Hasil Observasi dan Wawancara 1. Kelurahan Sekip
Tabel 30. Hasil Analisis Data Aspek Sosialisasi Anak Usia Dini yang Mengikuti PAUD Nonformal di Kota Medan
Aspek Kategori Jumlah
Penerimaan Sosial Tinggi 62
orang
Sedang 68 orang
Rendah --- Penyesuaian Sosial
Tinggi 93 orang
Sedang 37 orang
Rendah --- Keterampilan Sosial
Tinggi 55 orang
Sedang 74 orang
Rendah 1 orang
Umum Tinggi 64
orang
Sedang 66 orang
Rendah ---
D. Hasil Observasi dan Wawancara D.1. Kelurahan Sekip
Tahun Berdiri : 2007
Lama Berdiri : ± 1 tahun
Jumlah Guru : 2 orang
Jumlah Anak : ± 35 anak
Hari Kegiatan : Setiap Selasa dan Jumat, pukul 09.00 - 10.30 pagi
Iuran Siswa
: Gratis Kegiatan PAUD yang diselenggarakan di kelurahan Sekip dimulai dengan
bernyanyi bersama, kemudian dilanjutkan dengan pelajaran seperti menulis angka dan mengenal warna. Pelajaran dilanjutkan dengan permainan singkat dan
kemudian makanan ringan yang disediakan oleh guru di kelurahan ini kemudian ditutup dengan nyanyi bersama lagi. Biasanya setiap anak diberikan tugas rumah
Universitas Sumatera Utara
berupa menulis angka. Kegiatan ini dilakukan di rumah salah satu Kepling di kelurahan Sekip.
Seminggu dua kali kegiatan ini dilaksanakan secara gratis untuk warga Sekip yang ingin mengikutinya. Kegiatan ini merupakan kegiatan sukarela dari
kedua guru yang mengajar karena tidak mendapar bayaran dan bahkan harus menyediakan makanan ringan untuk anak-anak yang datang. Jumlah anak yang
mengikutinya juga tidak menentu, sehingga kadang-kadang hanya belasan dan kadang sampai dengan tigapuluhan anak.
Materi yang diberikan kepada anak-anak juga hanya mengenal angka, huruf dan warna. PAUD di kelurahan Sekip tidak mendasarkan pada kurikulum
atau bahan ajar tertentu, melainkan hanya inisiatif dari guru bersangkutan. Fasilitas yang dimiliki juga belum ada, hanya memanfaatkan perlengkapan yang
dimiliki oleh guru yang mengajar, dan tempat pelaksanaan juga hanya dilakukan di halaman depan rumah. Perlengkapan belajar dan mainan hanya yang disediakan
oleh guru yang mengajar secara pribadi sehingga sangat terbatas. Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan, kelurahan Sekip memiliki
mean terendah dibandingkan dengan ketiga tempat lainnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan, anak-anak di kelurahan Sekip memiliki penerimaan
sosial dan penyesuaian sosial yang baik, hal ini terlihat dari interaksi sesama anak yang cukup baik. Hal ini didukung dengan kegiatan bermain bersama yang
dilakukan setiap pertemuan sehingga setiap anak saling mengenal dengan baik dan dapat bermain bersama.
Universitas Sumatera Utara
Masalah yang muncul adalah pada aspek keterampilan sosial, dimana anak-anak ini kurang teratur selama kegiatan. Anak-anak boleh duduk secara asal-
asalan di tikar yang telah disediakan tanpa diminta untuk duduk secara teratur sehingga mereka terbiasa tidak teratur. Demikian juga ketika mengumpulkan
sesuatu seperti tugas ataupun ketika di minta untuk maju ke depan, semua anak berebut maju dan sulit untuk diminta tenang dan antri. Mereka juga tidak terbiasa
mengacungkan tangan sebelum berbicara dan bebas berkeliaran selama kegiatan berlangsung.
Hal ini tidak terlepas dari kurangnya fasilitas seperti tempat duduk dan peralatan suara seperti pengeras suara sehingga suara anak-anak mengalahkan
suara guru yang mengajar. Satu hal yang membantu adalah para orangtua di sini sebagian besar menemani anaknya selama kegiatan berlangsung sehingga dapat
ikut membantu untuk menjaga anak-anak.
D.2. Kelurahan Titi Kuning
Tahun Berdiri : 2007
Lama Berdiri : ± 6 bulan
Jumlah Guru : 4 orang
Jumlah Anak : ± 40 anak
Hari Kegiatan : Setiap Senin, Selasa, Kamis dan Jumat
Pukul 08.30 - 10.30 pagi
Iuran Siswa : Rp.10.000,-bulan
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan PAUD yang diselenggarakan di kelurahan Titi Kuning dilaksanakan di ruang serba guna kantor lurah Titi Kuning. Kegiatan dimulai
dengan berbaris di depan kemudian sambil bernyanyi mereka masuk dan duduk di kursi yang telah disediakan. Kegiatan dilanjutkan dengan bernyanyi bersama dan
kemudian belajar baca doa bersama. Setelah bernyanyi bersama, anak-anak juga diberi kesempatan untuk bernyanyi di depan satu-satu ataupun berkelompok dua-
tiga orang. Guru juga kadang-kadang memberikan pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan pelajaran dan lagu yang dinyanyikan.
Pelajaran kemudian dilanjutkan dengan istirahat yang biasa digunakan oleh para ibu-ibu yang menjaga untuk memberikan makanan kecil kepada anak-
anak mereka dan kesempatan kepada anak-anak untuk bermain bersama. Istirahat selesai dan pelajaran dilanjutkan dengan pelajaran-pelajaran
tambahan yaitu kegiatan motorik kasar atau senam, menggambar bebas, belajar menulis angka, mewarnai. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian setiap hari
sehingga setiap hari anak-anak tersebut mendapatkan pelajaran yang berbeda. Materi yang diberikan kepada anak-anak juga hanya mengenal angka,
huruf dan warna. PAUD di kelurahan Titi Kuning juga tidak mendasarkan pada kurikulum atau bahan ajar tertentu, melainkan hanya inisiatif dari guru
bersangkutan. Fasilitas yang dimiliki juga sudah cukup memadai karena sudah memiliki meja dan kursi untuk anak-anak dan ruang belajar yang cukup luas.
Peralatan yang dimiliki tidak begitu banyak, terutama mainan anak-anak juga belum banyak.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan, kelurahan Titi Kuning memiliki mean terendah kedua setelah kelurahan Sekip. Berdasarkan observasi
yang dilakukan, anak-anak di kelurahan Titi Kuning memiliki penerimaan sosial yang baik, hal ini terlihat dari interaksi sesama anak yang cukup baik, hanya ada
beberapa anak yang belum bergabung dengan anak lain untuk bermain dan hanya duduk bersama orangtuanya selama istirahat. Secara keseluruhan penerimaan
sosial dan penyesuaian sosial anak-anak ini cukup baik. Sama halnya dengan kelurahan Sekip, anak-anak di Titi Kuning juga
masih sulit untuk teratur, tetapi tempat duduk yang teratur cukup membantu agar anak-anak tersebut dapat lebih rapi dan teratur. Khusus untuk anak laki-laki,
permainan yang dilakukan ketika istirahat menjurus kepada permainan yang kasar dan saling memukul walaupun hanya main-main, hal ini menunjukkan kurangnya
keterampilan sosial yang dimiliki anak-anak tersebut. Hal lain yang cukup mendukung adalah kesulitan yang dialami para guru
ketika meminta anak-anak tersebut untuk berbaris khususnya setelah istirahat ketika akan melakukan kegiatan senam. Kesulitan terbesar adalah pada anak laki-
laki yang sangat aktif dan tidak bisa diam.
D.3. Kelurahan Sei Kambing B
Tahun Berdiri : 2007
Lama Berdiri : ± 1 tahun
Jumlah Guru : 2 orang
Jumlah Anak : ± 45 anak
Universitas Sumatera Utara
Hari Kegiatan : Setiap Selasa dan Kamis, Pukul 15.00 – 16.30
Iuran Siswa
: Gratis Kegiatan PAUD yang diselenggarakan di kelurahan Sei Kambing B
dilaksanakan di ruang serba guna kantor lurah Sei Kambing B. Kegiatan dimulai dengan nyanyi bersama dan kemudian baca doa bersama. Kegiatan dilanjutkan
dengan belajar angka, huruf dan ejaan kecil dan belajar membaca doa. Kemudian dilanjutkan dengan istirahat dan makanan ringan yang dibawa masing-masing
anak. Biasanya sebelum dan sesudah makan anak-anak membaca doa bersama yang dipimpin oleh salah satu anak. Kegiatan diakhiri dengan memberikan tugas
rumah baik mengambar bebas, mewarnai, dan menulis huruf bergantian setiap hari.
Materi yang diberikan kepada anak-anak juga hanya mengenal angka, huruf dan warna dan juga ejaan kecil. PAUD di kelurahan Sei Kambing juga tidak
mendasarkan pada kurikulum atau bahan ajar tertentu, melainkan hanya inisiatif dari guru bersangkutan. Fasilitas yang dimiliki juga sudah cukup memadai karena
sudah memiliki meja untuk anak-anak dan ruang belajar yang cukup luas. Peralatan yang dimiliki tidak begitu banyak hanya pengeras suara, terutama
mainan anak-anak juga belum ada. Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan, kelurahan Sei Kambing
memiliki mean tertinggi kedua setelah kelurahan Sunggal. Berdasarkan observasi yang dilakukan, anak-anak di kelurahan Sei Kambing B memiliki keterampilan
sosial yang cukup baik. Biasanya anak-anak ini datang sebelum jam tiga sore dan sebelum gurunya datang. Mereka mengambil meja lipat yang disediakan dan
Universitas Sumatera Utara
duduk di tikar dan cukup rapi dan menunggu gurunya. Mereka dapat duduk dengan cukup tenang di dampingi oleh orantua mereka, walaupun kadang-kadang
ada juga yang berjalan-jalan dan bermain-main. Pelajaran dimulai dengan bernyanyi bersama setelah gurunya datang.
Selama pelajaran berlangsung, mereka juga dapat belajar dengan cukup tenang dan mengacungkan tangan apabila akan menjawab dan berbicara atau mengajukan
diri untuk memimpin doa. Ketenangan yang dimiliki anak-anak ini berdasarkan observasi peneliti
menyebabkan interaksi antar anak menjadi kurang sering. Biasanya mereka hanya berbicara dengan anak-anak yang duduk di dekat mereka. Frekuensi bermain
bersama menjadi kurang dan anak-anak tersebut jarang terlibat permainan berkelompok.
Aspek penyesuaian sosial anak-anak tersebut juga cukup baik secara keseluruhan karena setiap anak dapat mengikuti pelajaran dan mengenal teman-
temannya. Sebagian kecil saja yang masih agak diam dan tidak berani untuk tampil ke depan apalagi memimpin doa.
D.4. Kelurahan Sunggal
Tahun Berdiri : 2006
Lama Berdiri : ± 2 tahun
Jumlah Guru : 4 orang
Jumlah Anak : ± 73 anak
Hari Kegiatan : Setiap Senin - Jumat, Pukul 10.00 – 12.00
Universitas Sumatera Utara
Iuran Siswa
: Rp.10.000,- sd Rp.15.000,-bulan Kegiatan PAUD yang diselenggarakan di kelurahan Sunggal dilaksanakan
di ruang serba guna kantor lurah Sunggal. Kegiatan dimulai dengan nyanyi bersama dan kemudian baca doa bersama. Kegiatan dilanjutkan dengan belajar
angka, huruf dan ejaan kecil untuk kelas kecil dan belajar membaca serta mengeja untuk kelas besar. PAUD di kelurahan Sunggal membagi kelas menjadi 2 yaitu
untuk kelas yang lebih kecil dan kelas yang lebih besar. Pelajaran dilanjutkan dengan mengerjakan tugas berupa menulis dan kadang menggambar.vwaktu
istirahat dimanfaatkan anak-anak untuk bermain karena di sini tersedia mainan- mainan kayu dan berbagai macam mainan lainnya. Setelah selesai pelajaran
ditutup dengan nyanyi bersama dan pulang. Materi yang diberikan kepada anak-anak juga hanya mengenal angka,
huruf dan warna dan juga belajar membaca melalui mengeja. PAUD di kelurahan Sunggal juga tidak mendasarkan pada kurikulum atau bahan ajar tertentu,
melainkan hanya inisiatif dari guru bersangkutan. Fasilitas yang dimiliki juga sudah cukup memadai karena sudah memiliki meja untuk anak-anak dan ruang
belajar yang cukup luas. Peralatan mainan yang dimiliki juga cukup banyak terutama mainan potongan kayu, angka, huruf dan lain sebagainya. Dari keempat
lokasi penelitian, kelurahan Sunggal merupakan satu-satunya PAUD yang telah mendapatkan bantuan berupa mainan-mainan tersebut dan merupakan PAUD
yang paling lama berdiri dibandingkan ketiga PAUD lainnya. Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan, kelurahan Sunggal
memiliki mean tertinggi diantara 4 kelurahan yang menjadi lokasi penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan observasi yang dilakukan, anak-anak di kelurahan Sunggal juga memiliki keterampilan sosial yang cukup baik. Anak-anak ini duduk dengan
tenang dan teratur karena mereka sudah mempunyai meja masing-masing. Selama pelajaran, juga mereka dapat duduk dengan tenang.
Model belajarnya juga sudah hampir sama seperti sekolah formal, dan anak-anak tersebut tidak ditunggui oleh orangtua mereka disampingnya, hanya
sebagian yang masih kecil yang ditunggui. Sebagian besar orangtua menunggu di luar ruangan dan banyak yang hanya mengantar dan menjemput anaknya saja
ketika datang dan pulang. Berdasarkan observasi, penerimaan sosial dan penyesuaian sosial anak-
anak tersebut cukup baik, karena terlihat mereka dapat berbicara dengan baik dengan sesama anak yang lain. Adanya waktu yang disediakan bagi mereka untuk
bermain juga memberikan kesempatan untuk bermain bersama secara berkelompok walaupun masih lebih sedikit bila dibandingkan dengan kelurahan
Sekip dan Titi Kuning. Secara keseluruhan, sosialisasi anak usia dini di kelurahan Sunggal
merupakan yang paling baik sesuai dengan hasil observasi dan nilai mean yang dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
86