Dimensi- Dimensi Kualitas Hidup Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

pendidikan, gaya hidup, spiritual. Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper 1999. Untuk mengetahui kualitas hidup harus diketahui indikatornya. Menurut OECD 1892 , indikator kualitas hidup adalah lingkungan, usia, pendidikan, pekerjaan, kesehatan dan kesempatan kerja. Dari defenisi kualitas hidup dapat terlihat bahwa secara umum kualitas terdiri dari dua bagian veenhoven, 2004 , yaitu kualitas eksternal dan kualitas internal. Kualitas eksternal dengan faktor lingkungan dan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, sedangkan kualitas internal berhubungan dengan kondisi internal individu yang mempengaruhi persepsinya terhadap realita, serta kesejahteraan subjektif . Berdasarkan defenisi kualitas hidup juga dapat dikatakan bahwa kualitas hidup merupakan konsep yang bersifat subjektif karena melibatkan persepsi individu terhadap aspek hidupnya. Browne et al 1997 mengatakan bahwa kondisi kehidupan tertentu tidak menghasilkan reaksi yang sama pada setiap individu, karena tiap – tiap individu memiliki defenisi masing – masing mengenai hal - hal yang mengindikasikan kualitas hidup yang baik dan buruk.

2.1.2. Dimensi- Dimensi Kualitas Hidup

Schipper, Clinch dan Olweny dalam Post, Witte, dan Schrijvers, 1999 mengatakan bahwa dimensi kualitas hidup ada empat fungsi fisik dan okupasi, keadaan psikologis, interaksi sosial dan sensasi somatik. Spilker dalam Post, Witte, dan Schrijvers, 1999 juga membuat empat dimensi dari kualitas hidup yaitu keadaan fisik dan kemampuan fungsional, keadaan psikologis dan Universitas Sumatera Utara kesejahteraan, interaksi sosial, dan keaadan ekonomi. Tokoh lain menambahkan dimensi keadaan finansial Padilla, Presant, Grant dan Metter dalam dalam Post, Witte, dan Schrijvers, 1999, kehidupan spiritual Wyatt dan Friedman dalam Post, Witte, dan Schrijvers, 1999 dan kebutuhan untuk bantuan dalam menjalankan aktivitas kehidupan Najman dan levine dalam Post, Witte, dan Schrijvers, 1999. Walaupun pembagian dimensi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup individu tertulis dalam penamaan yang berbeda – beda, dapat disimpulkan bahwa dimensi – dimensi tersebut saling berinteraksi untuk memberikan gambaran kualitas hidup individu. Dimensi – dimensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada dimensi – dimensi kualitas hidup yang terdapat pada WHOQL-BREF. Menurut WHOQL Group dalam Lopers dan Snyder, 2004, kualitas hidup memiliki enam dimensi yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan, dan keaadan spiritual. WHOQL ini kemudian dibuat lagi menjadi insturment WHOQL –BREF dimana enam dimensi tersebut dipersempit menjadi empat dimensi yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan. Keempat dimensi ini dijabarkan menjadi beberapa faset Power dalam Lopez dan Snyder, 2004.

2.1.3. Alat Ukur Kualitas Hidup

Pengukuran kualitas hidup dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran kualitas hidup secara menyeluruh kualitas hidup dipandang sebagai evaluasi individu terhadap dirinya secara menyeluruh atau hanya mengukur Universitas Sumatera Utara domain tertentu saja kualitas hidup diukur hanya melalui bagian tertentu dari diri seseorang individu. Pengukuran mengenai kualitas hidup diukur dalam beraneka macam tingkat dan dimensi. Telah banyak diterbitkan alat ukur kualitas hidup, namun tetap saja belum ada kesepakatan bersama antara peneliti mengenai defenisi kualitas hidup dan hal tersebut tampak dalam pemilihan item dari alat ukur setiap peneliti Skevington, Lofty dan O’connel, 2004. Alat ukur WHOQL – BREF merupakan hasil pengembangan dari alat ukur WHOQL. Alat ukur ini memiliki item pertanyaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan alat ukur WHOQL, yaitu hanya sebanyak 26 item. Alat ukur ini hanya memiliki empat buah dimensi yaitu: 1. Kesehatan fisik 2. Keadaan psikologis 3. Hubungan sosial 4. Lingkungan Power dalam Lopez dan Synder, 2004 Skevington, Lotfy dan O’Connel 2004 mengemukakan bahwa alat ukur WHOQL- BREF dikembangkan sebagai bentuk pendek dari alat ukur WHOQL- 100, digunakan pada situasi penelitian dimana waktu yang digunakan dalam penelitian sangat terbatas, dimana ketidaknyamanan atau beban yang dirasakan oleh responden dalam penelitian harus dibuat seminimal mungkin. Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah alat ukur kualitas hidup yang singkat yang dikeluarkan oleh organisasi kesehatan dunia the WHOQL- BREF, yang terdiri dari empat dimensi yaitu: Universitas Sumatera Utara

2.1.3.1. Dimensi Kesehatan Fisik

a. Aktivitas sehari – hari: menggambarkan kesulitan dan kemudahan yang dirasakan individu ketika melakukan kegiatan sehari – hari. b. Mobilitas: menggambarkan tingkat perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dengan mudah dan cepat. c. Kapasitas kerja: menggambarkan kemampuan individu dalam menyelesaikan tugas – tugasnya. d. Tidur dan istirahat: menggambarkan kualitas tidur dan istirahat yang dimiliki oleh individu. e. Energi dan kelelahan: menggambarkan tingkat kemampuan individu dalam menjalankan aktivitas sehari – hari.

2.1.3.2. Dimensi kesejahteraan Psikologis.

a. Bodily image dan appearance: menggambarkan bagaimana individu memandang keadaan tubuh serta penampilannya. b. Perasaan negatif: mengambarkan adanya perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki oleh individu. c. Perasaan positif: menggambarkan perasaan yang menyenangkan yang dimiliki oleh individu. d. Self–esteem: melihat bagaimana individu menilai atau menggambarkan dirinya sendiri. e. Berfikir, belajar, memori dan konsentrasi: menggambarkan keadaan kognitif individu yang memungkinkan untuk berkonsentrasi, belajar dan menjalankan fungsi kognitif lainnya. Universitas Sumatera Utara

2.1.3.3. Dimensi hubungan sosial.

a. Relasi personal: menggambarkan hubungan individu dengan orang lain. b. Dukungan sosial: menggambarkan adanya bantuan yang didapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. c. Aktivitas seksual: menggambarkan kegiatan seksual yang dilakukan oleh individu.

2.1.3.4. Dimensi hubungan dengan lingkungan

a. Sumber finansial: menggambarkan keaadan keuangan iindividu. b. Freedom, physical safety dan security: menggambarkan tingkat keaamanan individu yang dapat mempengaruhi kebebasan dirinya. c. Perawatan kesehatan dan social care: menggambarkan ketersediaan layanan kesehatan dan perlindungan sosial yang dapat diperoleh individu. d. Lingkungan rumah: menggambarkan keadaan tempat tinggal individu . e. Kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi baru dan keterampilan skills: menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan bagi individu untuk memperoleh hal – hal baru yang berguna bagi individu. f. Partisipasi dan kesempatan uuntuk melakukan rekresi atau kegiatan yang menyenangkan: menggambarkan sejauhmana individu memiliki kesempatan dan dapat bergabung untuk berkkreasi dan menikmati waktu luang. g. Lingkungan fiisik: menggambarkan keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal individu keadaan air, saluran udara, iklim, polusi, dll. h. Trasportasi: menggambarkan sarana kendaraan yang dapat dijakau oleh individu. WHOQOL 1998 Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh WHOQOL dalam Power, 2003, persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal. Hal ini juga sesuai dengaan apa yang dikatakan Fadda dan Jiron 1999 bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu yang tinggal di kota wilayah satu dengan yang lain bergantung pada konteks budaya, sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada wilayah tersebut. Menurut para peneliti, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah: a. Gender atau Jenis Kelamin Moons, dkk 2004 mengatakan bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Bain, dkk 2003 menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki- laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan. Bertentangan dengan penemuan Bain, dkk 2004 menemukan bahwa kualitas hidup perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Fadda dan Jiron 1999 mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam peran serta akses dan kendali terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan atau hal-hal yang penting bagi laki-laki dan perempuan juga akan berbeda. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan aspek-aspek kehidupan dalam hubungannya dengan kualitas hidup pada laki-laki dan perempuan. Ryff dan Singer 1998 dalam Papalia, dkk 2007 mengatakan bahwa secara umum, kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. WHOQOL 1998 Universitas Sumatera Utara b. Usia Moons, dkk 2004 dan Dalkey 2002 dalam Nofitri, 2009 mengatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, dan Lett 2004 dalam Nofitri, 2009 menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer 1998 dalam Nofitri, 2009 individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa madya. Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, dkk 2001 dalam Nofitri, 2009 menemukan adanya kontribusi dari faktor us ia tua terhadap kualitas hidup subjektif. c. Pendidikan Moons, dkk 2004 dan Baxter 1998 dalam Nofitri, 2009 mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk 2004 dalam Nofitri, 2009 menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, dkk 2007 dalam Nofitri, 2009 menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak. d. Pekerjaan Moons, dkk 2004 dalam Nofitri, 2009 mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari Universitas Sumatera Utara pekerjaan, dan penduduk yang tidak mampu bekerja atau memiliki disablity tertentu. Wahl, dkk 2004 dalam Nofitri, 2009 menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita. e. Status Pernikahan Moons, dkk 2004 dalam Nofitri, 2009 mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah. Zapf et al 1987 dalam Nofitri, 2009 menemukan bahwa status pernikahan merupakan prediktor terbaik dari kualitas hidup secara keseluruhan. Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda atau duda akibat pasangan meninggal Glenn dan Weaver 1981 dalam Nofitri, 2009 f. Penghasilan Baxter, dkk 1998 dan Dalkey 2002 dalam Nofitri, 2009 menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani 2007 dalam Nofitri, 2009 juga menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak. g. Hubungan dengan orang lain Hubungan Dengan Orang Lain Baxter, dkk 1998 dalam Nofitri, 2009 menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa faktor jaringan sosial dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Myers, dalam Kahneman, Diener, dan Schwarz 1999 dalam Nofitri, 2009 mengatakan bahwa pada saat Universitas Sumatera Utara kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik baik secara fisik maupun emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani 2007 dalam Nofitri, 2009 juga menemukan bahwa faktor hubungan dengan orang lain memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menjelaskan kualitas hidup subjektif.

2.2. Wanita Usia Produktif

Menurut Depkes RI 1993 wanita usia produktif merupakan wanita yang berusia 15-49 tahun dan wanita pada usia ini masih berpotensi untuk mempunyai keturunan. Sedangkan menurut BKKBN, 2001, wanita usia subur wanita usia produktif adalah wanita yang berumur 18-49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda. Wanita usia produktif termasuk usia dewasa awal dan usia madya. Poter dan Perry 2005

2.2.1. Dewasa Awal

Istilah dewasa berasal dari bahasa latin, yaitu adultus yang berarti tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa seseorang dikatakan dewasa adalah apabila dia mampu menyelesaikan pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dengan masyarakat dewasa lain.

a. Teori Masa Dewasa Awal

Banyak teori yang telah mencoba mendeskripsikan fase – fase masa dewasa muda tugas perkembanganya yang berkaitan. Tiga teori Levinson, Gilllgan, dan Diekelman, akan dibahas dalam bagian ini. Penelitian lama oleh Levinson telah Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gaya Hidup Remaja Pedesaan (Studi di Desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara)

0 62 14

Pengetahuan Sadari (Studi Analisis Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri)

3 55 100

Analisis Penilaian Rumah Sehat dan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Balita di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016

1 9 105

Analisis Penilaian Rumah Sehat dan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Balita di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016

0 1 14

Analisis Penilaian Rumah Sehat dan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Balita di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016

0 0 2

Analisis Penilaian Rumah Sehat dan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Balita di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016

0 0 7

Analisis Penilaian Rumah Sehat dan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Balita di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016

0 0 32

Analisis Penilaian Rumah Sehat dan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Balita di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016

0 0 3

Analisis Penilaian Rumah Sehat dan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Balita di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Kualitas Hidup Wanita Usia Produktif di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbanghasundutan

0 0 24