15 preleukoplakia 14,3 , leukoplakia tipe homogen 7,1,
oral submukus fibrosis 8,2.
Kanker rongga mulut tidak ditemukan dalam penelitian ini.
1
Dijumpainya kebiasaan menyirih di Indonesia khususnya pada suku Karo di Sumatera Utara di mana sebagian besar penduduknya masih melakukan kebiasaan
menyirih yang terbanyak dilakukan oleh wanita dengan usia terendah 21 tahun dan usia tertinggi 80 tahun dan melalui laporan penelitian diketahui bahwa lesi mukosa
penyirih di Tanah Karo sebesar 47,9 dan diketahui bahwa frekuensi menyirih dan durasi menyirih menyebabkan perubahan pola sitologi terhadap lesi tersebut, serta
adanya kesimpulan pada penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan S untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perubahan-perubahan patologis secara mikorskopis.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian tersebut diatas timbul permasalahan sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah perubahan pola sitologi dari lesi muko sa penyirih. 2.
Bagaimanakah hubungan pola perubahan sitologi lesi mukosa penyirih pada wanita usia 40-60 tahun dengan kebiasaan menyirih yang dihubungkan degan
frekuensi menyirih. 3.
Bagaimanakah hubungan pola perubahan sitologi lesi mukosa penyirih pada wanita usia 40-60 tahun dengan kebiasaan menyirih yang dihubungkan degan
durasi menyirih.
Maka didapatkan hipotesa :
Universitas Sumatera Utara
16 1.
Ada hubungan antara frekuensi menyirih dengan perubahan pola sitologi lesi mukosa penyirih pada wanita usia 40-60 tahun dengan kebiasaan menyirih.
2. Ada hubungan antara durasi menyirih dengan perubahan patologis lesi
mukosa penyirih pada wanita usia 40-60 tahun dengan kebiasaan menyirih.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah durasi menyirih dan frekuensi menyirih dapat
menyebabkan perubahan patologis pada lesi mukosa penyirih. 2.
Mengetahui durasi dan frekuensi menyirih yang dapat menyebabkan perubahan patologis pada lesi mukosa penyirih.
1.4 Manfaat Penelitian
Menambah informasi mengenai lesi mukosa penyirih, di mana jika dilihat secara mikroskopis dapat mengalami perubahan struktur sel yakni perubahan nucleus.
BAB 2
Universitas Sumatera Utara
17
TINJAUAN PUSTAKA
Menyirih mempunyai beberapa manfaat seperti meningkatkan kapasitas bekerja, menimbulkan sensasi panas dalam tubuh dan meningkatkan kewaspadaan.
Menyirih juga dilakukan oleh orang-orang kurang mampu untuk menghindari kebosanan dan menekan rasa lapar.
Menyirih juga diyakini oleh masyarakat di Asia Selatan baik untuk kesehatan, dan biasanya digunakan sebagai pengobatan ayuverdic,
masalah impoten, masalah ginekologi, infeksi parasit di intestinal. Menyirih juga digunakan sebagai penyegar mulut setelah makan.
4
Di mana kegiatan menyirih, melalui beberapa penelitian dapat menimbulkan efek negatif terhadap jaringan
mukosa oral. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya efek negatif terhadap jaringan mukosa di rongga mulut akibat kebiasaan menyirih adalah
komposisi menyirih, frekuensi menyirih, durasi menyirih dan penggunaan sepanjang malam.
2.1 Komposisi Menyirih