Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam

Namun demikian agar tujuan-tujuan yang dimaksud lebih dipahami, berikut ini akan diuraikan tujuan pendidikan Islam dalam perspektif para ulama muslim, antara lain adalah : Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya “Educational Theory a Qur’anic Outlook”, bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah SWT. atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepada-Nya. 55 Selanjutnya tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun atas tiga komponen sifat dasar manusia sebagai berikut: 1 Tujuan pendidikan jasmaniah ahdaf al-Jismiyah, yaitu mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi, melalui pelatihan keterampilan- keterampilan fisik; 2 Tujuan pendidikan rohaniah ahdaf al-Ruhaniyah, yaitu untuk meningkatkan jiwa dan kesetiaan yang hanya kepada Allah semata dan berupaya untuk memurnikan serta menyucikan diri manusia secara individual dari sikap negatif; 3 Tujuan pendidikan akal ahdaf al- ‘Aqliyah, yaitu pengarahan intelegensi untuk menentukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat-ayat-Nya yang membawa iman kepada Sang Pencipta. 56 Fazlur Rahman mengklasifikasikan tujuan pendidikan ke dalam empat ketegori, yaitu : Pertama, tujuan pendidikan jasmani: mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi melalui pelatihan keterampilan-keterampilan fisik. Kedua, tujuan pendidikan rohani: meningkatkan jiwa kesetiaan hanya kepada Allah semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani Nabi SAW dengan berdasarkan cita-cita ideal yang terdapat di dalam al- Qur’an. Ketiga, tujuan pendidikan akal: mengarahkan intelegensi untuk 55 Armai Arief, loc. cit. 56 Abdurahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al- Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, h. 119-126. menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan menelaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat-Nya yang membawa iman kepada Sang Pencipta. Keempat, tujuan pendidikan sosial: membentuk kepribadian yang utuh dari ruh, tubuh dan akal. Identitas individu di sini tercermin seb agai “al-Nas” yang hidup pada masyarakat yang plural atau majemuk. 57 Sehingga tujuan pendidikan Islam adalah membina umat manusia agar menjadi hamba yang senantiasa beribadah kepada Allah SWT, dengan mendekatkan diri kepada Allah, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, baik ibadah yang telah ditentukan aturan dan tatacaranya oleh Allah dan Rasul-Nya Ibadah Makhdah, maupun yang belum ditentukan. Rumusan tujuan ini diilhami oleh firman Allah 58 :       : تاىܓاܒلا ٦٥ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. QS. Al-Dzariyat: 56 59 Tujuan tertinggi pendidikan Islam menurut al-Syaibani adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. 60 Sesuai dengan firman Allah:                Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka .” QS. Al-Baqarah: 201. 61 57 Muhaimin, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman, Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan Islam, Cirebon: Pustaka DINAMIKA, 1999, Cet. I, h. 103-104. 58 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif al- Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 173. 59 Departemen Agama RI, op. cit., h. 523. 60 Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Dari Falsafatut Tarbiyyah al-Islamiyah oleh Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, Cet. I, h. 406. 61 Departemen Agama RI, op. cit., h. 31. Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fil ardh. 62 Dalam buku Metedologi Pengajaran Agama Islam karya Dr. Zakiah Daradjat, dikatakan bahwa : “tujuan pendidikan Islam ialah kepribadiaan muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam”. 63 Dalam pandangan HAMKA, tujuan pendidikan Islam adalah “mengenal dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti untuk berakhlak mulia, serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara layak dan berguna di tengah- tengah komunitas sosialnya”. 64 Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam menurut al- Qur’an meliputi: 1 menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia di antara makhluk Allah lainnya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini, 2 menjelaskan hubungan sebagai makhluk sosial dan tanggungjawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, 3 menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta, 4 menjelaskan hubungannya dengan Khaliq sebagai pencipta alam semesta. 65 Muhammad Athiyah al-Abrasyi, mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu: 1 membentuk akhlak mulia, 2 mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, 3 persiapan untuk mencari rizki dan memelihara dari kemanfaatannya, 4 menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik, 5 mempersiapkan tenaga profesional yang terampil. 66 Dan Ibnu Khaldun mengemukakan tujuan pendidikan sebagai berikut : 1 Pembinaan pemikiran yang baik; 2 Pengembangan kemahiran 62 Hasan Langgulung, op. cit, h. 67. 63 Zakiah Daradjat dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Cet. I, h. 72. 64 Samsul Nizar, op. cit, h. 117. 65 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, op. cit, h. 36-37. 66 Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, op. cit., h. 416-417. al-Malakah atau skill dalam bidang tertentu; dan 3 Penguasaan keterampilan profesional sesuai dengan tuntutan zaman link and match. 67 Dari beberapa definisi di atas, terlihat bahwa tujuan pendidikan Islam lebih berorientasi kepada nilai-nilai luhur dari Tuhan yang harus diinternalisasikan ke dalam diri individu anak didik lewat proses pendidikan. Dengan penanaman nilai ini, diharapkan pendidikan Islam mampu mengantarkan, membimbing dan mengarahkan anak didik manusia untuk melaksanakan fungsinya sebagai ‘abd dan khalifah, guna membangun dan memakmurkan alam ini sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan Allah. Perwujudan ini tidak terlepas dari pribadi insan kamil yang bertakwa dan berkualitas intelektual. 68 Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam merupakan usaha dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka pembentukan kepribadian, moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan, kemampuan berkarya, profesionalisasi sehingga mampu menunjukkan iman dan amal shaleh sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan kehidupan. Fungsi pendidikan Islam meliputi tiga hal sebagai berikut: 1. Menumbuhkembangkan peserta didik ke tingkat yang normatif yang lebih baik, dengan kata lain, fungsi pendidikan Islam merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang terkandung dalam landasan dasar pendidikan Islam tersebut. 2. Melestarikan ajaran Islam dalam berbagai aspek, dalam hal ini berarti ajaran Islam itu dijadikan tetap tidak berubah dibiarkan murni seperti keadaan semula, sekaligus dijaga, dipertahankan kelangsungan eksistensinya hingga waktu yang tak terbatas. Hal ini khususnya yang menyangkut tekstual al- Qur’an dan Hadits. Adapun mengenai interpretasi dan pemahaman harus senantiasa dinamis disesuaikan dengan tuntutan zaman dan kondisi masyarakat. 67 Nurhamzah, “Media Pendidikan; Nilai-nilai Tujuan Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun”, Jurnal Pendidikan Keagamaan, Vol. XXIV, 2009, h. 48. 68 Samsul Nizar, op. cit., h. 106. 3. Melestarikan kebudayaan dan peradaban Islam, dalam arti buah budi dan kemajuan yang dicapai umat Islam secara keseluruhannya mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat serta prestasi yang mereka capai. 69 Fungsi pendidikan menurut Khursdi Ahmad sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid dan Jusuf Mudzakkir dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, adalah sebagai berikut: 1. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat- tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa. 2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi. 70

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya, namun dalam hal ini tentu pasti ada perbedaannya. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya baik dalam jurnal maupun skripsi, tesis, dan disertasi sangat penting diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan yang sangat berguna bagi penulis. Penelitian terdahulu mengenai konsep khalifah diantaranya sebagai berikut : Dalam skripsi Hilwah Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah, yang berjudul : “Éksistensi manusia sebagai khalifah dan implikasinya terhadap taklif syari’ah”. Skripsi ini membahas tentang rumusan eksistensi manusia sebagai khalifah, serta impikasinya terhadapat taklif syari’ah. Persamaan dari penelitian ini adalah sama meneliti eksistensi manusia sebagai khalifah. Perbedaan dari skripsi ini adalah skripsi ini ditekankan pada eksistensi manusia sebagai khalifah yang diberikannya hukum taklifi. Sedangkan 69 Soleha dan Rada, op. cit., h. 45-46. 70 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, op. cit., h. 69. penelitian ini difokuskan pada konsep manusia sebagai khalifah yang dikaitkan dengan pendidikan Islam. 71 Skripsi lain yang juga terkait dengan konsep khalifatullah dan implikasinya dalam pendidikan Islam adalah Muhammad Safinun Naja yang skripsinya itu berjudul : “Konsep Khalifatullah dalam Persepktif M. Quraish Shihab Sebagai Kepemimpinan Pengembangan Pendidikan Islam”. Dalam