Application Rate yang Diperkenankan

42 Tabel 2.6 Nilai K l dan K s Tingkatan Kecepatan Angin mdet mph Segitiga K l K s Bujur Sangkar K l K s Persegi Panjang b K l K s 0-1,3 0-3 a 0,60 0,55 0,55 0,60 0,50 1,8-3,1 4-7 a 0,55 0,50 0,50 0,60 0,45 3,6-5,4 8-12 a 0,50 0,45 0,45 0,60 0,40 a Konstan K l = 0,86 K s b Diasumsikan pipa lateral tegak lurus untuk mengatasi arah angin Sumber : Davis 1976 Persegi panjang, bujur sangkar, dan segitiga merupakan tiga bentuk dasar dari pola spasi sprinkler untuk sistem bergerak dan sistem solid. Tiga pola ini diilustrasikan pada Gambar 2.12.

2.6.4.2 Application Rate yang Diperkenankan

Secara normal, sistem irigasi sprinkle didisain sehingga tidak terjadi runoff. Kemudian, application rate pada tingkat dimana sebuah sistem sprinkle didisain a b c Gambar 2.12 Pola-pola spasi sprinkler a Segitiga sama sisi b Bujur sangkar c Persegi panjang L = jarak antara pipa lateral S = jarak antara sprinkler pada pipa lateral Universitas Sumatera Utara 43 untuk memakai air kurang dari kapasitas infiltrasi dari tanah atau pengaplikasian diakhiri sebelum seluruh permukaan tanah yang dangkal terisi dengan air dan kedalaman air yang cukup untuk menyebabkan runoff di atas permukaan tanah terakumulasi. Gambar 2.13 mengilustrasikan konsep-konsep ini. Kurva A pada Gambar 2.13 menunjukkan bahwa kapasitas infiltrasi dari tanah yang paling tinggi adalah pada waktu awai infiltrasi dan kemudian berkurang secara terus-menerus dengan waktu ke arah sebuah asimtot yang sering disebut tingkat infiltrasi dasar dari tanah. Dalam sebuah tanah homogen yang sangat dalam, tingkat infiltrasi dasar sama dengan konduktivitas hidrolik jenuh dari air. Mengingat application rate yang ditunjukkan sebagai garis horizontal B pada Gambar 2.13. Pada awalnya semua air yang diaplikasikan oleh sistem sprinkle memasuki tanah, karena application rate lebih besar dari kapasitas infiltrasi tanah. Runoff tidak terjadi sampai gais B melintasi garis A dan application rate melebihi kapasitas infiltrasi dari tanah. Runoff mulai terjadi jika turunan-turunan pada permukaan tanah terisi oleh air dan kedalaman air yang cukup untuk menyebabkan aliran terakumulasi pada permukaan tanah. Jumlah air yang dapat terakumulasi bergantung kepada kondisi seperti jumlah vegatasi atau kedalaman turunan. Garis C menunjukkan sebuah sistem yang memiliki application rate yang tidak pernah melebihi kapasitas infiltrasi dari tanah. Gambar 2.13 Hubungan antara kapasitas infiltrasi dari tanah dan dua application rate yang konstan Universitas Sumatera Utara 44 Tabel 2.7 menunjukkan tingkat infiltrasi dasar dari lima tekstur tanah untuk tanah kosong tanpa vegetasi. Appplication rate di bawah pipa lateral pada suatu titik tertentu pada irigasi sistem center-pivot meningkat sampai puncak ketika pipa lateral mendekat dan menurun sampai nol ketika pipa lateral menjauh. Sering kali application rate puncak melebihi nilai yang dianjurkan pada Tabel 2.3, terutama pada ujung hilir dai pipa lateral. Tabel 2.7 Tingkat Infiltrasi Dasar untuk Dua Keadaan Tanah Kosong Tanah Tingkat Infiltrasi Dasar Kondisi A Kondisi B mmjam Incijam mmjam Incijam Pasir kasar 19-25 0,75-1,0 8,9 0,35 Pasir halus 13-19 0,5-0,75 6,4 0,25 Pasir halus liat 8,9-13 0,35-0,50 5,1 0,20 Lanau 6,4-10,2 0,25-0,40 3,8 0,15 Lempung 2,5-7,6 0,10-0,30 2,5 0,10 Catatan : Kondisi A untuk tanah bergradasi baik, kadar bahan organik yang tinggi, struktur butiran terbuka, dan tidak ada lapisan pelindung permukaan. Kondisi B untuk tanah bergradasi buruk, kadar bahan organik yang rendah, dan lapisan pelindung permukaan yang tipis Sumber : Pair, Hinz, Frost, Sneed, Schiltz 1983 Gambar 2.14 menunjukkan application rate dari dua tititk yang berbeda sepanjang pipa lateral dari sistem center-pivot. Kurva A merupakan titik ujung hulu dari pipa lateral dimana tidak terjadi runoff, sedangkan kurva B merupakan titik ujung hilir pipa lateral dimana terjadi runoff ketika application rate melebihi tingkat infiltrasi dari tanah. Universitas Sumatera Utara 45 Gambar 2.14 Kedalaman air maksimum yang dapat digunakan dengan sistem center-pivot dan sistem gerak lurus per pengairan untuk SCS intake families 0.1, 0.3, 0.5, 1.0. Gilley 1984 telah mengembangkan rangkaian hubungan antara kedalaman air yang dapat diaplikasikan pada tiap-tiap pengairan tanpa runoff untuk jumlah penyimpanan permukaan 0 , 0,25 , 7,6 , dan 12,7 mm, application rate puncak berkisar antara 4 – 400 mmjam dan empat tipe tanah. Empat tipe tanah tersebut adalah yang memiliki SCS Soil Conservation Service intake families 0.1 , 0.3 , 0.5 , 1.0. Hubungan-hubungan ini mengasumsikan sebuah hubungan elips antara application rate dengan waktu dan variasi tingkat infiltrasi dengan waktu. Persamaan 2.26 menjabarkan tentang tingkat infiltrasi tanah. b at f = 2.26 dimana : f = tingkat infiltrasi dari tanah mmjam t = waktu sejak infiltrasi dimulai jam a, b = konstanta nilai a, dan b terdapat pada Tabel 2.8 Universitas Sumatera Utara 46 Tabel 2.8 Nilai a, dan b SCS Intake Family a untuk f dalam mmjam a untuk f dalam incijam b 0.1 6,83 0,269 -0,485 0.3 15,16 0,597 -0,381 0.5 21,77 0,857 -0,340 1.0 36,59 1,441 -0,305 1.5 47,90 1,886 -0,290 Sumber : Davis 1998 Universitas Sumatera Utara 47 BAB III INFORMASI LOKASI STUDI

4.1 Letak Geografis dan Kependudukan

Desa Guru Benua yang berada di Kecamatan Munthe Kabupaten Karo secara geografis terletak di antara 2º50’00”-3º19’00” Lintang Utara LU dan 97º55’00”- 98º38’00” Bujur Timur BT. Bila ditinjau dari ketinggian di atas permukaan laut menurut KabupatenKota di Propinsi Sumatera Utara desa ini berada di ketinggian 1000–1200 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Karo memiliki luas wilayah 2.127,29 km 2 dengan jumlah kecamatan 17 kecamatan, 252 desa dan jumlah penduduk 316 207 jiwa. Lokasi rencana intake sungai secara geografis terletak pada 3º05’1,5” LU dan 98º27’0,8” BT dan rencana reservoir berada pada posisi geografis 3º04’3,2”LU dan 98º26’39,4” BT.

4.2 Tinjauan Lapangan

Peninjauan lapangan Survei Pendahuluan dimaksud untuk mengetahui dan mengidentifikasi kondisi yang ada serta menghimpun informasi permasalahan yang bersifat umum guna mengidentifikasi permasalahan serta rencana pemecahannya. Survei pendahuluan ini meliputi survei kondisi daerah proyek, pengumpulan data- data primer maupun sekunder dan identifikasi permasalahan yang ada. Lokasi pekerjaan “Perencanaan Teknis Irigasi Perpipaan Hortikultura Desa Gurubenua Kecamatan Munthe” TA. 2008 direncanakan dibangun di Desa Guru Benua, Kecamatan Munthe Kabupaten Karo. Universitas Sumatera Utara