Metodologi Penelitian Lokasi Penelitian Metode Kjehdhal

3. Waktu penyimpanan daun teh sisa penyeduhan adalah selang 2 hari dari pemeriksaan sampel I, II, III dan IV sugito. 1995. 4. Setiap 5 kg daun teh sisa penyeduhan ditambahkan 1 Liter larutan starter EM 4 5. Cara penyimpanan sampel yaitu dengan menumpuk sampel dalam wadah dan dibolak-balik adonan sampel 2 kali sehari agar suhu tetap antara 40-55 . C.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar N, P dan K dalam limbah teh sisa penyeduhan minuman Teh Botol Sosro dengan penambahan EM 4 sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memperoleh dan memberikan informasi tentang pemanfaatan daun teh sisa penyeduhan yang mengandung mineral N, P, dan K sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. 2. Memperoleh dan memberikan informasi tentang kadar N, P dan K didalam limbah teh sisa penyeduhan dengan penambahan EM 4 sehingga memungkinkan dimanfaatkan sebagai pupuk tananaman.

1.5 Metodologi Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penelitian ini merupakan eksperimen yang dilakukan dilaboratorium dengan cara-cara sebagai berikut : 1. Sampel yang diambil secara acak berupa limbah teh sisa penyeduhan Teh Botol Sosro oleh PT.Sinar Sosro cabang Medan dan NAD. 2. Preparasi sampel dilakukan dengan menyimpan 5,0 Kg limbah teh sisa penyeduhan PT.Sinar Sosro, kemudian dibagi dalam 5 wadah dimana setiap wadah diberi selang waktu fermentasi 2 hari. 3. Kadar Nitrogen ditentukan dengan metode Kjehdal. 4. Kadar Fosfor ditentukan dengan metode spektrofotometri UV-Visible. 5. Kadar Kalium ditentukan dengan metode spektroskopi serapan atom. Dalam penelitian ini digunakan 3 variabel yaitu : Variabel tetap Berat sampel dan EM 4 , Variabel bebas Waktu fermentasi dan Variabel terikat Kadar nitrogen, Kadar fosfor dan Kadar kalium.

1.6 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biokimia FMIPA USU dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS medan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Teh

Tanaman teh pertama kali ditemukan di daratan Cina. Diperkirakan di provinsi Szechwan. Daerah tersebut berbatasan dengan wilayah Cina bagian Barat Daya bagian Timur Laut India, Birma, Siam dan Indocina. Ada beberapa versi tentang legenda pertama kali ditemukannya tanaman teh. Dalam salah satu legenda diceritakan bahwa dalam suatu perjalanannya ke hutan, seorang raja Cina menyempatkan diri untuk beristirahat melepas lelah. Sambil beristirahat mereka menjerang air untuk minum, secara tidak terduga terbanglah sehelai daun masuk dalam air mendidih itu. Pada saat raja menghirup minuman itu dirasakan sebagai suatu minuman yang cukup menyegarkan. Maka sejak itulah dikenal minuman teh Cina. Masa itu bertepatan dengan masa sesudah pemerintahan dinasti Han, atau kira-kira tahun 221-265 sesudah masehi Djiman dkk,1996 Pasokan pertama yang mencapai Inggris terjadi pada tahun 1652 hingga 1654. seperti halnya rempah-rempah tropis, teh yang awalnya merupakan barang dagangan yang sangat mahal, merupakan produk ekslusif yang hanya bisa dijangkau oleh para aristokrat dan para saudagar kaya. Ketika Inggris terlibat dalam perdagangan teh, volume perdagangan yang menjangkau Eropa dan Amerika juga meningkat, seiring dengan ketatnya persaingan antar dermaga. Secara berangsur-angsur teh menjadi bisa terjangkau oleh masyarakat kelas menengah. Meskipun demikian Inggris mengalami ‘demam teh’ lebih besar dibanding Negara-negara lain Fulder, 2004. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Munculnya teh di Indonesia berawal ketika Dr.Andreas Cleyer, seorang berkebangsaan Belanda, yang membawa bibit tanaman teh untuk dijadikan tanaman hias pada tahun 1686. Mulai tahun 1728, bibit teh dari Cina mulai dibudidayakan di Pulau Jawa. Usaha tersebut baru berhasil pada tahun 1824, saat Dr.Van Siebold seorang peneliti teh di Jepang mengembangkannya. Sementara perkebunan teh di Indonesia baru dimulai tahun 1828 dan dipelopori oleh Jacobson. Teh kemudian menjadi komoditas yang menguntungkan. Dengan demikian, pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosch, rakyat dipaksa untuk menanam teh melalui politik tanam paksa. Setelah Indonesia merdeka, usaha perkebuanan dan perdagangan teh diambil pemerintah Soraya,2007. Tanaman teh umumnya ditanam diperkebunan dipanen secara manual, dan dapat tumbuh pada ketingian 200–2.300 m dpl. Teh berasal dari kawasan India bagian utara dan Cina Selatan. Ada dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu camellia sinensis var. Assamica yang berasal dari Assam dan camellia sinensis var. sinensis yang bersal dari Cina. Varietas Assamica daunnya agak besar dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas Sinensis daunnya lebih kecil dan ujungnya agak tumpul. Pohon kecil, karena seringnya pemangkasan maka tampak seperti perdu. Bila tidak dipangkas, akan tumbuh kecil ramping setingi 5–10 m, dengan bentuk tajuk seperti kerucut. Batang tegak berkayu, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus, pertulangan menyirip, panjang 6–18 cm, lebar 2–6 cm, warnanya hijau, permukaanya mengilap. Bunga diketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, garis tengah 3–4 cm, warnanya putih cerah dengan kepala sari berwarna kuning, harum. Buahnya buah kotak, berdinding tebal, pecah menurut ruang, masih muda hijau, setelah tua cokelat kehitaman. Biji keras, 1-3. pucuk dan daun muda yang digunakan untuk pembuatan minuman teh. Perbanyakan dengan biji, setek, sambungan atau cangkokan Dalimartha, 2002. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Taksonomi Teh Kingdom : Plantae Division : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoeae Ordo : Trantoemiaceae Family : Theaceae Genus : Camelia Spesies : Camelia sinensis L Djiman dkk,1996

2.1.1 Komposisi Kimia Teh

Ketika daun teh dibakar, seita 4,5-6 menjadi abu, dan ini terdiri dari oksida, posfat, klorida dan senyawa lain yang merupakan element logam dalam daun. Kelimanya disebut sebagai nutrisi mayor dengan persentase dari daun kering: kalium 1,75-2,25 , fosfor 0,3- 0,5 kalsium 0,4-0,5, magnesium 0,2 dan sulfur 0,1-0,3 elemen sisa yang berupa elemen minor terdapat dalam daun teh kering sebagai berikut besi 1500 p.p.m., mangan 500- 1000 p.p.m., boron, zinc, dan klorin masing-masing 30-50 p.p.m.Harler,C.R.,1966 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.1.2 Jenis dan Pengolahan Teh

Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh Camelia sinensis melalui proses pengolahan tertentu. Secara umum berdasarkan cara atau proses pengolahannya teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara mengaktivasi enzim oksidase atau fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis terhadap kandungan katekin teh. Sementara. Teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah prosess rolling atau pengulungan daun dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi, yang memiliki karekteristik khusus dibandingkan teh hitam dan teh hijau Hartoyo, 2003.

2.1.3 Pegolahan Teh Hitam

Cara pengolahan teh hitam, daun dirajang dan dijemur di bawah panas matahari sehingga mengalami perubahan kimiawi sebelum dikeringkan. Perlakuan terebut akan menyebabkan warna daun menjadi coklat dan memberikan cita rasa teh hitam yang khas. Tahap-tahap pengolahan teh hitam sebagai berikut : a. Pelayuan dalam ruangan Pelayuan dalam ruangan dilakukan selama 12-18 jam. Selama proses pelayuan yang lama ini, kadar air dalam daun berkurang dan menjadi lembut sehingga daun-daun mudah digiling. b. Penggilingan Penggilingan bertujuan agar membran daun hancur sehinga mengeluarkan minyak atsri yang menimbulkan aroma yang khas. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Fermentasi Penuh Selama proses fermentasi, warna daun menjadi gelap dan sarinya menjadi kurang pahit. Proses fermentasi dihentikan saat aroma dan rasanya sudah maksimal. d. Pengeringan Proses pengeringan untuk menguranngi kadar air sebanyak 2 – 5. Sarinya mengering pada permukaan daun dan bertahan relative tetap sampai dilepaskan oleh air panas selama penyeduhan. e. Sortasi Selama proses produksi, banyak daun teh robek atau remuk sehingga produk teh akhir terdiri atas daun utuh, daun robek, dan partikel-partikel yang lebih kecil Soraya, 2007.

2.2 Fermentasi

Istilah fermentasi berasal dari bahasa latin fervere yang berarti mendidih. Pada kebanyakan tumbuhan dan hewan respirasi yang berlangsung adalah respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasiaerob terhambat pada sesuatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebut melangsungkan proses fermentasi yaitu proses pembebasan energi tanpa adanya oksigen, nama lainnya adalah respirasi anaerob. Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan metabolisme dalam anaerobik fakultatif adalah konsentrasi oksigen dan materi fermentasi di lingkungan. Indrawati Gandjar Wellyzar Syamsuridzal.2006 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Proses pertumbuhan mikroba merupakan proses yang memiliki batas tertentu. Pada saat tertentu, setelah melewati tahap minimum, mikroba akan mengalami fasa kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan berhentinya pertumbuhan mikroba antara lain: 1. Penyusutan konsentrasi nutrisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan mikroba karena habis terkonsumsi. 2. Produk akhir metabolisme yang menghambat pertumbuhan mikroba karena terjadinya inhibisi dan represi. Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digambarkan dalam suatu kurva pertumbuhan. 1. Fasa stationer adalah fasa yang disebut fasa adaptasi lag phase. Pada saat ini mikroba lebih berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan medium baru daripada tumbuh ataupun berkembang biak. Pada saat ini mikroba berusaha merombak materi-materi dalam medium agar dapat digunakan sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya. Bila dalam medium ada komponen yang tidak dikenal mikroba, mikroba akan memproduksi enzim ekstraselular untuk merombak komponen tersebut. Fasa ini juga berlangsung seleksi. Hanya mikroba yang dapat mencerna nutrisi dalam medium untuk pertumbuhannya lah yang dapat bertahan hidup. 2. Fasa pertumbuhan dipercepat adalah fasa dimana mikroba sudah dapat menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Pada fasa ini mikroba banyak tumbuh dan membelah diri sehingga jumlahnya meningkat dengan cepat. Laju pertumbuhan µ= dX meningkat mencapai nilai maksimumnya. dtµ = laju pertumbuhan mikroba seldetik X = jumlah mikroba hidup 3. Fasa eksponensial adalah akhir fasa pertumbuhan dipercepat. Pada fasa ini laju pertumbuhan tetap pada laju pertumbuhan maksimum µmaks. Nilai µ maks ini ditentukan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA oleh konstanta jenuh atau saturasi substrat. Nilai µmaks untuk setiap mikroba juga tertentu pada masing-masing substrat. 4. Fasa pertumbuhan diperlambat mulai pada akhir fasa eksponensial. Pertumbuhan mikroba yang begitu cepat tidak diimbangi tersedianya nutrisi yang cukup. Jika fermentasi dilakukan secara batch, dimana umpan nutrisi dimasukkan hanya pada awal proses fermentasi, pada waktu tertentu saat jumlah mikroba yang mengkonsumsi nutrisi tersebut melebihi daya dukung nutrisi akan terjadi kekurangan nutrisi. Gambar 2.1 grafik pertumbuhan mikroba Sumber ;Yuwono, Triwibowo.2008.Biologi Molekular.Erlangga Jakarta. Hal lain yang memperlambat pertumbuhan mikroba adalah terjadinya inhibisi ataupun represi. 5. Fasa kematian terjadi apabila nutrisi sudah benar-benar tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan mikroorganisme. Keadaan ini diperparah oleh akumulasi produk metabolit primer dan sekunder yang tidak dipanen sehingga terus menginhibisi ataupun merepresi pertumbuhan sel mikroorganisme. Selain itu umur sel juga sudah tua, sehingga pertahan sel terhadap lingkungan yang berbeda dari kondisi biasanya juga berkurang. http:www.scribd.comdocFERMENTASI K o n se n tr a si se l Fas e ad ap ta si lag F a se p e rt um buha n di p e rc e pa t Fa se ek sp o n en si a l Fa se t et ap st at is Fas e p e rt am b ah an Fa se k e m at ian Waktu UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.1 Starter EM

4 EM 4 adalah kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam laktat, serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen. EM-4 diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman secara berkelanjutan. http:www.spektrasurabaya.com Keuntungan dan Manfaat EM-4 • Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. • Meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen. • Meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi. • Mempercepat proses fermentasi pada pembuatan Kompos. kompos yang dibuat dengan teknologi EM disebut dengan BOKASHI. • Memperbaiki komposisi dan jumlah mikroorganisme pada perut ternak sehingga pertumbuhan dan produksi ternak meningkat. Ir. Nan Djuarnani, M.Sc., Kristian Budi Susilo Setiawan .2005

2.3 Unsur Hara Tanaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Seperti manusia tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman plant nutrient. Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanaman menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya. Dengan fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon yang ada di atmosfir yang kadarnya sangat rendah, ditambah air dirubah menjadi bahan organik oleh klorofil dengan bantuan sinar matahari. Unsur yang serap untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman dinamakan hara tanaman. Mekanisme pengubahan unsur hara menjadi senyawa organik atau energi disebut metabolisme. Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah : Karbon C, Hidrogen H, Oksigen O, Nitrogen N, fosfor P, Kalium K, SulfurS, Kalsium Ca, Magnesium Mg, seng Zn, Besi Fe, Mangan Mn, Tembaga Cu, Molibden Mo, Boron B, Klor Cl, Natrium Na, Kobalt Co dan Silikon Si. Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, unsur hara dibagi menjadi dua golongan yakni : unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan tanaman dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan unsur hara mikro. Kadar N, misalnya dalam jaringan tanaman lebih dari seribu kali kadar Zn. Walaupun kadar unsur hara berbeda, namun setiap jenis tanaman umumnya memiliki urutan berdasarkan kadarnya yakni : C, H, N, P, S, K, Ca, Mg, Si, Na, Fe, Mn, Cu, Zn, Mo dan B.Rosmarkam,A.,Yuwono,N.Y.2002

2.3.1 Pemanfatan Pupuk

Secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun, secara lebih terperinci manfaat pupuk ini dapat dibagi dalam dua macam yaitu yang berkaitan dengan perbaikan fisika dan kimia tanah. Manfaat pupuk yang paling banyak dirasakan penggunaannya adalah : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman. 2. Membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang seperti nitrogen, fosfor dan kalium. 3. Memperbaiki keasaman tanah.Marsono,S.P.2001

2.3.2 Unsur Hara Makro Primer

2.3.2.1 Nitrogen N

Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat NO 3 - dan ammonium NH 4 + Nitrogen dapat kembali ke tanah melalui pelapukan sisa makhluk hidup bahan organik. Nitrogen yang berasal dari bahan organik ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui tiga tahap reaksi yang melibatkan aktivitas mikroorganisme tanah. . Sebagian besar nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam larutan tanah dan mudah teserap oleh akar. Karena selalu berada dalam larutan tanah, ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran air tanah. Sebaliknya, ion ammonium bermuatan positif sehingga terikat oleh koloid tanah. Ion tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses pertukaran kation. Tahap reaksi tersebut sebagai berikut : 1. Penguraian protein yang terdapat pada bahan organik menjadi asam amino tahap ini disebut aminisasi. 2. Perubahan asam-asam amino menjadi senyawa-senyawa ammonia NH 3 dan amonuim NH 4 + 3. Perubahan senyawa ammonia menjadi nitrat yang disebabkan oleh bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus. Tahap ini disebut reaksi nitrifikasi.Novizan.,2002 . Tahap ini disebut amonifikasi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.3.2.1.1. Amoniak Dapat dikatakan bahwa amoniak berada dimana-mana, dari kadar beberapa mgl pada air permukaan dan air tanah, sampai kira-kira 30 mgl lebih, pada air buangan. Air tanah hanya mengandung sedikit NH 3 , karena NH 3 dapat menempel pada butir-butir tanah liat selama infiltrasi air kedalam tanah, dan sulit terlepas dari butir-buir tanah liat tersebut. Pada air buangan, NH 3 dapat diolah secara mikrobiologis melalui proses nitrifikasi hingga menjadi nitrit NO 2 - dan nitrat NO 3 - 2NH , sesuai reaksi di bawah ini : 4 + + 3O 2 nitrosomonas 2NO 2 - + 4H + + 2H 2 2NO O + energi 2 - + O 2 nitrosococcus 2NO 3 - + energi 2.3.2.1.2. Nitrat NO 3 - Adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk sintesa protein, tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat pada kosentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tidak terbatas Alearts,G.,Santiko.S.S.1987 2.3.2.2. Fosfor Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H 2 PO 4 - , HPO 4 2- , dan PO 4 2- akan tergantung dari nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal dari pelapukan batuan mineral alami, sisanya dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfor di dalam tanah mineral cukup bayak tanaman bisa mengalami kekurangan fosfor. Pasalnya sebagian besar fosfor terikat secara kimia oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sukar larut di dalam air. Mungkin hanya 1 fosfor yang dapat dimanfaatkan tanaman. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jika terjadi kekurangan fosfor tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan sebagai berikut : 1. Lambat dan kerdil. 2. Perkembangan akar terhambat. 3. Gejala pada daun sangat beragam, beberpa tanaman menunjukkan warna hijau tua mengilap yang tidak normal. 4. Pematangan buah terhambat. 5. Perkembangan warna dan bentuk buah buruk. 6. Biji berkembang tidak normal. Agustina,L.1990 2.3.2.3. Kalium Seperti unsur hara makro lainnya, kalium bukanlah komponen dari protein, karbohidrat atau beberapa substansi lainnya di dalam tumbuhan. Kalium dengan mudah diserap oleh akar tanaman. Dan sebagian besar ion kalium K + Ion-ion didalam air tanah dan ion-ion K disimpan di dalam sel tumbuh- tumbuhan.Simpson,K.,1986 + Persedian kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air dan erosi tanah. Biasanya tanaman menyerap kalium lebih banyak dari pada unsur hara lain kecuali nitrogen. Beberapa jenis tanaman khususnya rumput-rumputan dan kacang-kacangan akan terus menyerap kalium diatas kebutuhan normal. Kejadian ini disebut luxury consumption. Sering terjadi pada pemupukan kalium dengan dosis tinggi.Agustina,L.1990 yang diadsorbsi, dapat langsung diserap . disamping itu tanah mengandung juga persedian mineral tertentu dalam bentuk berbagai macam silikat, dimana kalium membebaskan diri sebagai akibat dari pengaruh iklim.Rinsema,W.J.1993 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.3.3 Kegunaan Unsur Hara Makro Primer

2.3.3.1 Kegunaan unsur hara nitrogen 1. Meningkatkan pertumbuhan tanaman. 2. Menyehatkan pertumbuhan daun. 3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman. 4. Meningkatkan perkembangan mikroorganisme di dalam tanah yang penting bagi proses pelapukan bahan organik. 5. Diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan vegetatif seperti daun, batang dan akar.Foth,H.D.1994 2.3.3.2. Kegunaan unsur hara fosfor 1. Berperan penting didalam transfer energi di dalam sel tanaman, misalnya ADP dan ATP. 2. Berperan dalam pembentukan membran sel misalnya : lemak dan posfat. 3. Berpengaruh pada struktur K + , Ca 2+ , Mg 2+ dan Mn 2+ 4. Meningkatkan efesiensi fungsi dan penggunaan N. Agustina,L.1990 terutama terhadap fungsi unsur-unsur tersebut yang mempunyai kontribusi terhadap stabilitas struktur dan konfirmasi makromolekul, misalnya : gula posfat, nukleotida dan koenzim. 2.3.3.3. Kegunaan unsur hara kalium 1. Mendorong produksi hidrat arang. Kekurangan unsur ini dapat mengakibatkan berkumpulnya gula pada daun. 2. Mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan dan membantu pengisapan air oleh akar tanaman, dan mencegah menguapnya air keluar dari tanaman. 3. Memperbaiki beberapa sifat kualitatif seperti rasa, warna, bau, dan daya tahan dari buah. 4. Membantu menguatkan rumpun pada tanaman gandum.Rinsema,w.J.1993 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Translokasi pemindahan gula pada pembentukan pati dan protein. 6. Membantu proses membuka dan menutupnya stomata mulut daun. 7. Efesiensi penggunaan air ketahanan terhadap kekeringan. 8. Memperluas pertumbuhan akar. 9. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. 10. Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga dan buah tidak gampang rontok. 11. Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generative. 12. Menambah rasa manis pada buah. Agustina,L.1990

2.4. Metode Kjehdhal

Metode kjehdhal didasarkan pada destruksi sampel yakni dengan memanaskan sampel asam sulfat pekat menggunakan katalis dimana penentuannya terbagi atas 3 tahapan. Cara kjehdhal umumnya dapat dibedakan atas 2 cara yaitu : cara makro dan cara semimikro. Cara makro dipergunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan berukuran besar. Sedangkan cara semimikro, dirancang untuk sampel yang berukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen. Tahapan dalam metode kjehdal yaitu : 1. Tahap destruksi Pada tahap ini sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Element karbon, hidrogen peroksida teroksidasi menjadi CO, CO 2 dan H 2 O, sedagkan nitrogennya berubah menjadi ammonium sulfat. Proses destruksi selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna. Agar analisa lebih tepat dilakukan perlakuan blanko. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Tahap destilasi Pada tahap ini ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia dengan penambahan NaOH sampai alkalis lalu dipanaskan. Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan standart asam. Asam standart yang digunakan adalah asam klorida atau asam borat dalam jumlah yang berlebih. Agar kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui jika asam dalam kondisi yang berlebih maka diberikan indicator Destilat diakhiri bila semua ammonia terdestilasi sempurna yang ditandai dengan destilat tidak bereaksi basa. 3. Tahap titrasi Banyaknya asam borat yang bereaksi dengan monia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida 0,1 M dengan indikator BCG + MR. Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Selisih jumlah sampel dan blanko merupakan jumlah ekuivalen nitrogen. N = mL HCl sampel - blanko x N HCl x 14,008 x 100 Berat sampel g x 1000 Reaksi yang terjadi dalam proses analisis kadar protein adalah sebagai berikut: RCHNH 2 COOH + H 2 SO 4 destruksi NH 4 2 SO 4 + SO 2 + CO 2 NH 4 2 SO 4 +NaOH destilasi NH 4 OH +Na 2 SO NH 4 4 OH NH 3 + H 2 O UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NH 3 +HCl NH 4 Cl + HCl HCl sisa sisa + NaOH titrasi NaCl +H 2 O

2.5 Metode Spektrofotometer UV-Visibel

Dokumen yang terkait

Pengaruh Effective Microorganisme 4 (EM4) dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.)

1 46 102

Pengaruh Penambahan EM4 (Effective Microorganism 4) pada Pembuatan Biogas dari Eceng Gondok dan Rumen Sapi

0 7 52

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH ORGANIK DENGAN AKTIVATOR EM4 DAN ANALISIS N P K PADA PUPUK CAIR ORGANIK.

2 13 19

PENAMBAHAN TEPUNG DARAH DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT LIMBAH BIOGAS DARI FESES SAPI DAN SAMPAH ORGANIK TERHADAP KANDUNGAN N, P DAN K.

0 0 9

EVALUASI PENAMBAHAN BEBBRAPA BAHAN ORGANIK DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT LIMBAH BIOGAS DARI BEBERAPA JENIS ISI RUMEN TERHADAP KANDUNGAN N, P DAN K.

0 0 9

KAJIAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH BIOGAS ISI RUMEN DAN PENAMBAHAN BEBERAPA BAHAN ORGANIK TERHADAP KANDUNGAN N, P DAN K.

0 0 6

PENGARUH PENAMBAHAN BEBERAPA BAHAN ORGANIK DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH BIOGAS DARI ISI RUMEN SAPI DAN SAMPAH ORGANIK TERHADAP KANDUNGAN N,P DAN K.

0 1 6

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 (Effective Microorganism 4) DAN LARUTAN GULA PADA PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI CRUMB RUBBER

0 2 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Teh - Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kandungan N, P dan K dari Limbah Pembuatan Minuman Teh Sosro dengan Penambahan Effective Microorganisme (EM4)

0 1 19

PENGARUH WAKTU FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN N, P DAN K DARI LIMBAH PEMBUATAN MINUMAN TEH SOSRO DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISME (EM4 ) SKRIPSI MARDIANA RAMBE 060802053

0 1 11