Pengetahuan Responden Tentang Inisiasi Menyusu Dini

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Responden Tentang Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui Panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behaivour. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada responden bahwa pengetahuan dalam kegiatan inisiasi menyusu dini yang meliputi mengetahui maksud IMD, kapan IMD sebaiknya dianjurkan, mengetahui tatalaksana IMD, kapan IMD diberikan kepada bayi, mengetahui arti kolostrum, manfaat pemberian kolostrum, mengetahui kegiatan-kegiatan manajemen laktasi, keuntungan menyusui bagi ibu, kandungan dari ASI dan tujuan IMD, dikategorikan baik yaitu responden dapat menjawab lebih dari 75 pertanyaan secara benar, kategori sedang yaitu responden dapat menjawab 40-75 pertanyaan secara benar dan kategori rendah, bila responden dapat menjawab 40, pertanyaan secara benar dari masing-masing 10 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan petugas kesehatan dalam kegiatan inisiasi menyusu dini sudah mempunyai pengetahuan sedang sebesar 45,8, karena responden atau petugas kesehatan hanya mengetahui Universitas Sumatera Utara tentang ASI Eksklusif saja sementara tentang arti IMD dan kapan sebaiknya dilaksanakan hanya dari buku-buku maupun poster, dan yang mereka ketahui bahwa IMD tersebut ádalah bayi diberi ASI sampai usia 6 bulan, dan kebanyakan setelah bayi lahir lalu mereka bersihkan dan dibedong baru diberikan kepada si ibu untuk disusui. Responden juga kurang mengetahui tentang tatalaksana IMD dan kapan IMD sebaiknya langsung diberikan karena dalam kenyataannya setelah bayi lahir lalu dibersihkan dan dibedong baru diberikan kepada si ibu atau diletakkan disampingnya, setelah itu ibu lalu dianjurkan untuk memberi ASI kepada bayinya. Hal ini berarti meskipun mayoritas responden mempunyai tingkat pendidikan sebagai bidan dan meskipun mereka sudah mengetahui tentang inisiasi menyusu dini, tetapi dalam pelaksanaannya hanya untuk ASI Eksklusif saja. ASI Eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Karena ada lebih dari 100 jenis zat gizi dalam ASI antara lain AA, DHA, taurin dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Beberapa produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, tetapi hasilnya tetap tidak bisa menyamai kandungan gizi yang terdapat dalam ASI Indah, 2003. Mengacu dari hasil penelitian bahwa, pengetahuan responden tentang IMD dapat diperoleh melalui sarana informasi baik dari brosur-brosur maupun poster yang ditempel di Puskesmas, juga melalui Internet atau media elektronik. Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang mendapat infomasi hanya 25. Bahkan dari pemerintah maupun dari IBI sendiri harus selalu meningkatkan Universitas Sumatera Utara dan berusaha menggalakkan program IMD. Misalnya memberikan penerangan kepada ibu-ibu tentang IMD, mengadakan kegiatan manajemen laktasi dan sebagainya. Sedangkan berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan karakteristik responden menunjukkan bahwa untuk kelompok umur 45 tahun lebih banyak mempunyai pengetahuan sedang yaitu sebesar 33,3, dan responden yang mempunyai pendidikan sebagai bidan dan mempunyai pengetahuan sedang sebesar 37,5, hal ini berarti pengetahuan yang dimiliki oleh responden tentang IMD hanya sebatas bahwa bayi harus diberi ASI sampai usia 6 bulan, jadi bagaimana pelaksanaan IMD yang sebenarnya sepenuhnya belum mereka kuasai. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan Notoatmodjo, 2003. Sebelum mulai mendidik ibu-ibu, para petugas kesehatan harus yakin bahwa nasihatnya adalah berdasarkan pengetahuan yang cukup. Karena itu perlu diketahui seberapa jauh pengetahuan petugas. Petugas Kesehatan haruslah merasa bertanggung jawab akan masalah ibu menyusui dan bayinya. Dalam kaitan ini diharapkan bahwa petugas kesehatan pengetahuan sudah siap untuk membina dan mengelola ibu-ibu menyusui berdasarkan pengetahuan yang didapat selama pendidikan dan bekerja, jika disetiap instansi kesehatan tersedia tenaga yang terampil dan terlatih mengenai aplikasi klinis dari seluk beluk proses menyusui. Serta didukung oleh program laktasi, maka dapatlah diharapkan Universitas Sumatera Utara bahwa gabungan kedua komponen ini menjadi kunci keberhasilan proses laktasi Roesli, 2000.

5.2. Sikap Responden Tentang Inisiasi Menyusu Dini