Anak Usia Dini LANDASAN TEORI

alternatif, dan memungkinkan anak untuk memilih kegiatan. Selain itu, dalam pelaksanaannya tidak terlalu dibatasi oleh waktu. 8. Menyatu dan Padu Kurikulum untuk TK bersifat menyatu dan padu unified and integrated, artinya tidak mengajarkan bidang studi sendiri-sendiri atau secara terpisah, tetapi secara terpadu dan terintegrasi melalui tematik unit.

C. Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan anak yang berusia 0-6 tahun atau dalam bahasa perkembangannya disebut sebagai masa kanak-kanak awal. Masa kanak-kanak awal merupakan masa emas pertumbuhan karena mengalami pertumbuhan yang pesat dalam fisik dan kognitifnya. Perkembangan anak pada masa kanak-kanak awal ini akan sangat mempengaruhi perkembangan selanjutnya Hurlock, 1999. Masa kanak-kanak awal sering disebut “usia prageng”. Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak- anak yang mengikuti pendidikan prasekolah, biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Alasannya adalah mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan dengan anak-anak yang Universitas Sumatera Utara aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetangga dekat Hurlock, 1998. Keuntungan pendidikan prasekolah adalah bahwa pusat pendidikan tersebut memberikan pengalaman sosial di bawah bimbingan para guru yang terlatih yang membantu mengembangkan hubungan yang menyenangkan dan berusaha agar anak-anak tidak mendapat perlakuan yang mungkin menyebabkan mereka menghindari hubungan sosial. Akibatnya semua reaksi negatif kepada anak lain berkurang. Walaupun demikian, reaksi negatif terhadap guru kadang- kadang meningkat sedikit setelah anak lebih suka bergaul dengan teman sebaya daripada dengan orang dewasa Hurlock, 1998. Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak awal mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan motorik halus megalami kemajuan yang sangat pesat sehingga anak-anak pada masa ini dapat melakukan kegiatan menulis, dan gerakan motorik halus lainnya. Hal ini menyebabkan anak-anak pada masa ini dapat belajar banyak dan menyerap banyak hal Yusuf, 2005. Sejalan dengan perkembangan fisiknya, anak juga harus menjalani perkembangan sosialnya. perkembangan sosial anak dimulai dari sifat egosentris, individual ke arah interaksi sosial. Anak bersifat egosentris pada mulanya, memandang segala sesuatu dari sisi dirinya sendiri sehingga pada usia 2-3 tahun anak masih suka bermain sendiri sampai akhirnya ia mulai berintaraksi dengan orang lain Suyanto, 2005. Universitas Sumatera Utara C.1. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosialnya. Menurut Hurlock 1998, untuk menjadi orang yang mampu bermasyarakat memerlukan tiga proses yaitu: 1. belajar berperilaku yang dapat diterima sosial, 2. memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan 3. perkembangan sikap sosial. Yusuf 2005 mengatakan bahwa perkembangan sosial anak sudah tampak jelas pada usia prasekolah terutama mulai usia 4 tahun, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah: a. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain. b. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan. c. Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain. d. Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya peer group. Sikap anak-anak terhadap orang lain dan pengalaman sosial dan seberapa baik mereka dapat bergaul dengan orang lain sebagian besar tergantung pada pengalaman belajar selama tahun-tahun awal kehidupan yang merupakan masa pembentukan. Menurut Hurlock 1998, ada empat faktor yang menentukan apakah mereka dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial dan menjadi pribadi yang dapat bermasyarakat: Universitas Sumatera Utara 1. Kesempatan yang penuh untuk sosialisasi. Hal ini sangatlah penting karena anak-anak tidak dapat belajar hidup bermasyarakat dengan orang lain jika sebagian besar waktu mereka dipergunakan seorang diri. Anak perlu untuk bergaul tidak hanya dengan anak yang seumur tetapi juga dengan orang dewasa yang umur dan lingkungannga berbeda. 2. Anak-anak tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami dan menarik bagi orang lain. Pembicaraan yang bersifat sosial, merupakan penunjang yang penting bagi sosialisasi, tetapi pembicaraan yang egosentrik menghalangi sosialisasi. 3. Anak hanya akan belajar sosialisasi hanya apabila mereka mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi sebagian besar bergantung kepada tingkat kepuasan yang dapat diberikan oleh aktivitas sosial kepada anak. Jika mereka mendapatkan kesenangan melalui hubungan dengan orang lain, mereka akan mengulangi hubungan tersebut dan sebaliknya, jika hubungan sosial hanya memberikan kegembiraan sedikit, mereka akan menghindarinya. 4. Metode belajar yang efektif dengan bimbingan adalah penting. Anak mempelajari beberapa pola perilaku yang penting bagi penyesuaian sosial yang baik melakui metode coba-coba. Mereka juga belajar mempraktekkan peran, yaitu dengan menirukan orang lain yang dijadikan tujuan identifikasinya. Mereka akan belajar lebih cepat jika diajar oleh seseorang yang dapat membimbing dan megarahkan kegiatan belajar dan memilihkan Universitas Sumatera Utara teman sejawat sehingga mereka akan mempunyai contoh yang baik untuk ditiru. C.2. Pola Perilaku Pada Anak Usia Dini Anak-anak pada masa awal biasanya mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial melalui hubungan dan pergaulan sosial baik dengan orangtua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya Yusuf, 2005. Pola-pola perilaku anak-anak tersebut menurut Hurlock 1998 terbagi dua yaitu pola perilaku sosial dan pola perilaku yang tidak sosial. Pola perilaku sosial adalah sebagai berikut: 1. Kerja sama. Sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja sama dengan anak lain sampai mereka berumur 4 tahun. Semakin banyak kesempatan yang mereka miliki untuk melakukan sesuatu bersama-sama, semakin cepat mereka belajar melakukannya dengan cara bekerja sama. 2. Persaingan. Jika persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha sebaik-baiknya, hal itu akan menambah sosialisasi mereka. Jika hal itu diekspresikan dalam pertengkaran dan kesombongan, akan menyebabkan timbulnya sosialisasi yang buruk. 3. Kemurahan hati. Kemurahan hari sebagaimana terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu dengan anak lain, meningkat dan sikap mementingkan diri sendiri semakin berkurang setelah anak belajar bahwa kemurahan hati menghasilkan penerimaan sosial. Universitas Sumatera Utara 4. Simpati. Anak kecil tidak mampu berperilaku simpatik sampai mereka pernah mengalami situasi yang mirip dengan dukacita. Mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih. 5. Empati. Empati kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain. 6. Ketergantungan. Ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan, perhatian, dan kasih sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial. Anak berjiwa bebas kekurangan motivasi ini. 7. Sikap ramah. Anak kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediaan melakukan sesuatu untuk atau bersama anakorang lain dan dengan mengekspresikan kasih sayang kepada mereka. 8. Sikap tidak mementingkan diri sendiri. Anak yang mempunyai kesempatan dan mendapat dorongan untuk membagi apa yang mereka milliki dan yang tidak terus-menerus menjadi pusat perhatian keluarga, belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain dan bukannya hanya memusatkan perhatian pada kepentingan dan milik mereka sendiri. 9. Meniru. Meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak- anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok terhadap diri mereka. 10. Perilaku kelekatan. Landasan yang diletakkan pada masa bayi, yaitu tatkala bayi mengembangkan suatu kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih Universitas Sumatera Utara kepada ibu atau pengganti ibu, anak kecil mengalihkan pola perilaku ini kepada anakorang lain dan belajar membina persahabatan dengan mereka. Pola perilaku yang tidak sosial adalah sebagai berikut: 1. Negativisme. Neativisme adalah perlawanan terhadap tekanan dari pihak lain untuk berperilaku tertentu. Biasanya hal itu dimulai pada usia dua tahun dan mencapai puncaknya antara umur 3 dan 6 tahun. Ekspresi fisiknya mirip dengan ledakan kemarahan, tetapi secara setahap demi setahap diganti dengan penolakan lisan untuk menuruti perintah. 2. Agresi. Agresi adalah tindakan permusuhan yang nyata atau ancaman permusuhan, biasanya tidak ditimbulkan oleh orang lain. Anak-anak mungkin mengekspresikan sikap agresif mereka berupa penyerangan secara fisik atau lisan terhadap anak lain, biasanya terhadap anak yang lebih kecil. 3. Pertengkaran. Pertengkaran merupakan perselisihan pendapat yang mengandung kemarahan yang umumnya dimulai apabila seseorang melakukan penyerangan yang tidak beralasan. Pertengkaran berbeda dari agresi; pertama karena pertengkaran melibatkan dua orang atau lebih sedangkan agresi merupakan tindakan individu, dan kedua karena salah seorang yang terlibat di dalam peterngkaran memainkan peran bertahan sedangkan dalam agresi peran selalu agresif. 4. Mengejek atau menggertak. Mengejek merupakan serangan secara lisan terhadap orang lain, tetapi menggertak merupakan serangan yang bersifat fisik. Universitas Sumatera Utara 5. Perilaku yang sok kuasa. Perilaku sok kuasa adalah kecenderungan untuk mendominasi orang lain atau menjadi ”majikan”. Jika diarahkan secara tepat hal ini dapat menjadi sifat kepemimpinan. 6. Egosentrisme. Hampir semua anak kecil bersifat egosentrik dalam arti bahwa mereka cenderung berpikir dan berbicara tentang diri mereka sendiri. Apakah kecenderungan ini akan hilang, menetap atau berkembang semakin kuat, sebagian bergantung pada kesadaran anak bahwa hal itu membuat mereka tidak popular dan sebagian lagi bergantung pada kuat lemahnya keinginan mereka untuk menjadi populer. 7. Prasangka. Landasan prasangka terbentuk pada masa kanak-kanak awal yaitu tatkala anak menyadari bahwa sebagian orang berbeda dari mereka dalam hal penampilan dan perilaku dan bahwa perbedaan ini oleh kelompok sosial dianggap sebagai tanda kerendahan. 8. Antagonisme jenis kelamin. Ketika masa kanak-kanak berakhir, banyak anak laki-laki ditekan oleh keluarga laki-laki dan teman sebaya untuk menghindari pergaulan dengan anak perempuan atau memainkan “permainan anak perempuan”. Mereka juga mengetahui bahwa kelompok sosial memandang laki-laki lebih tingga derajatnya daripada perempuan. Walaupun demikian, pada umur ini anak laki-laki tidak melakukan pembedaan terhadap anak perempuan, tetapi menghindari mereka dan menghindari aktivitas yang dianggap sebagai aktivitas anak perempuan. Universitas Sumatera Utara Sebagian dari bentuk perilaku sosial yang berkembang pada masa kanak- kanak merupakan landasan yang diletakkan pada masa bayi, tetapi banyak juga diantaranya yang merupakan landasan baru yang dibina oleh hubungan sosial dengan teman sebaya di luar rumah dan hal-hal yang ditonton dari televisi, ataupun buku komik Berns, 2004. Peningkatan perilaku sosial cenderung paling menyolok pada masa kanak- kanak awal. Hal ini disebabkan oleh pengalaman sosial yang semakin bertambah dan anak-anak mempelajari pandangan pihak lain terhadap perilaku mereka dan bagaimana pandangan tersebut mempengaruhi tingkat penerimaan dari kelompok teman sebaya Hurlock, 1998. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa masa kanak- kanak awal anak usia dini merupakan masa yang sangat penting dalam menentukan perkembangan sosialisasi anak di kemudian hari sehingga sangat perlu untuk diperhatikan. Khususnya perkembangan sosialnya sehingga perlu diperhatikan agar anak dapat berkembang menjadi anak-anak yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan masyarakatnya karena pada masa kanak-kanak awal peningkatan perilaku sosial sangat penting dan menentukan bagaimana perilaku sosial anak pada tahap berikutnya. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena hanya merupakan gambaran sosialisasi pada remaja anak tunggal di kota Medan. Penelitian ini hanya berusaha menyajikan data dan merupakan penelitian pendahuluan untuk dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya. A.Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian adalah “Sosialisasi anak usia dini.”

B. Definisi Operasional

Sosialisasi pada anak usia dini adalah kemampuan anak-anak usia dini untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengadaptasi nilai-nilai dalam lingkungannya untuk dapat diterima dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sosialisasi dalam penelitian ini diukur berdasarkan 2 dua indikator sosialisasi, yaitu penyesuaian sosial dan penerimaan sosial. Sosialisasi diukur melalui skala sosialisasi yang diberikan kepada orang tua Ibu anak-anak yang mengikuti pendidikan anak usia dini. Skala yang diberikan adalah skala Likert dengan pilihan 4 empat jawaban dari Sangat Sesuai SS, Sesuai S, Tidak Sesuai TS, dan Sangat Tidak Sesuai STS. Aitem dalam skala terdiri dari aitem favorable dan unfavorable. Universitas Sumatera Utara