Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya ada dua keuntungan yang akan didapatkan pemegang saham investor , yaitu Capital Gain dan Dividend. Kebijakan pembayaran dividen mempunyai dampak yang sangat penting bagi investor maupun bagi perusahaan yang membayarkan dividen. Para investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Dilain pihak, perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus memberikan kesejahteraan bagi pemegang saham. Penetapan pembagian dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan investor, disisi lain kebijakan tersebut jangan sampai menghambat pertumbuhan apalagi mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Kebijakan dividen ialah keputusan perusahaan apakah laba yang diperoleh dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba atau retained earning guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang selanjutnya mengurangi total sumber dana internal atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan tidak membagikan laba yang diperoleh maka kemampuan pembentukan dana interenal atau internal financing akan makin besar. Persentase laba yang akan dibagikan perusahaan dalam bentuk dividen dalam bentuk tunai kepada perusahaan disebut rasio pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio DPR Sartono,2001:281. Dividend payout ratio Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu komponen dasar kebijakan dividen. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Dalam penentuan dividen, arus kas juga menjadi suatu pertimbangan yang penting dikarenakan pembayarn dividen merupakan arus kas keluar. Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada free cash flow yang dimiliki oleh perusahaan.White et al 2003. Mendifinisikan free cash flow sebagai aliran kas diskusioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash flow dapat digunakan untuk penggunaan diskusioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan, pembayaran utang dan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Dengan kata lain aliran kas bebas yang tersedia di atas kebutuhan investasi yang profitable Sartono,2001:101. Jika tidak terdapat peluang investasi yang dianggap profitable maka Free cash flow dapat digunakan untuk penggunaan pembayaran utang atau pembayaran kepada pemegang saham sebagai dividen. The larger the firm’s FCF, the healthier it is, because it has more cash for growth, debt paymen, and dividend. White et al. 2003: 27. Semakin besar arus kas bebas yang dimiliki perusahaan maka manajemen akan mendapat tekanan yang besar dari para pemegang saham untuk membagikan dividen dalam Dini, 2009. Hal ini menunjukkan semakin tinggi free cash flow, semakin besar dividend payout rationya. Kemampuan untuk meminjam atau faktor Leverage perusahaan juga menjadi salah satu penentu dalam pembagian dividen Horne,2005:283. Tingkat Universitas Sumatera Utara hutang Debt to Eqiuty Ratio dipakai dalam menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya. Apabila perusahaan menentukan bahwa dana untuk pelunasan utang atas pembayaran bunganya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Semakin tinggi DER maka tingkat pembayaran dividen DPR semakin rendah, begitu pula sebaliknya dalam Sutrisno:2001 Selain itu perusahaan sebagai debitur, perusahaan kerap kali menggunakan aktiva tetap sebagai jaminan pinjamannya. Besarnya aktiva tetap yang digunakan kreditur sebagai jaminan disebut penjaminan aktiva tetap Collaterizable Asset. Semakin besar Collaterizable Asstes berarti semakin besar dana perusahaan yang diinvestasikan pada pembelian aktiva tetap baru maupun pemeliharaannya, sehingga semakin kecil dividen yang dibagikan juga akan semakin dalam Pradessya, 2006. Manajer juga sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah akan membagi dividennya atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan maka dapat diperkirakan bahwa pertumbuhan perusahaan growth menjadi salah satu penentu kebijakan pembagian dividen. ”Intuitively, sustainable growth is merely a formalization of the old adage ”it takes money to make money” Higgins,2007:120.” Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Hal ini kemungkinan akan mengurangi besaran dividen yang akan diterima investor. Universitas Sumatera Utara Faktor profitabilitas juga menjadi penentu yang sangat penting bagi pemegang saham yang akan melihat keuntungan yang benar – benar akan diterima dalam bentuk dividen Sartono,2001:122. ROE mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan Sartono,2001:124. Rasio ini juga mengukur imbal hasil rata – rata dari total kepemilikan saham yang mungkin diberikan dalam bentuk dividen. Menurut Tambunan 2010, ROE berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Berikut ini akan kita lihat bagaimana nilai free cash flow, DER, collaterizable assets, growth, ROE terhadap DPR. Pada perusahaan yang memiliki tingkat dividend payout ratio tertinggi disetiap sub sektor. Tabel 1.1 Nilai Free Cash Flow, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio Free Cash Flow DER Dividen Payout Ratio 2008 2009 2008 2009 2008 2009 MLBI 0.36 0.45 1.73 8.61 92.83 108 MERK 0.24 0.03 0.15 0.23 121.5 20.44 UNVR 0.37 0.38 3.08 2.45 100 100 HMSP 0.04 0.09 1.55 1.34 67.49 24.7 Sumber: www.idx.co.id diakses oleh Lamsihar, 5 September 2010, data diolah. Dari tabel diatas terlihat bahwa kenaikan free cash flow perusahaan HMSP tidak disertai dengan naiknya DPR perusahaan tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Dini 2009. Dalam Sutrisno 2001 didapatkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat semakin tinggi DER maka DPR akan semakin rendah, namun pada perusahaan MLBI kenaikan DER diikuti dengan kenaikan DPR. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.2 Nilai Collaterizable Assets, Growth dan Dividend Payout Ratio Collaterizable Assets Growth Dividen Payout Ratio 2008 2009 2008 2009 2008 2009 MLBI 42.83 43.38 4.55 -25.92 92.83 108 MERK 14.61 15.42 -6.6 32.62 121.5 20.44 UNVR 39.35 40.56 -0.01 100 100 HMSP 26.83 24.33 15.84 39.9 67.49 24.7 Sumber: www.idx.co.id diakses oleh Lamsihar, 5 September 2010, data diolah. Hasil penelitian Pradessya 2006 menyatakan bahwa Collaterizable Assets berpengaruh negatif terhadap DPR, namun pada perusahan MLBI dan HMSP pada saat tingkat collaterizable assets memiliki pengaruh yang positif dengan DPR. Pradessya 2006 menyatakan bahwa semakin tinggi growth maka semakin kecil DPR, namun dalam tabel diatas, pada perusahaan UNVR terlihat bahwa saat pertumbuhan perusahaan mengalami penurunan tingkat DPR juga penurunan. Tabel 1.3 Nilai Return on Equity dan Dividen Payout Ratio. Return on Equity Dividen Payout Ratio 2008 2009 2008 2009 MLBI 64.59 323.6 92.83 108 MERK 30.13 41.42 121.5 20.44 UNVR 33.36 56.06 100 100 HMSP 48.4 48.63 67.49 24.7 Sumber: www.idx.co.id diakses oleh Lamsihar, 5 September 2010, data diolah. Dalam penelitian Tambunan 2010 ditemukan hubungan positif antara ROE dan DPR, namun dalam tabel diatas, perusahaan HMSP mengalami peningkatan ROE, DPR mengalami penurunan. Universitas Sumatera Utara Perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI tidak semuanya membagikan dividen. Beberapa perusahaan yang tergabung dalam perusahaan industri barang konsumsi merupakan perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik. Emiten di sektor industri barang konsumsi pada tahun 2009 mampu mencetak laba bersih sebesar Rpl6,49 triliun atau naik 45,03 dibandingkan dengan perolehan laba bersih dari sektor ini pada 2008 dapat terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.4 Laba Bersih Industri Barang Konsumsi TAHUN LABA BERSIH 2006 Rp 14,546 Triliun 2007 Rp 9,99 Triliun 2008 Rp 11,09 Triliun 2009 Rp 16,49 Trilliun Sumber : www.idx.co.id , diakses oleh Lamsihar, 5 september 2010, data diolah. Selain itu, terdapat 3 emiten yang masuk kedalam urutan 10 emiten terbesar bila dilihat dari kapitalisasi pasar PT Uniliever,PT HM Sampoerna, PT Gudang Garam http:www.vibiznews.comcolumnstock20100715 . Dapat diasumsikan bahwa perusahaan memiliki laba yang cukup untuk dibagikan sebagai dividen. Namun pada kenyataannya hanya sebagian dari perusahaan dalam sektor ini membagikan dividen secara berkelanjutan. Berikut merupakan perusahaan – perusahaan yang membayarkan dividen berturut – turu Universitas Sumatera Utara Tabel 1.5 Persentase pembagian dividen sub sektor industri barang konsumsi secara berturut – turut selama tahun 2006-2009. Sumber: www.idx.co.id diakses oleh Lamsihar, 10 September 2010, diolah. Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa sektor yang paling banyak membagikan dividen setiap tahunnya secara berturut – turut ialah sub sektor kosmetika 66.67 dimana dua perusahaan yang terdaftar membagikan dividennya secara berturut – turut setiap tahun dari tahun 2006 - 2009. Sedangkan sub sektor rokok paling sedikit membagikan dividennya secara berturur – turut dari tahun 2006 - 2009 33,3, dimana hanya terdapat 1 dari 3 perusahaan yang membagikan dividen setiap tahun secara berturut – turut dari tahun 2006-2009. Selain itu terlihat bahwa terdapat sub sektor yang sama sekali tidak membayarkan dividen yaitu perusahaan – perusahaan yang ada di sub sektor barang keperluan rumah tangga. Perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai perusahaan industri barang konsumsi sebanyak 32 perusahaan. Sedangkan perusahaan yang membagikan dividen secara beturut – turut selama tahun 2006-2009 hanya sebanyak 11 perusahaan. Artinya hanya 34,37 dari jumlah seluruh perusahaan di industri barang kosumsi yang membagikan dividen secara berturut - turut. Tentu saja, hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang memengaruhi manajemen perusahaan No. Sub Sektor Industri Perusahaan yang membagikan dividen Total perusahaan Persentase perusahaan yang membagikan dividen 1. Makanan dan Minuman 5 13 38,46 2. Kosmetika 2 3 66.67 3. Barang Keperluan Rumah Tangga 3 4. Farmasi 3 10 30 5. Rokok 1 3 33,3 Universitas Sumatera Utara dalam membagikan dividennya atau dengan kata lain tergantung kepada kebijakan dividen perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengambil judul: ”Analisis faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI”

B. Rumusan Masalah