51
BAB IV POTENSI OBJEK WISATA MUSEUM SIMALUNGUN KOTA
PEMATANGSIANTAR UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN
4.1. Sejarah Museum Simalungun
Tahun 1928, pemuka-pemuka masyarakat, raja-raja adat, dan cerdik-pandai Simalungun di Pematangsiantar mengadakan pertemuan musyawarah mengenai
usaha membangun daerah Simalungun baik di bidang pertanian, pendidikan, ekonomi, dan kebudayaan. Satu dari pembicaraan itu menjadi pokok pembahasan
yaitu mengenai kebudayaan dan barang-barang purbakala. Telah disadari bila barang- barang kuno, barang purbakala itu tidak mendapat perhatian, maka diperkirakan akan
hilang lenyap tidak berbekas lagi. Melalui mufakat itu telah disinggung bagaimana usaha-usaha dari beberapa perkumpulan, yang mengeluarkan majalah seperti Sinar
Simalungun oleh Simalungun Sapanriahan. Selain itu ada juga Sinalsal oleh Komite Na Ra Marpodah, Surat Kabar Warta Baru , dan surat kabar Cerdas .
Semuanya meminta perhatian agar terjadi satu usaha mengumpulkan, mempelajari, melestarikan barang-barang yang pernah dimiliki oleh nenek moyang di daerah
Simalungun dahulunya. Untuk usaha tersebut, dibentuklah satu dewan bernama Dewan Pengawas Museum Simalungun oleh Harungguan Raja-Raja Simalungun
sehingga terdapat susunan pengurus sebagai berikut : Ketua
: A. H. Doornik Ketua Kerapatan Na Bolon. Sekretaris
: T. Maja Purba Kepala Mantri Algemene Dienst. Penasiha
: Dr. P. Voorhoeve, Taalambtenaar.
Universitas Sumatera Utara
52
Anggota- anggota :
1. T. Mogang Purba, Raja Purba utusan raja-raja. 2. Jaudin Saragih Penghulu Balei.
3. Tn. R. H. Volbeda, Adm Perkebunan Laras. Akibat Harungguan raja-raja Simalungun di kala itu berada di dua tempat yaitu di
Pematangsiantar dan di Saribudolok, ada suara-suara meminta agar tempat kantor pengasuhan berada di Saribudolok Pematang Raya. Akhirnya kesepakatan jatuh
pada wilayah Pematangsiantar yang lebih strategis karena wisatawan dari Medan, Tebing Tinggi, Tanjung Balai, dan Tapanuli mudah menjangkau daerah ini
dibandingkan dengan Pematang Raya. Tanah tempat museum didirikan yaitu di Jalan Jenderal Sudirman, yakni tanah
yang diberikan oleh Burgemeester walikota. Sumbangan dari Pemerintah telah diterima sebesar 1.650 Gulden, maka pada 10 April 1939 mulai didirikan Museum
Simalungun berbentuk balei bolon saja, karena biaya untuk membentuk rumah bolon belum mencukupi pada saat itu. Struktur museum menggunakan galang sebanyak
empat buah, atap ijuk, dinding papan nibung, dan sampingnya memakai para-para etalase. Barang-barang kuno purbakala disusun di dalam etalase para-para,
sangkutan pakaian dan lain-lain. Peresmian Museum Simalungun Pematangsiantar diadakan pada 30 April 1940 di
palugendang Simalungun, diiringi oleh tari-tarian serta didahului acara mengusir roh- roh jahat dipercaya agar penghuni museum ini dalam keadaan baik-baik saja. Hampir
semua instansi-instansi, raja-raja, pejabat-pejabat, dan masyarakat pengemuka adat
37
Universitas Sumatera Utara
53
menghadiri acara tersebut. Rumah Pusaka Simalungun ini diresmikan oleh Pemerintah, papan nama Rumah Pusaka tercantum dalam kertas, tetapi agar lebih
meluas dalam pengertian maka disebut sebagai Museum . Di samping Museum Simalungun ini, dibangun juga kantor tempat petugas-petugas harian dan dibelakang
kantor tersebut dibangun sebuah tempat penjaga pekarangan museum sekarang bangunan itu sudah dipindahkan ke belakang gedung Tari-Tarian.
Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pernah berkunjung ke museum ini tahun 1954. Ia sangat prihatin melihat keadaan museum tersebut,
sehingga ia berjanji akan memberikan bantuan seperlunya kepada Museum Simalungun ini. Akibat kunjungan tersebut di atas, maka Pemerintah Kabupaten
Simalungun merealisir untuk membentuk satu badan yang bertugas mengembangkan usaha-usaha perawatan barang, dan lain-lain. Maka terbentuklah Yayasan Museum
Simalungun yang susunannya sebagai berikut: Ketua Umum
: Farel Pasaribu, Bupati Simalungun Ketua I
: Bonifacius Sianga, P.S Ketua II
: Djontari Damanik, Kepala Penerangan Kab. Simalungun
Sekretaris :J. E. Saragih, Pelaksana Pimpinan Kebudayaan
Sekretaris II : Rudolf Purba, Kep. SMP IV
Bendahara : Frinus Saragih, A. Wed. Siantar
Pembantu-Pembantu : 1. Mr. T. Jaidin Purba, SH
2. Netap Bukit, A. Wed. Siantar
Universitas Sumatera Utara
54
3. Firman Damanik, Kepala SMEA Negeri 4. Andaraya Saragih
5. T. Baja Purba Bupati 6. Abd. Gani Nasution, Kepala Blasting P. Siantar
7. Amir Nurrasyid 8. Iskandar Muda Tambunan
Pengurus Yayasan ini tahun 1960 berubah menjadi : Ketua Umum
: Rajamin Purba, SH Ketua I
: T. Moesa Sianaga Ketua II
: Lodewijk Purba Ketua III
: Hulman Hutabarat Sekretaris I
: J. E. Saragih Sekretaris II
: Rudolf Purba Bendahara
: R. E. Damanik Di masa kepengurusan tersebut terjadi pemagaran besi pekarangan Yayasan
Museum Simalungun dari kawat duri diganti dengan besi, berdirinya Gedung Tari- Tarian seterusnya diserahkan pula pengasuhannya kepada Yayasan Museum
Simalungun. Yayasan ini mendirikan rumah pegawai Museum Simalungun di kompleks belakang Gedung Tari-tarian, memasang lampu penerangan di dalam
pekarangan Yayasan Museum Simalungun, mendirikan kios-kios 6 buah, ukir-ukiran yang dibuat menghadap ke museum, mengangkat batu Purbakala yang diletakkan di
dalam pekarangan, serta membuat kolam kecil di muka museum, yang dapat menarik
Universitas Sumatera Utara
55
perhatian pengunjung museum. Bangunan-bangunan yang ada di Museum Simalungun, yaitu:
1. Rumah Pusaka Museum. 2. Rumah Gedong Kantor Museum.
3. Rumah tempat barang purbakala, hembusan api. 4. Gedong Tari-tarian.
5. Rumah Pegawai Museum di belakang museum kompleks pekarangan. 6. Kios-kios menghadap jalan besar Jend. Sudirman, No. 10 sebanyak 6 buah.
Kantor Yayasan Museum Simalungun 2010.
4.2. Lokasi Museum Simalungun