel Hasil Persen Penurunan Kadar Asam Urat antar

Kelompok tikus ... 79 23. Tabel Hasil Persen Penurunan Kadar Asam Urat antar

Kelompok tikus ANAVA ... 80 24. Tabel hasil Perhitungan delta (selisih) kadar asam urat tikus

setelah perlakuan dengan kadar asam urat puasa ... 81 25. Tabel hasil Perhitungan delta (selisih) kadar asam urat tikus

setelah perlakuan dengan kadar asam urat puasa ANAVA... 82

26. Tabel Post Hoc Tukey persen penurunan data perbandingan

individu... 83 27. Tabel Post Hoc Tukey persen penurunan data perbandingan

kelompok ... 84 28. Tabel Post Hoc Tukey persen penurunan data perbandingan


(16)

KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL TERIPANG Pearsonothuria graeffei

(Semper) PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEIN DAN HATI AYAMFa

rmasi ABSTRAK

Teripang merupakan salah satu biota laut yang banyak tersebar diseluruh perairan laut Indonesia. Masyarakat Indonesia menggunakannya sebagai sumber makanan dan diekspor keluar negeri. Teripang juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber obat tradisional karena kandungan Senyawa triterpen dan saponin yang terdapat didalamnya mempunyai berbagai khasiat diantaranya, dapat menurunkan asam urat dengan cara menghambat aktivitas xantin oksidase pada purin sehingga akan menurunkan produksi asam urat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia teripang Pearsonothuria graeffei (Semper) dan uji aktivitas antihiperurisemia pada tikus putih jantan yang diinduksi kafein dan hati ayam.

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan dan pengolahan bahan, pembuatan simplisia, karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air simplisia dengan metode azeotropi (destilasi toluen), penetapan kadar sari larut air dan penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut asam dengan menggunakan metode gravimetri, pembuatan ekstrak etanol teripang dengan menggunakan metode perkolasi dan uji aktivitas antihiperurisemia dari ekstrak etanol teripang dengan menggunakan alat Easy Touch® dan sebagai penginduksinya adalah kafein dan hati ayam segar. Ekstrak etanol teripang dengan dosis 100, 200 dan 300 mg/kg bb diberikan secara oral dan pengamatan dilakukan selama 9 hari setelah kondisi tikus hiperurisemia. Allopurinol dosis 10 mg/kg bb digunakan sebagai kontrol positif dan Natrium-karboksimetilsellulosa (Na-CMC) 0,5% sebagai kontrol negatif. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus jantan. Data hasil pengujian kemudian dianalisis dengan metode analisis variansi (ANAVA), kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Tukey HSD.

Hasil Penetapan kadar air serbuk simplisia teripang adalah 9,47%, kadar sari larut air 36,6%, kadar sari larut etanol 24,01%, kadar abu total 28,75%, kadar abu tidak larut asam 3,66%. Hasil uji aktivitas antihiperurisemia pada tikus jantan menunjukkan bahwa ekstrak etanol teripang efektif pada dosis 200 mg/kg bb.

Kata Kunci : teripang Pearsonothuria graeffei (Semper), asam urat, kafein dan hati ayam.


(17)

CHARACTERIZATION AND ACTIVITY TEST ANTIHIPERURISEMIA OF ETHANOL EXTRACT OF SEA CUCUMBER Pearsonothuria graeffei (Semper) ON MALE RATS WHICH ARE INDUCED BY CAFFEINE AND

HOMOGENATED CHICKEN LIVER

ABSTRACT

Sea cucumbersareone of many marine biota which is widely spreads throughout themarineregions inIndonesia. Indonesian people use it generally as a source of food and being exported overseas. Sea cucumbers are also being used as a source of traditional medicine due to Triterpene and Saponin that contained in it, which has a variety of efficacious for reducing uric acid level by inhibit the activity of xantin oxide in purine, in order to decrease the production of uric acid.

The purpose of this study is to determine the simplicia characteristic of sea cucumber Pearsonothuria graeffei (Semper) and antihiperurisemiaactivity testonmale rats which are induced bycaffeineand homogenated chickenliver.

The phases in this study are gathering and processing the materials, simplicia manufacturing, simplicia characterization including macroscopicalexamination, microscopical examination, determination of simplicia water contentbyazeotrophmethod(toluene distillation), the assay ofthe watersoluble extractandethanolsoluble extractassay byusing gravimetricmethod, determination oftotalash content, the assay ofacid insoluble ash, manufacture of ethanol extract ofsea cucumberby usingpercolationmethod and antihiperurisemia activity testof ethanol extract ofsea cucumberby usingthe EasyTouch® instrument with caffeine and fresh homogenated chicken liver as the inducers. Ethanol extractof sea cucumbers with doses are 100, 200 and 300 mg/Kg which is given orally and observation for 9 days after rats reach hyperuricemia condition. Allopurinol with dose 10 mg/Kg used as positive control and Natrium Carboxymethylcellulose (Na-CMC) 0.5% as negative control. Eachtreatment groupconsistedof5male rats.

Test results data analyzedbyanalysis ofvariance(ANAVA) method, then followed byPostHocTukeyHSD. The water content determination result ofsimplicia powder of sea cucumberis9.47%, watersoluble extractcontent is36.6%, soluble extractethanol content is24.01%, total ash content is 28.75%, acid insolubleash content is3.66%. The result of antihiperurisemia activity test on male rats showed that ethanol extract of sea givesdecreasing effect onuricacid levelsin male ratswithan effective doseis 200mg/kg.

Keywords: sea cucumbers Pearsonothuria graeffei (Semper), uric acid, caffeineand homogenated chickenliver.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah yang memiliki potensi laut yang cukup besar, salah satunya adalah teripang. Di Indonesia teripang (Sea cucumber) tersebar di seluruh perairan laut, beberapa daerah penyebaran antara lain perairan pantai di Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Pantai Barat Sumatera, Sumatera Utara, Aceh, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Martoyo dan Aji, 2006). Teripang hidup di daerah terumbu karang, perairan yang berdasar pasir, berbatu karang dan pasir bercampur lumpur (Yusron, 2009).

Di Indonesia teripang telah dimanfaatkan cukup lama terutama oleh masyarakat disekitar pantai. Salah satunya masyarakat Pulau Barang Lompo Kecamatan Ujung Tanah, Makassar menggunakan teripang sebagai bahan makanan dan untuk diekspor keluar negeri, salah satu teripang yang digunakan adalah teripang Orange fish(Pearsonothuria graeffei).Indonesia adalah pengekspor teripang terbesar di dunia, teripang terutama diekspor ke Cina, Jepang, Korea, Singapore, Taiwan, Afrika dan Australia dalam bentuk kering (Al-Rashdi, et al., 2007).

Teripang juga dapat digunakan sebagai sumber obat tradisional karena teripang berkhasiat sebagai antioksidan, antitumor, antikoagulan (antipenggumpal), analgetik dan antiinflamasi (Dhinakaran dan Lipton, 2014). Manfaat dan fungsi teripang untuk kesehatan dikaitkan dengan kandungan teripang yang mengandung berbagai senyawa bioaktifterutama triterpenoid, saponin, kondroitin, glukosamin, Polisakarida sulfat, sterol, fenolat, peptide,


(19)

cerberosida dan lektin (Bordbar, et al., 2011). Senyawa triterpenoid-saponin

mempunyai berbagai khasiat diantaranya dapat menurunkan asam urat dengan cara menghambat aktivitas xantin oksidase pada purin sehingga akan menurunkan produksi asam urat (Mehta dan Naira, 2014). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa teripang (Holothuria scabra) memiliki aktivitas antihiperurisemia terhadap kelinci jantan (Hasan, 2013). Hasil penelitian lain terhadap teripang jenis lain yaitu Holothuria artha juga dapat menurunkan kadar asam urat tikus putih jantan (Dakrory, et al., 2014).

Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan pegal linu di daerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah tersebut. Penyakit ini sering disebut hiperurisemia atau lebih dikenal masyarakat sebagai penyakit asam urat (Price dan Wilson, 2005).

Asam urat dapat diobati dengan menggunakan obat sintetik maupun alamiah. Obat sintetik mempunyai berbagai efek samping, seperti alergi dan iritasi lambung, pengobatan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada merupakan salah satu alternatif. Salah satu biota laut Indonesia yang berpotensi sebagai sumber daya alam penyedia bahan baku untuk industri farmasi adalah teripang.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian uji aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol teripang dengan jenis lain yaitu Pearsonothuria graeffei pada tikus putih yang diinduksi kafein dan hati ayam.


(20)

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Terdapat empat variabel pada penelitian ini yaitu waktu, kontrol negatif (Na-CMC), kontrol positif (allopurinol) dan variasi dosis ekstrak etanol teripang sebagai variabel bebas dan efek antihiperurisemia pada tikus sebagai variabel terikat seperti yang ditunjuk pada Gambar 1.1

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Kontrol Negatif Suspensi Na-CMC 0.5%

Kontrol positif : Suspensi allopurinol Dosis 10 mg/kg BB

EET100 mg/kg BB,

200 mg/kg BB, Efek Kadar asam Urat 300 mg/kgBB antihiperurisemia Nilai normal tikus

1,7-3,0

Waktu pengamatan

− 9 Hari

− 12 hari

− 15 hari


(21)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. apakah karakteristik simplisia teripang Pearsonothuria graeffei yang diteliti memenuhi persyaratan mutu simplisia secara umum?

b. apakah golongan senyawa kimia yang terdapat dalam teripang pearsonothuria graeffei?

c. apakah ekstrak etanol teripang Pearsonothuria graeffei mempunyai aktivitas antihiperurisemia pada tikus putih jantan yang diinduksi kafein dan hati ayam?

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

a. karakteristik simplisia teripang Pearsonothuria graeffei memenuhi persyaratan mutu simplisia secara umum.

b. golongan senyawa kimia yang terdapat dalam teripang Pearsonothuria graeffei adalah saponin, triterpenoid/steroid dan glikosida.

c. ekstrak etanol teripangPearsonothuria graeffei mempunyai aktivitas antihiperurisemia pada tikus putih jantan yang diinduksi kafein dan hati ayam.


(22)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk:

a. mengetahui karakteristik simplisia teripang Pearsonothuria graeffeiyang diteliti memenuhi persyaratan mutu simplisia secara umum.

b. mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam teripang Pearsonothuria graeffei yang berpengaruh terhadap penurunan kadar asam

urat.

c. mengetahui ekstrak etanol teripang Pearsonothuria graeffei mempunyai aktivitas antihiperurisemia pada tikus putih jantan yang diinduksi kafein dan hati ayam.

.

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi:

a. informasi dan bukti ilmiah untuk mengembangkan obat baru antihiperurisemia dari alam bahari.

b. informasi tentang aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol teripang Pearsonothuria graeffei pada tikus putih jantan yangdiinduksi kafein dan


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Hewan

Teripang merupakan salah satu anggota hewan berkulit duri dari (Echinodermata), Namun tidak semua jenis teripang mempunyai duri pada kulitnya. Ada beberapa jenis teripang yang tidak berduri. Diantara empat famili teripang hanya suku Holothuridae pada marga Holuthuria, Muelleria, dan Stichopus yang dapat dimakan dan bernilai ekonomis (Martoyo dan Aji, 2006).

Teripang merupakan salah satu biota yang dapat dijadikan sebagai sumber senyawa bioaktif dari laut. Senyawa tersebut memiliki efek biologi seperti anti kanker, jamur, hemolisis dan aktivitas kekebalan tubuh (Albuntana, et al., 2011). 2.1.1 Sistematika hewan

Identifikasi sampel teripang dilakukan di pusat penelitian Oseanografi LIPI (Semper, 1868), dengan hasil sebagai berikut:

Filum : Echinodermata Kelas : Holothuroidea

Bangsa : Aspidochirotida Grube, 1840 Suku : Holothuriidae Ludwig, 1894

Marga : Pearsonothuria Levin, Kalin & Stonink, 1984 Jenis : Pearsonothuria graeffei

2.1.2 Habitat

Teripang dapat ditemukan hampir diseluruh perairan pantai di indonesia, mulai dari daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang lebih dalam. Teripang lebih menyukai perairan yang jernih dan airnya relatif tenang.


(24)

Umumnya, masing-masing jenis teripang mempunyai habitat yang spesifik, ada jenis teripang yang hidup berkelompok ada pula yang hidup sendiri. Makanan utama teripang adalah organisme-organisme kecil, detritus (hasil dari penguraian) binatang laut yang telah mati dan rumput laut. Jenis makanan lainnya adalah hancuran karang dan cangkang- cangkang hewan lainnya (Widodo, 2014).

Pearsonothuria graeffei merupakan salah satu teripang yang tersebar di

Makassar. Habitat dari Pearsonothuria graeffei yaitu terumbu karang, lereng terumbu, di perairan dangkal pada kedalaman 0 dan 25 meter, ia mencari makan pada malam hari dan membenamkan diri di pasir pada pagi hari (Purcell, et al., 2012).

Beberapa daerah penyebaran antara lain perairan pantai di Jawa Timur, Maluku, Irian, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Pantai Barat Sumatera, Sumatera Utara, Aceh, Nusa Tenggara Barat Dan Nusa Tenggara Timur (Martoyo dan Aji, 2006).

2.1.3 Morfologi

Tubuh teripang berbentuk lunak, berdaging dan berbentuk silindris memanjang seperti buah ketimun. Oleh karena itu hewan ini disebut ketimun laut. Warna tubuh teripang bermacam-macam mulai dari hitam, abu-abu, kecoklat-coklatan, kemerah-merahan, kekuning-kuningan sampai putih. Ukuran tubuh setiap teripang berbeda-beda. Diseluruh permukaan badan teripang terdapat bintil-bintil halus. Teripang mudah dikenali karena warnanya indah. Sebagian besar bagian punggungnya berwarna hitam keungu-unguan atau kebiru-biruan. Sementara bagian perut, sisi sekitar mulut dan duburnya kemerah-merahan (Martoyo dan Aji, 2006).


(25)

Pearsonothuria graeffei berwarna krim sampai cokelat dengan bintik yang

berwarna hitam tersebar ditubuhnya. Tubuhnya memanjang, lonjong dibagian perut terdapat lipatan melintang, mempunyai 23-28 tentakel pada mulut bagian depan. Permukaan punggung (dorsal) dan perut (ventral) tampak kasar. Ukuran teripang Pearsonothuria graeffei kering adalah sekitar 15 cm. Duri-duri pada teripang Pearsonothuria graeffei dapat dilihat menggunakan mikroskop dengan bentuk batang, rossete (20-90 µm), pseudo-tables (30-50 µm) yang berasal dari tubuh teripang. Pearsonothuria graeffei segar biasanya mempunyai panjang ± 45 cm dan berat yang beragam mulai dari 130 g- 700 g (Purcell, et al., 2012).

2.1.4 Kandungan kimia dan manfaat a. Saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoid dan sterol yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah, struktur saponin cukup rumit karena banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam glukuronat (Harborne, 1987).

Saponin sangat beracun untuk ikan dalam larutan yang sangat encer, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan dan beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal dua jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spirorektal, kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya disebut sapogenin diperoleh


(26)

dengan hidrolisi dalam suasan asam atau memakai enzim, dan tanpa bagian gula ciri kelarutannya sama dengan ciri sterol lain (Robinson, 1995).

b. Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik yaitu skualena. Triterpenoid dapat dibagi atas empat golongan yaitu triterpenoid sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung. Triterpenoid atau steroid yang terutama terdapat sebagai glikosida merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan optik aktif, yang umumnya sukar dicirikan karena tidak mempunyai kereaktifan kimia. Kebanyakan senyawa ini memberikan warna hijau-biru dengan pereaksi Liebermann-Burchard (asam asetat anhidrid-asam sulfat) (Harborne, 1987).

Penelitian menyebutkan bahwa triterpenoid-saponin yang terdapat di dalam hewan ini dapat menghilangkan nyeri yang biasanya dialami oleh penderita penyakit asam urat dan berperan sebagai inhibitor xantin oksidase, sehingga dapat menghambat proses pembentukan asam urat (Xu, et al., 2014).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair (Ditjen, POM., 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau


(27)

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes, RI., 1995).

2.2.1 Metode ekstraksi

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, dibedakan: a. Cara Dingin

Metode ekstraksi cara dingin dibedakan menjadi: i. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

ii. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

b. Cara Panas

Metode dengan cara panas dibedakan menjadi: i. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

ii. Soxhletasi

Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya


(28)

pendingin balik. iii. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

iv. Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15 menit di penangas air, dapat berupa bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih.

v. Dekoktasi

Dekoktasi adalah ekstraksi dengan pelarut airdengan waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) pada temperatur 90oC(Ditjen, POM., 2000).

2.3 Asam Urat

Asam urat merupakan suatu senyawa yang sukar larut yang merupakan produk akhir katabolisme purin dalam tubuh yang tidak memiliki tujuan fisiologis sehingga dapat dianggap sebagai produk buangan. Akumulasi yang berlebih ini dapat disebabkan pembentukan asam urat tubuh yang berlebih dan penurunan eksresi asam urat (Katzung, et al., 2002). Nama kimia asam urat adalah 2,6,8 trioksipurin. Rumus bangun asam urat dapat dilihat pada Gambar 2.1


(29)

Gambar 2.1 Rumus bangun asam urat (Murray, et al., 2003)

Kadar serum asam urat normal pada laki-laki adalah 5,1 ± 1.0 mg/dl dan pada perempuan adalah 4,0 ± 1.0 mg/dl. Nilai ini akan meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan gout (Price dan Wilson, 2005). Sedangkan pada Kadar asam urat normal pada tikus adalah 1,7-3,0 mg/dL, dan tikus dikatakan hiperurisemia jika kadar asam uratnya diatas 3,0 (Anandagiri, et al., 2014). Manusia memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari hewan mamalia lain karena manusia tidak memiliki enzim urikase, yaitu enzim yang menguraikan asam urat menjadi allantoin yang mudah larut (Katzung, et al., 2002). Asam urat yang terbentuk setiap hari dibuang melalui saluran pencernaan atau ginjal. Pada kedaan normal, jumlah asam urat terakumulasi pada laki-laki kurang lebih 1200 mg dan pada perempuan 600 mg. Jumlah akumulasi ini meningkat beberapa kali lipat pada penderita gout. Berlebihan akumulasi ini dapat berasal dari produksi asam urat berlebih atau ekskresi yang kurang (Dipiro, et al., 2008)

2.3.1 Metabolisme asam urat

Nukleotida purin yang utama pada manusia adalah adenosine monofosfat (AMP) dan guanosin monofosfat (GMP). Kedua nukleotida tersebut akan dipecah menjadi bentuk nukleosida oleh fosfomonoesterase menjadi adenosine dan guanosin. Adenosine akan mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosine deaminase. Fosforilasi ikatan N-glikosinat inosin dengan guanosin


(30)

dikatalis oleh nukleosida purin fosforilase sehingga akan dilepaskan senyawa ribose-1-fosfat dan basa purin. Setelah itu, hipoxantin dan guanin membentuk xantin yang masing-masing dikatalis oleh enzim xantin oxidase dan guanase. Xantin yang terbentuk akan kembali dikatalisis oleh xantin oxidase menjadi asam urat (Murray, et al., 2003).

2.3.3 Hiperurisemia dan gout

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal (Price dan Wilson, 2005).

Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai atritis akut berulang karena endapan natrium urat dipersendian dan tulang rawan, dapat juga terjadi pembentukan batu asam urat diginjal. Gout dikaitkan dengan kadar asam urat yang tinggi didalam serum yang merupakan senyawa yang sukar larut (Katzung, et al., 2002). Istilah gout digunakan untuk menggambarkan keadaan penyakit yang berkaitan dengan hiperurisemia. Gout adalah diagnosis klinis sedangkan hiperurisemia adalah kondisi biokimia (Mariani, et al., 2012).

Gout dapat bersifat primer dan sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan eksresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat tertentu. Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal natrium urat pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal-kristal berbentuk seperti jarum ini akan mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang disertai dengan gout (Price dan Wilson, 2005).


(31)

Gout merupakan gangguan metabolik yang sudah dikenal sejak masa Hippocrates. Pada masa itu penyakit ini sering disebut dengan “ penyakit para raja” dan “raja dari penyakit”. Julukan ini muncul karena asam urat sering terjadi pada kelompok masyarakat dengan kemampuan sosial ekonomi tinggi yang sering mengkonsumsi daging, khususnya daging dari alat dalaman seperti hepar, ginjal, pankreas, dan otak (Price dan Wilson, 2005).

Pada keadaan normal kadar asam urat serum pada laki-laki mulai meningkat setelah pubertas. Pada perempuan kadar asam urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar asam urat pada perempuan akan meningkat seperti pada pria (Price dan Wilson, 2005).

Terdapat empat tahap perjalanan klinis gout yang tidak terobati, yaitu: a. Tahap hiperurisemia asimtomatik

Pada tahap ini pasien tidak menunjukkan gejala-gejala selain dari peningkatan kadar asam urat serum. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia asimtomatik yang berlanjut menjadi serangan gout akut.

b. Tahap arthritis gout akut

Serangan gout akut terjadi ketika kristal urat mulai terbentuk pada cairan sinovial. Pada tahap ini gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Keluhan berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertaidemam, menggigil dan merasa lelah.

c. Tahap interkritis

Tahap interkritis merupakan kelanjutan stadium gout akut, dimana secara klinik tidak muncul tanda-tanda radang akut, meskipun pada cairan sendi masih


(32)

ditemukan kristal urat, yang menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus berlangsung progesif. Stadium ini bisa berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.

d. Tahap gout kronik

Pada tahap ini terjadi timbunan asam urat yang terus bertambah. Peradangan kronik akibat kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku disertai pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Timbunan natrium urat (tofi) terbentuk pada tahap ini akibat sukar melarutnya timbunan natrium urat. Gout dapat merusak ginjal sehingga eksresi asam urat akan bertambah buruk. Batu ginjal juga dapat terbentuk sebagai akibat dari gout (Price dan Wilson, 2005).

2.4 Obat Antihiperurisemia

Berikut ini adalah golongan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi hiperusemia:

a. Golongan urikosurik

Golongan urikosurik yaitu golongan obat yang dapat meningkatkan eksresi asam urat. Obat-obat ini bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi asam urat di tubulus ginjal sehingga peningkatan eksresi asam urat melalui urin. Oleh karena itu, fungsi ginjal yang baiksangat mendukung mekanisme kerja obat golongan ini. Probenesid dan sulfinpirazon adalah contoh obat golongan urikosurik yang banyak dipakai (Price dan Wilson, 2005).


(33)

b. Golongan urikostatik

Golongan urikostatik yaitu golongan obat yang dapat menghambat pembentukan asam urat obat golongan ini bekerja menghambat aktivitas enzim xantin oksidase yang berperan dalam metabolisme hipoxantin menjadi xantin menjadi asam urat, berdasarkan mekanisme tersebut, produksi asam urat akan berkurang(Dipiro, et al., 2008).Allopurinol adalah satu-satunya obat golongan urikostatik yang digunakan sampai saat ini. Allopurinol dan metabolitnya oksipurinol (alloxantine) merupakan inhibitor xantin oksidase dan mempengaruhi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat.Oleh karena waktu paruh metabolitnya panjang dan mampu mempertahankan hambatan xanthin oxidase lebih dari 24 jam dengan dosis harian tunggal, allopurinol cukup

diberikan satu kali sehari. Selain menghambat xantin oksidase, Allopurinol juga dapat mengecilkan ukuran tophi yang terbentuk akibat tumpukan asam urat (Sukandar, et al., 2002). Dosis awal untuk allopurinol adalah 100 mg sehari dan dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari tergantung pada respon kadar asam urat.Efek samping pada pemakaian allopurinol yaitu terjadi gangguan gastrointestinal termasuk mual, muntah dan diare, terjadi reaksi alergi, toksisitas hati, neuritis perifer dan lain-lain (Katzung, et al., 2002). Mekanisme inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol dapat dilihat pada Gambar 2.2


(34)

Gambar 2.2 Mekanisme inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol (Katzung, et al., 2002)

2.5 Kafein

Kafein adalah basa sangat lemah dalam larutan air atau alkohol, tidak berbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai jarum mengkilap putih, tidak berbau dan rasanya pahit (Ditjen, POM., 1979). Rumus bangun kafein dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Rumus kafein (Ditjen, POM., 1979)

Kafein merupakan komponen alkaloid derivat xanthin yang mengandung gugus metil yang akan dioksidasi oleh xanthin oksidase membentuk asam urat dalam tubuh (Azizahwati, et al., 2005). Kafein merupakan stimulan sistem saraf

Keterangan : = menghambat


(35)

pusat, diabsorpsi cepat pada saluran cerna dan mempunyai nilai T1/2 3,5 jam-4

jam. Konsumsi kafein secara rutin juga dapat menimbulkan toleransi. Tanda-tanda dan gejala dari konsumsi kafein secara berlebihan antara lain kecemasan, insomnia, wajah memerah, diuresis, dan gangguan saluran cerna (Sukandar, et al., 2002).


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode eksperimental meliputi penyiapan bahan, karakterisasi simplisia, uji golongan senyawa kimia, pembuatan ekstrak dan uji aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol teripang Pearsonothuria graeffei pada tikus putih jantanyang diinduksi kafein dan hati ayam segar.

Penelitian ini dilakukan di LaboratoriumFarmakognosi dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Matrix rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 .

Tabel 3.1. Matrix rancangan penelitian Waktu

Dosis

Hari ke-9 Hari ke-12 Hari ke-15

Na-CMC 0,5% 1. X1Y9Z1 2. X1Y9Z2 3. X1Y9Z3 4. X1Y9Z4 5. X1Y9Z5 1. X1Y12Z1 2. X1Y12Z2 3. X1Y12Z3 4. X1Y12Z4 5. X1Y12Z5 1. X1Y15Z1 2. X1Y15Z2 3. X1Y15Z3 4. X1Y15Z4 5. X1Y15Z5 Allopurinol

dosis 10 mg/kg BB 1. X2Y9Z1 2. X2Y9Z2 3. X2Y9Z3 4. X2Y9Z4 5. X2Y9Z5 1. X2Y12Z1 2. X2Y12Z2 3. X2Y12Z3 4. X2Y12Z4 5. X2Y12Z5 1. X2Y15Z1 2. X2Y15Z2 3. X2Y15Z3 4. X2Y15Z4 5. X2Y15Z5 EET 100 mg/kg

BB 1. X3Y9Z1 2. X3Y9Z2 3. X3Y9Z3 4. X3Y9Z4 5. X3Y9Z5 1. X3Y12Z1 2. X3Y12Z2 3. X3Y12Z3 4. X3Y12Z4 5. X3Y12Z5 1. X3Y15Z1 2. X3Y15Z2 3. X3Y15Z3 4. X3Y15Z4 5. X3Y15Z5 EET 200 mg/kg

BB 1. X4Y9Z1 2. X4Y9Z2 3. X4Y9Z3 4. X4Y9Z4 5. X4Y9Z5 1. X4Y12Z1 2. X4Y12Z2 3. X4Y12Z3 4. X4Y12Z4 5. X4Y12Z5 1. X4Y15Z1 2. X4Y15Z2 3. X4Y15Z3 4. X4Y15Z4 5. X4Y15Z5 EET 300 mg/kg

BB 1. X5Y9Z1 2. X5Y9Z2 3. X5Y9Z3 4. X5Y9Z4 5. X5Y9Z5 1. X5Y12Z1 2. X5Y12Z2 3. X5Y12Z3 4. X5Y12Z4 5. X5Y12Z5 1. X5Y15Z1 2. X5Y15Z2 3. X5Y15Z3 4. X5Y15Z4 5. X5Y15Z5 Keterangan: X: Dosis, Y : Waktu, Z : Hewan Percobaan


(37)

3.1Alat dan Bahan 3.1.1Alat – alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi lemari pengering, blender (Panasonic), oven (Dynamica), neraca listrik (Vibra AJ), neraca hewan (GW-1500), mikroskop (Olympus), penangas air, hair dryer (Panasonic), rotary evaporator (Stuart), alat pengukur kadar asam urat (Easy touch) dan strip kadar

asam urat (Easy touch), spuit, oral sonde, mortir dan stamfer dan alat-alat gelas laboratorium.

3.1.2Bahan-bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah teripang Pearsonothuria graeffei, allopurinol (Kimia Farma), karboksimetilsellulosa (Na-CMC), kafein.

Bahan kimia yang digunakan berkualitas proanalisis kecuali dinyatakan lain adalah kloralhidrat, α-naftol, toluen, asam nitrat, timbal (II) asetat, serbuk seng, serbuk magnesium, asam asetat anhidrida, isopropanol, asam klorida pekat, asam sulfat pekat, kloroform, n-heksan, metanol, etanol 96% (teknis) dan air suling (teknis).

3.2 Penyiapan Teripang 3.2.1 Pengumpulan teripang

Pengumpulan teripang dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan hewan dari daerah lain. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teripang Pearsonothuria graeffei yang diperoleh dari Pulau Barang Lompo Kecamatan Ujung Tanah, Makassar.


(38)

3.2.2Identifikasi teripang

Identifikasi dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Penelitian Oseanografi Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta. Teripang yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan teripang yang digunakan oleh Claudya Natasya Tobing. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 55.

3.2.3 Pengolahan teripang

Teripang dibersihkan dari kotoran dengan cara membuang bagian dalam perut, dicuci di bawah air mengalir hingga bersih, ditiriskan, ditimbang dan diperkecil potongannya dengan ukuran 2x2, dikeringkan di lemari pengering, teripang yang sudah kering ini disebut simplisia hewani. Simplisia hewani tersebut ditimbang, diblender sampai menjadi serbuk dan ditimbang beratnya. Serbuk disimpan dalam wadah plastik dan terlindung dari cahaya. Bagan pembuatan simplisia teripang dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 59.

3.3 Pembuatan Pereaksi 3.3.1 Air kloroform

Campur 2,5 ml kloroform P dengan air secukupnya hingga 1000 ml, kocok hingga larut (Depkes, RI., 1995).

3.3.2 Pereaksi Molish

Larutan α-naftol P 3% b/v dalam asam nitrat 0,5 N(Depkes, RI., 1995). 3.3.3 Asam klorida P

Larutan HCl murni pereaksi, mengandung lebih kurang 25% HCl (Depkes, RI., 1995).


(39)

3.3.4 Asam sulfat P

Larutan H2SO4 murni pereaksi, mengandung tidak kurang dari 94% dan

tidak lebih dari 96% H2SO4 (Depkes, RI., 1995). 3.3.5Larutan asam klorida 2 N

Larutan asam klorida P 7,293 % b/v (Depkes, RI., 1995). 3.3.6 Larutan timbal (II) asetat 0,4 M

Larutan timbal (II) asetat P 9,5% b/v dalam air yang baru dididihkan (Depkes, RI., 1995).

3.3.7 Larutan pereaksi kloralhidrat

Larutkan 50 g kloralhidrat dalam 20 ml air (Depkes, RI., 1995). 3.3.8 Larutan pereaksi Liebermann-Burchard

Campurkan 5 bagian volume asam sulfat P dengan 50 bagian volume etanol 95% P. Tambahkan hati-hati 5 bagian volume asetat anhidrida kedalam campuran tersebut (Depkes, RI., 1995).

3.4Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik teripang segar dan simplisia teripang, pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia hewani, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam.

3.4.1Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik teripang segar dilakukan dengan mengamati bentuk, ukuran dan permukaan dari teripang segar. Pemeriksaan makroskopik simplisia teripang dilakukan dengan melihat perubahan bentuk, ukuran dan


(40)

permukaan dari teripang yang telah dikeringkan serta mengamati organoleptis simplisia berupa melakukan pemeriksaan terhadap bau, rasa dan warna dari serbuk simplisia teripang Pearsonothuria graeffei.

3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia teripang Pearsonothuria graeffei dilakukan dengan cara serbuk simplisia diletakkan di atas

kaca objek yang telah diteteskan dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati dibawah mikroskop.

3.4.3Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluen), prosedur kerja:

1. Penjenuhan toluen

Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, didestilasi selama 2 jam, kemudiaan toluen didinginkan selama 30 menit dan volume air pada tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml (WHO., 1998).

2. Penetapan kadar air simplisia

Sebanyak 5 g simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan kedalam labu alas bulat berisi toluen tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluen mendidih kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes perdetik sampai bagian air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit kemudian tabung penerima dibiarkan dingin sampai suhu kamar, setelah air dan toluen memisah sempurna volume air


(41)

dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO., 1998).

3.4.4Penetapan kadar sari larut air

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan(Depkes, RI., 1995).

3.4.5Penetapan kadar sari larut etanol

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol (95%) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam dan disaring dan diuapkan20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol (95%) dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan(Depkes, RI., 1995).

3.4.6Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600°C sampai arang habis, kemudian didinginkandidesikator


(42)

dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan(WHO., 1998).

3.4.7Penetapan kadar abu yang tidak larut asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan abu dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring dengan kertas masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan 5 ml air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan di desikator dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan diudara (WHO., 1998).

3.5 Uji Senyawa Kimia 3.5.1 Pemeriksaan glikosida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96% dan 3 bagian volume air suling (7:3), direfluk selama 10 menit didinginkan dan disaring, pada 20 ml filtrat tambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, diamkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, setiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian volume kloroform P dan 2 bagian volume isopropanolol P, pada sari yang dikumpukan tambahkan natrium sulfat anhidrida P, disaring dan uapkan pada suhu tidak lebih dari 50℃. Larutkan sisa dengan 2 ml metanol P, diambil 0,1 mldimasukkan kedalam tabung reaksi, uapkan di atas penangas air, ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish, ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat P, bila terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan, menunjukkan adanya ikatan gula (reaksi Molish) (Depkes, RI., 1995).


(43)

3.5.2 Pemeriksaan saponin

Sebanyak 0,5 g sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk buih atau busa tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm, pada penambahan 1 tetes larutan asam klorida 2N apabila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin(Depkes, RI., 1995).

3.5.3 Pemeriksaan steroid/triterpenoid

Sebanyak 1 g simplisia teripang dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa dalam cawan penguap ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Timbul warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroid, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu menunjukan adanya triterpenoid (Harborne, 1987).

3.6Pembuatan Ekstrak Teripang

Pembuatan ekstrak dilakukan secara perkolasi dengan pelarut etanol 96%. Cara kerja:

Sebanyak 300 g serbuk teripang dibasahi dengan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 3 jam, kemudian dimasukkan ke dalam alat perkolator. Larutan penyari etanol 96% dituang secukupnya sampai semua simplisia terendam dan terdapat selapis cairan penyari diatasnya, mulut tabung perkolator ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan dibiarkan tetesan ekstrak mengalir. Perkolasi dihentikan ketika 500 mg perkolat terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa (Ditjen POM, 1979). Ekstrak diuapkan dengan alat rotary evaporator pada temperature tidak lebih dari 50ºcsampai diperoleh ekstrak kental, kemudian ekstrak dikeringkan dengan hair dryer. Bagan


(44)

pembuatan ekstrak teripang Pearsonothuria graeffei dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 60.

3.7Pengujian Aktivitas Antihiperurisemia

Pengujian aktivitas antihiperurisemia meliputi pembuatan sediaan uji, penyiapan hewan uji, uji pendahuluan dan pengujian ekstrak etanol teripang terhadap kadar asam urat.

3.7.1 Pembuatan larutan suspensi Na-CMC 0,5%b/v

Pembuatan suspensi Na-CMC 0.5% (b/v) dilakukan dengan cara sebagai berikut, ditimbang sebanyak 500 mg Na-CMC, ditaburkan kedalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak dua puluh kali berat Na-CMC yaitu 10 ml, didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus hingga berbentuk gel dan diencerkan dengan sedikit air kemudian dituangkan kedalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan air suling sampai batas.

3.7.2 PembuatanSuspensiekstrak etanol teripang (EET)

Ditimbang masing-masing 50 mg, 100 mg, 200 mg dan 300 mg ekstrak etanol teripang dimasukkan kedalam lumpang kemudian digerus dengan penambahan suspensi Na-CMC 0.5% sampai homogen, kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi Na-CMC 0.5%. Perhitungan dosis ekstrak dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 72.

3.7.3 Pembuatan suspensi allopurinol 10 mg/kg bb

Ditimbang Allopurinol secara seksama sebanyak 10 mg dimasukkan kedalam lumpang kemudian digerus dan disuspensikan dengan Na-CMC 0,5 % sedikit demi sedikit hingga homogen. Larutan yang homogen dituang kedalam


(45)

labu tentukur 10 ml dan dicukupkan dengan Na-CMC 0,5 % hingga 10 ml. Suspensi allopurinol yang telah siap kemudian diberikan oral pada hewan uji dengan volume yang sesuai dengan berat badan. Perhitungan dosis allopurinol dapat dilihat pada Lampiran 16a halaman 71.

3.7.4 Pembuatan kafein 135 mg/kg bb

Ditimbang secara seksama kafein 135 mg dimasukkan kedalam lumpang, kemudian ditambahkan sedikit Na-CMC 0,5 % digerus sampai homogen, dituang kedalam labu tentukur 10 ml, ditambah Na-CMC 0,5 % sampai batas tanda. kemudian diberikan secara oral kepada hewan uji sesuai dengan berat badan. Perhitungan dosis kafein dapat dilihat pada Lampiran 16b halaman 71.

3.7.5 Pembuatan induksi hati ayam

Ditimbang 200 g hati ayam lalu dicuci sampai bersih, dipotong-potong untuk mempermudah pada waktu dihaluskan, diblender sampai halus, tanpa penambahan air, diberikan kepada hewan uji secara oral sebanyak 2 ml/200 g bb (Fitrya dan muharni, 2014).

3.7.6 Penyiapan hewan uji

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan yang sehat dan dewasa sebanyak 25 ekor dengan berat badan 150-250 g, yang terlebih dahulu diaklimatisasi selama 2 minggu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini telah disetujui penggunaannya oleh Ketua Komite Etik Penelitian Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Sumatera Utara (Animal Research Ethics Commitees/AREC). Rekomendasi Persetujuannya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 65.


(46)

3.7.7 Penentuan kadar asam urat

Sebelum percobaan dilakukan, tikus dipuasakan (tidak makan tetapi tetap minum) selama 10-16 jam, lalu ditimbang berat badan tikus masing-masing dan diberi tanda pada ekor. Kemudian masing-masing tikus diukur kadar asam uratnya yaitu dengan cara mengambil darahnya melalui pembuluh darah vena ekor. Darah yang keluar disentuhkan pada test strip yang telah terpasang pada alat pengukuran kadar asam urat Easy touch dan dibiarkan alat mengukur kadar asam urat secara otomatis. Angka yang tampil pada layar alat dicatat sebagai kadar asam urat (mg/dl).

3.7.8 Uji pendahuluan (uji orientasi dosis ekstrak etanol teripang)

Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan belum adanya penelitian terdahulu mengenai ekstrak etanol teripang Pearsonothuria graeffei sebagai penurun kadar asam urat. Dosis yang digunakan adalah 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, 200 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb dan 400 mg/kg bb, setelah itu didapatkan rentang dosis uji masing-masing ekstrak untuk diujikan kepada hewan uji. Sebelum pengujian tikus dipuasakan selama 10-16 jam (tidak makan tetapi tetap diberi minum). Hewan dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 2 ekor tikus. Masing-masing tikus dalam setiap kelompok ditimbang dan diberi tanda pada bagian ekor. Tiap kelompok diukur kadar asam urat dengan meneteskan darah yang berasal dari vena ekor tikus pada test strip, darah akan langsung meresap keujung strip, dalam 20 detik, kadar asam urat dalam darah tikus akan tampil pada layar alat, kemudian tikus diberikan suspensi kafein dosis 27 mg/200 g bb tikus dan hati ayam2ml/200 g bb secara oral selama 6 hari. Setelah penginduksian tersebut, kadar asam urat


(47)

tikus dikontrol dan diukur pada hari ke-6 untuk meyakinkan bahwa kafein dan hati ayam dengan dosis tersebut dapat menyebabkan hiperurisemia. Selesai perlakuan, semua tikus diistirahatkan dalam kandang dan diberi makan dan minum. Hari ke-7 dilakukan pemberian dosis ekstrak etanol teripang sesuai dengan dosis yang digunakan dan hati ayam secara oral selama 3 hari setelah tikus hiperurisemia. Pengukuran kadar asam urat dilakukan 3 hari setelah dilakukan pemberian esktrak etanol teripang (Azizahwati, et al., 2005). Bagan kerja uji orientasi dosis ekstrak etanol teripang dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 61. 3.7.9 Pengujian efek ekstrak etanol teripang terhadap kadar asam urat

Sebelum pengujian tikus dipuasakan selama 10-16 jam (tidak makan tetapi tetap diberi minum). Hewan dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Masing-masing-masing tikus dalam setiap kelompok ditimbang dan diberi tanda pada bagian ekor. Tiap kelompok diukur kadar asam urat dengan meneteskan darah yang berasal dari vena ekor tikus pada test strip, darah akan langsung meresap sampai ujung strip sampai terdengar bunyi beep, dalam 20 detik, kadar asam urat tikus akan tampil pada layar alat, kemudian tikus diberikan suspensi kafein dosis 27 mg/200 g bb tikus secara oral dan hati ayam2ml/200 g bb secara oral selama 6 hari.

Setelah penginduksian tersebut, kadar asam urat tikus dikontrol dan diukur pada hari ke-6 untuk meyakinkan bahwa kafein dan hati ayam dengan dosis tersebut dapat menyebabkan hiperurisemia. Selesai perlakuan, semua tikus diistirahatkan dalam kandang masing-masing dan diberi makan dan minum. Hari ke-7 dilakukan pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya masing-masing setiap hari, masing-masing tikus diberi perlakuan sebagai berikut:


(48)

Kelompok I : Diberikan suspensi Na-CMC 0,5%

Kelompok II : Diberikan suspensi allopurinol dosis 10 mg/kg bb.

Kelompok III : Diberikan suspensi ekstrak etanol teripang dosis 100 mg/kg bb

Kelompok IV : Diberikan suspensi ekstrak etanol teripang dosis 200 mg/kg bb

Kelompok V : Diberikan suspensi ekstrak etanol teripang dosis 300 mg/kg bb. Bahan uji dan induksi hati ayam secara oral diberikan selama 9 hari setelah tikus hiperurisemia. Dilakukan pengukuran kadar asam urat pada hari ke-3, hari ke-6 dan hari ke-9 setelah dilakukan perlakuan. Bagan kerja uji penurunan kadar asam urat darah dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 62.

3.8 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis variasi (ANAVA) pada tingkat kepercayaan 95%, dilanjutkan dengan uji Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok perlakuan. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS versi 17. Selanjutnya dihitung persen penurunan kadar asam urat dengan perbandingan antar individu maupun kelompok dan menghitung nilai delta (selisih) penurunan kadar asam urat dengan rumus sebagai berikut:

Persen penurunan perbandingan antar individu

Persen penurunan perbandingan antar kelompok.

Nilai delta (selisih) kadar asam urat

Δ (Selisih)= kadar asam urat hari pengamatan – kadar asam urat puasa (Hari ke-0)

% penurunan =Kadar asam urat hari pengamatan−kadar asam urat induksi

kadar asam urat induksi x 100%

% penurunan =(Kadar asam urat Na−CMC)−(kadar asam hari pengamatan)


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Simplisia dan Ekstrak

Hasil identifikasi teripang segar yang dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian Oseanografi, menunjukkan bahwa teripang yang diteliti adalahPearsonothuria graeffei, divisi Echinodermata, kelas Holothuroidea, bangsa Aspidochirotida, suku Holothuridae Ludwig. Pearsonothuria graeffei merupakan teripang yang hidupnya diterumbu karang dan

hidup pada kedalaman sampai 25 meter (Purcell, et al., 2012).

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut asam.

Hasil pengamatan makroskopik teripang segar menunjukkan bahwa teripang mempunyai bentuk tubuh lonjong dan memanjang seperti mentimun, badannya lunak dan berlendir, mempunyai panjang ±65 cm dan lebar ±10 cm, berwarna coklat dengan bintik-bintik hitam pada permukaannya.Pemeriksaan makroskopik simplisia teripang dilakukan dengan melihat perubahan ukuran dan permukaan dari teripang serta mengamati organoleptis simplisia berupa melakukan pemeriksaan terhadap bau, rasa dan warna dari serbuk simplisia teripang Pearsonothuria graeffei. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa simplisia teripang mengalami perubahan ukuran menjadi lebih kecil, permukaan kulit yang berkerut, berwarna cokelat pucat yang keras, dan rasa yang asin serta


(50)

bau yang khas. Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia teripang menunjukkan terlihat adanya spikula berbentuk kancing (buttons), bentuk meja semu (pseudo-tables)dan spikula dari tentakel, hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan

bahwa secara mikroskopik Pearsonothuria graeffeimemiliki bentuk spikula yang spesifik dengan bentukbentuk meja semu (pseudo-tables)dan spikula dari tentakel (Purcell, et al., 2012).

Penetapan kadar air simplisia dilakukan dengan menggunakan metode azeotropi (destilasi toluen), penetapan kadar sari larut air dan penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam menggunakan metode gravimetri. Hasil pemeriksaan karakterisasi dari serbuk simplisia teripangPearsonothuria graeffei dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia teripang Pearsonothuria graeffei No Karakteristik serbuk simplisia Kadar (%) SPI-kan

1 Kadar air 9,47 <20%

2 Kadar sari larut dalam air 36,56% -

3 Kadar sari larut dalam etanol 24,01% -

4 Kadar abu total 28,75 -

5 Kadar abu tidak larut dalam asam 3,66 <7%

Hasil penetapan kadar air yang diperoleh adalah 9,47% dan hasilnyasesuai dengan standar mutu teripang kering Sistem Pengendalian Intern Perikanan (SPI-kan/02/29/1987) berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian no. 701/Kpts/TP>830/10/1987 tentang penetapan standar mutu hasil perikanan standar Indonesia oleh Dewan Standarisasi Nasional,yaitu tidak lebih dari 20% (Martoyo dan Aji, 2006).Kelebihan air dalam simplisia menyebabkan


(51)

pertumbuhan mikroba, jamur atauserangga, serta mendorong kerusakan bahan aktif (WHO., 1998).

Kadar sari larut air 36,56% menunjukkan bahwa teripang Pearsonothuria graeffeimengandung banyak zat yang larut dalam air seperti saponin, vitamin B1,

B2 (Martoyo dan Aji, 2006). Kadar larut etanol 24,01% menunjukkan bahwa teripangmengandung zat yang larut dalam etanol seperti lemak, protein, vitamin A, riboflavin, saponin, steroid-triterpenoid (Martoyo dan Aji, 2006). Kadar abu total 28,75% menunjukkan bahwa kadar abu teripang tinggi, hal ini disebabkan karena teripang mengandung berbagai mineral seperti kalsium, fosfor, besi, kalium dan natrium (Martoyo dan Aji, 2006). Kadar abu tidak larut asam 3,66% dan hasil tersebut sesuai dengan standar mutu teripang kering (SPI-kan/02/29/1987) berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian no. 701/Kpts/TP>830/10/1987 yaitu tidak lebih dari 7%, kadar abu tidak larut asam menunjukkan bahwa cemaran dari luar tubuh teripang banyak yang kemungkinan berasal dari laut (Martoyo dan Aji, 2006).

Hasil uji senyawa kimia serbuk simplisia teripang Pearsonothuria graeffei , dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Uji senyawa kimia serbuk simplisia teripang Pearsonothuria

graeffei

No Pemeriksaan Serbuk simplisia

1 Steroid/Triterpenoid +

2 Glikosida +

3 Saponin +

Berdasarkan hasil uji senyawa kimia diatas, menunjukkan bahwa simplisia teripang Pearsonothuria graeffeimengandungberbagai metabolit sekunder,


(52)

diantaranya yaitu steroid/triterpenoid, glikosida dan saponin. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa teripang Pearsonothuria graeffeimengandung golongan senyawa kimia tersebut (Bordbar, et al., 2011).

4.2 Pengujian Efek Penurunan Kadar Asam Urat

Hiperusemia pada tikus dilakukan dengan cara diinduksi dengan menggunakan kafein 27 mg/200g bb dan jus hati ayam 2ml/200g bb. Pengukuran kadar asam urat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kadar asam urat Easy Touch®.

Kafein digunakan sebagai zat penginduksi asam uratkarena kafein adalah komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus metil yang akan dioksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat didalam tubuh (azizahwati,et al., 2005). Jus hati ayam digunakan juga sebagai penginduksi asam urat karena mengandung senyawa purin (xantin) yang tinggi nomor 2 setelah otak, setiap 100 gram hati ayam mengandung sampai 1000 mg purin, adanya purin yang cukup tinggi didalam darah akan memicu terjadinya hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat didalam serum yang melewati ambang batasnya sehingga menyebabkan tikus mengalami hiperurisemia, cara mendapatkannya mudah, harga murah dan tidak toksik (Juwita, et al., 2014).

Penurunan kadar asam urat dapat dilihat dengan menggunakan pembanding. Allopurinol dipilih sebagai pembanding karena merupakan obat sintetik yang umum digunakan untuk menurunkan asam urat pada penderita gout. Allopurinol dapat menurunkan kadar asam urat melalui mekanisme kerja


(53)

urikostatik yaitu menghambat pembentukan asam urat,sehingga produksi asam urat yang dihasilkan berkurang.

Untuk menentukan dosis dalam penelitian ini, dilakukan orientasi dosis terlebih dahulu dengan dosis 50, 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb. Dosis yang dipilih dalam penelitian adalah 100, 200 dan 300 mg/kg bbkarena memiliki efek penurunan yang lebih baik, dibandingkan yang lainnya. Selanjutnya dilakukan percobaan untuk masing-masing kelompok, dimana setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali. Hasil pengukuran kadar asam urat dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini:

Gambar 4.1 Grafik Kadar Asam Urat Rata-rata Vs Waktu

Pada hari ke-0 sebelum diinduksi dengan kafein dan jus hati ayam, dilakukan pengukuran kadar asam urat darah untuk mengetahui dan memastikan seluruh kelompok tikus yang digunakan mempunyai kadar asam urat darah yang normal. Kadar asam urat normal pada tikus adalah 1,7-3,0 mg/dL (Anandagiri, et al., 2014), kemudian pada hari ke-6 dilakukan pengukuran kadar asam urat darah

0 1 2 3 4 5 6 7

H0 H6 H9 H12 H15

K a d a r A sa m U ra t Waktu (Hari) Allopurinol EET 100 EET 200 EET 300 Na-CMC 0,5%


(54)

pada tikus untuk memastikan tikus yang digunakan mengalami kenaikan kadar asam urat.

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa setelah terinduksi, kelompok perlakuan yang diberikan Na-CMC 0,5 %, suspensi allopurinol 10 mg/kg bb, suspensi EET 100 mg/kg bb, suspensi EET 200 mg/kg bb dan suspensi EET 300 mg/kg bb, kadar asam uratnya mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan kafein dan jus hati ayam meningkatkan purin sehingga kadar asam urat di dalam darah tikus meningkat .

Pada hari ke-9, ke-12, dan ke-15 kelompok yang diberikan suspensi allopurinol 10 mg/kg bb, suspensi EET 100, 200 dan 300 mg/kg bb memberikan efek penurunan kadar asam urat, sedangkan kelompok yang diberikan suspensi Na-CMC0,5 % tidak memberikan efek penurunan kadar asam urat, hal ini dikarenakan tidak terdapat zat berkhasiat yang dapat menurunkan kadar asam urat pada Na-CMC 0,5% tersebut.

Untuk melihat kekuatan ektrak etanol teripang dan allopurinol dalam menurunkan kadar asam urat, maka dihitung persen penurunan kadar asam urat dan mencari nilai selisih (delta) penurunan kadar asam urat. Perhitungan persen penurunan kadar asam urat rata-rata setiap kelompok perlakuan setelah pemberian suspensi allopurinol dan suspensi ekstrak etanol teripang baik secara individu maupun pebandingan antar kelompok. Ekstrak yang memiliki efek antihiperurisemia yang baik adalah yang mempunyai persen penurunan yang tinggi baik dengan perhitungan persen penurunan antar individu maupun antar kelompok tikus dan memiliki nilai selisih (delta) penurunan yang paling kecil,


(55)

karena makin kecil nilai delta maka makin besar penurunan kadar asam uratnya, bahkan lebih kecil dari nilai sebelum tikus diinduksi.

4.2.1 Hasil Pengujian Efek EET terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Tikus yang Diinduksi Kafein dan Jus Hati Ayam.

Tikus uji dikelompokkan dalam 5 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus yaitu kelompok kontrol yang diberikan suspensi Na-CMC 0,5%, kelompok uji dengan 3 variasi dosis perlakuan suspensi EET dosis 100 mg/kg bb, suspensi EET dosis 200 mg/kg bb, dan suspensi EET dosis 300 mg/kg bb dan kelompok pembanding yang diberikan Allopurinol dosis 10 mg/kg bb.

Tikus terlebih dahulu dipuasakan 10-16 jam, kemudian dilakukan pengukuran kadar asam urat darah untuk memastikan tikus tidak hiperurisemia, setelah dilakukan pengukuran kadar asam urat, tikus diinduksi dengan kafein dosis 27 mg/ 200 g bb dan jus hati ayam 2 ml/200 g bb secara oral, diamati tingkah laku tikus, serta diukur kadar urat darahnya pada hari ke-6. Tikus yang telah memiliki kadar asam urat ≥ 3,1 mg/dL disebut tikus asam urat.

Tikus asam urat diberi perlakuan dengan pembagian kelompok yaitu kelompok I diberikan suspensi Na-CMC 0,5%, Kelompok II diberikan suspensi allopurinol 10 mg/kg bb, III dan IV dan kelompok V masing-masing diberi suspensi EET dosis 100, 200, 300 mg/kg bb.

Tikus mempunyai suatu enzim uricase yaitu suatu enzim yang dapat mengubah asam urat menjadi alantoin yang dapat larut dapat air (Mariani, et al., 2012). Untuk mempertahankan kondisi hiperurisemia, tikus tetap diberikan induksi hati ayam. Persen penurunan kadar asam urat tikus dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:


(56)

Tabel 4.3 Persentase Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Rata-rata berdasarkan perbandingan antar individu

Perlakuan N

Penurunan kadar asam urat ± SEM (mg/dL) Hari ke-9 Hari ke-12 Hari ke-15 Suspensi EET dosis

100 mg/kg bb 5 10,45± 4,60 19,59± 3,74 33,50± 2,79 Suspensi EET dosis

200 mg/kg bb 5 30,22± 1,45 42,52± 2,12 48,23± 2,92 Suspensi EET dosis

300 mg/kg bb 5 15,40± 4,99 31,32± 2,75 33,99± 4,04 SuspensiAllopurinol

dosis 10 mg/kg bb 5 31,64 ± 3,60 46,43± 2,99 59,70± 2,26 Hasil perhitungan persen penurunan kadar asam urat yang diperoleh dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2 Grafik Persentase Penurunan Kadar Asam Urat Vs Waktu antar individu tikus.

Pada hari ke-9 setelah pemberian suspensi EET dan allopurinol menunjukkan suspensi allopurinol 10 mg/kg bbmempunyai daya menurunkan kadar asam urat paling tinggi dimana persen penurunannya adalah 31,64%, diikuti dengan suspensi EET dosis 200 mg/kg bb memberikan efek penurunan kadar

0 10 20 30 40 50 60 70 80

H9 H12 H15

P er se nt a se pe nur una n k a da r a sa m ur a t (%) waktu (Hari) EET 100 EET 200 EET 300 Allopurinol


(57)

asam urat sebesar 30,22%, suspensi EET 300 mg/kg bb dengan persen penurunan kadar asam urat 15,40% dan yang paling lemah adalah suspensi EET 100 mg/kg bb dengan persen penurunan kadar asam urat 10,45%.

Pada hari ke-12 setelah pemberian suspensi EET dan allopurinol menunjukkan suspensi allopurinol 10 mg/kg bb memiliki daya menurunkan kadar asam urat paling tinggi persen penurunannya adalah 46,43%, diikuti dengan suspensi EET dosis 200 mg/kg bb persen penurunannya 42,52%. Suspensi EET 300 mg/kg bb dengan persen penurunan kadar asam urat 31,32% dan yang paling lemah adalah suspensi EET 100 mg/kg bb dengan persen penurunan kadar asam urat 19,59%.

Pada hari ke-15 setelah pemberian suspensi EET dan allopurinol menunjukkan suspensi allopurinol 10 mg/kg bbmemiliki persen penurunan kadar asam urat paling tinggipersen penurunannya adalah 59,70%, diikuti dengan suspensi EET dosis 200 mg/kg bb persen penurunannya 48,23%. Suspensi EET 300 mg/kg bb dengan persen penurunan kadar asam urat 33,99% dan yang paling lemah adalah suspensi EET 100 mg/kg bb dengan persen penurunan kadar asam urat33,50%. Jadi berdasarkan perhitungan persen penurunan kadar asam urat dengan perbandingan antar individu tikus ekstrak dengan dosis 200 mg/kg bb memiliki aktivitas antihiperurisemia yang paling bagus diantara dosis lainnya, persen penurunan paling besar diperoleh pada hari ke-15 dengan persen penurunan 48,23%.

Kekuatan ekstrak etanol teripang dan allopurinol dalam menurunkan kadar asam urat dapat juga lebih dipastikan dengan menganalisa persen penurunan kadar asam urat berdasarkan perbandingan antar individu tikus secara statistik


(1)

Lampiran 24.

Tabel hasil Perhitungan delta (selisih) kadar asam urat tikus setelah perlakuan dengan

kadar asam urat puasa.

Rumus Δ = kadar asam urat hari pengamatan

– kadar asam urat puasa (Hari ke-0)

kelompok

Berat

Badan

Kadar asam Urat

Puasa (mg/dL)

(Hari ke-0)

Kadar asam Urat

Induksi (mg/dL)

(Hari ke-6)

Δ

Induksi

Δ hari

ke-9

Δ hari

ke-12

Δ hari

ke-15

Na-CMC

0,5%

155

2,5

4,7

2,2

2,4

2,7

2,8

159,7

2,1

4,5

2,4

2,6

2,9

3

183,4

2,3

4,9

2,6

2,8

2,8

3

153,2

2,4

4,7

2,3

2,5

2,6

2,6

147,9

2

4,8

2,8

3

3,3

4

Rata-Rata 159,84

2,26

4,72

2,46

2,66

2,86

3,08

Allopurinol 175,3

2,2

6

3,8

1,3

0,5

0,3

169,5

2,5

4,7

2,2

1,2

0,6

-0,5

153

2,2

5,9

3,7

1,6

0,8

-0,2

158,9

2,4

5,8

3,4

1,1

0,4

-0,4

154

2

4,5

2,5

1,6

0,6

0,2

Rata-Rata 162,14

2,26

5,38

3,12

1,36

0,58

-0,12

EET 100

152

2

4

2

1,5

1,1

1

176,5

2,4

4,6

2,2

1,8

1,3

0,5

150

2,3

4,8

2,5

2,2

1,9

0,5

154,5

2,4

4,9

2,5

2

1,6

0,8

153,2

2,5

4,8

2,3

1,6

1,1

0,9

Rata-Rata 157,24

2,32

4,62

2,3

1,82

1,4

0,74

EET 200

160,7

2,7

5,9

3,2

0,9

0,5

-0,3

158,5

2,5

6

3,5

0,8

0,5

0,1

164,2

2,3

4,8

2,5

1,6

0,8

0,5

160

2,5

4,6

2,1

1

0,4

0,1

152

2,7

4,5

1,8

0,7

-0,2

0

Rata-Rata 159,08

2,54

5,16

2,62

1

0,4

0,08

EET 300

156

2,2

4,6

2,4

1,8

1,2

1

149

2,4

4,8

2,4

1

0,7

0,5

162,4

2,7

4,5

1,8

1,2

0,6

0,5

160

2,8

4,4

1,6

1

0,4

0,2

162,5

2,5

5,1

2,6

2,2

0,5

0,6


(2)

Lampiran 25.

Hasil Perhitungan nilai delta (selisih) Kadar Asam Urat ANAVA.

Tests of Normality

KELOMPOK

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic

df

Sig.

DELTAIN

DUKSI

NA-CMC .198 5 .200* .957 5 .787

ALLPURINOL .250 5 .200* .868 5 .260

EET100 .227 5 .200* .910 5 .468

EET200 .190 5 .200* .942 5 .677

EET300 .310 5 .131 .871 5 .272

DELTA-9

NA-CMC .198 5 .200* .957 5 .787

ALLPURINOL .251 5 .200* .868 5 .257

EET100 .179 5 .200* .962 5 .823

EET200 .300 5 .161 .836 5 .154

EET300 .273 5 .200* .852 5 .201

DELTA-12

NA-CMC .241 5 .200* .903 5 .427

ALLPURINOL .246 5 .200* .956 5 .777

EET100 .214 5 .200* .887 5 .341

EET200 .300 5 .161 .879 5 .303

EET300 .274 5 .200* .867 5 .254

DELTA15

NA-CMC .359 5 .034 .820 5 .117

ALLPURINOL .215 5 .200* .901 5 .415

EET100 .251 5 .200* .868 5 .257

EET200 .272 5 .200* .942 5 .680

EET300 .245 5 .200* .931 5 .601

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

DELTAH3 3.468 4 20 .026


(3)

Tests of Normality

KELOMPOK

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic

df

Sig.

DELTAIN

DUKSI

NA-CMC .198 5 .200* .957 5 .787

ALLPURINOL .250 5 .200* .868 5 .260

EET100 .227 5 .200* .910 5 .468

EET200 .190 5 .200* .942 5 .677

EET300 .310 5 .131 .871 5 .272

DELTA-9

NA-CMC .198 5 .200* .957 5 .787

ALLPURINOL .251 5 .200* .868 5 .257

EET100 .179 5 .200* .962 5 .823

EET200 .300 5 .161 .836 5 .154

EET300 .273 5 .200* .852 5 .201

DELTA-12

NA-CMC .241 5 .200* .903 5 .427

ALLPURINOL .246 5 .200* .956 5 .777

EET100 .214 5 .200* .887 5 .341

EET200 .300 5 .161 .879 5 .303

EET300 .274 5 .200* .867 5 .254

DELTA15

NA-CMC .359 5 .034 .820 5 .117

ALLPURINOL .215 5 .200* .901 5 .415

EET100 .251 5 .200* .868 5 .257

EET200 .272 5 .200* .942 5 .680

EET300 .245 5 .200* .931 5 .601

a. Lilliefors Significance Correction

DELTAH9

2.457 4 20 .079

Lampiran 26.

Tabel Post Hoc Tukey persen penurunan data perbandingan individu.

a.

Tabel Post Hoc Tukey persen penurunan kadar asam urat (KUA) hari ke-9

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

EET 100 5 10.4466 10.4466

EET 300 5 15.4046


(4)

Allopurinol 5 31.6383

Sig. .053 .852 .998

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

b.

Tabel Post Hoc Tukey persen penurunan KUA hari ke-12

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

EET 100 5 19.5865

EET 300 5 31.3239

EET 200 5 42.5161 42.5161

Allopurinol 5 46.4283

Sig. 1.000 .059 .844

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

c. Tabel Post Hoc Tukey persen penurunan KUA hari ke-15

kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2

EET 100 5 33.4967

EET 300 5 33.9882

EET 200 5 48.2267

Allopurinol 5 59.7020

Sig. 1.000 .107

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Lampiran 27.

Tabel Post Hoc Tukey persen penurunan data perbandingan antar kelompok.

a.

Tabel Post Hoc Tukey persen penurunan KUA hari ke-9

kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2

EET 100 5 15.8357

EET 300 5 19.5111 19.5111


(5)

EET 200 5 28.0537

Sig. .810 .142

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

b.

Tabel Post Hoc Tukey persen penurunan KUA hari ke-12

kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2

EET 100 5 27.2214

EET 300 5 37.4611 37.4611

EET 200 5 42.5015

Allopurinol 5 44.4394

Sig. .065 .325

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

c.

Tabel Post Hoc Tukey persen penurunan KUA hari ke-15

kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

EET 300 5 32.5148

EET 100 5 42.6073

EET 200 5 50.7813

Allopurinol 5 59.8424

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Lampiran 28.

Tabel Post Hoc Tukeynilai delta (selisih) Kadar Asam Urat .

a.

Tabel Tabel Post Hoc Tukey Kadar Asam Urat Hari ke-9.

KELOMPOK N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

EET200 5 1.0000

ALLPURINOL 5 1.3600 1.3600


(6)

EET100 5 1.8200

Na-CMC 5 2.6600

Sig. .302 .263 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

b.

Tabel Tabel Post Hoc Tukey Kadar Asam Urat Hari ke-12

KELOMPOK N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

EET200 5 .4000

ALLPURINOL 5 .5800

EET300 5 .6800

EET100 5 1.4000

Na-CMC 5 2.8600

Sig. .586 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

c.

Tabel Tabel Post Hoc Tukey Kadar Asam Urat Hari ke-15

KELOMPOK N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

ALLPURINOL 5 -.1200

EET200 5 .0800 .0800

EET300 5 .5600

EET100 5 .7400

NA-CMC 5 3.0800

Sig. .899 .057 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Dokumen yang terkait

Karakterisasi dan Uji Efek Ekstrak Etanol Teripang Jenis Pearsonothuria graeffei (Semper) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan

0 30 101

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

1 15 103

Karakterisasi dan Uji Efek Ekstrak Etanol Teripang Jenis Pearsonothuria graeffei (Semper) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan

0 0 15

Karakterisasi dan Uji Efek Ekstrak Etanol Teripang Jenis Pearsonothuria graeffei (Semper) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan

0 0 2

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

0 0 15

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

0 0 2

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

0 0 5

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

0 0 13

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

0 1 3

Karakterisasi dan Uji Efek Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Teripang Pearsonothuria graeffei(semper) Pada Tikus Yang Diinduksi Kafein dan Hati Ayam

0 0 30