sepanjang musim dan c Lokasi sumur gali diusahakan terletak pada daerah yang bebas banjir.
b. Konstruksi: a Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari
permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan, b Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari permukaan tanah untuk
mencegah rembesan air bekas pemakaian kedalam sumur, c Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
masuknya kotoran kembali melalui alat yang dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan dan sebagainya, d Lantai harus kedap air
dengan jarak antara tepi lantai dan tepi luar dinding sumur minimal 1 meter dengan kemiringan kearah tepi lantai dan e Saluran pembuangan air kotor
atau bekas harus kedap air sepanjang minimal 10 meter dihitung dari tepi sumur.
2.2.2. Jamban
Pembuangan tinja manusia yang terinfeksi yang dilaksanakan secara tidak layak tanpa memenuhi persyaratan sanitasi dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran tanah dan sumber–sumber penyediaan air. Disamping itu serangga– serangga seperti lalat dapat menyebarkan tinja dan kadang–kadang menimbulkan bau
yang tidak dapat ditolerir. Jamban yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebagai berikut: 1 Tidak
mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut, 2 Tidak mengotori air tanah di sekitarnya, 3 Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa,
Universitas Sumatera Utara
dan binatang–binatang lainnya, 4 Tidak menimbulkan bau dan 5 Mudah digunakan dan dijaga kebersihannya.
Apabila persyaratan–persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan antara lain hal–hal sebagai berikut: a Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya
bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga–serangga dan binatang– binatang lain, terlindung dari pandangan orang dan sebagainya, b Bangunan jamban
sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya, c Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak
mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya dan d Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih Notoatmodjo,
2003.
2.2.3. Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Definisi pengelolaan sampah disini meliputi
pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup. Cara–cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut: 1.
Pengumpulan dan pengangkutan sampah. Pengumpulan sampah adalah tanggung jawab dari masing–masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan
sampah. Oleh sebab itu mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing–masing tempat
Universitas Sumatera Utara
pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara TPS sampah dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir TPA.
2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
Pemusnahan dan atau pengolahan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut: a Ditanam landfill, yaitu pemusnahan sampah
dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah, b Dibakar inceneration, yaitu pemusnahan sampah dengan
membakar di dalam tungku pembakaran incenerator dan c Dijadikan pupuk composting Yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk, khususnya untuk sampah
organik daun–daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk Notoatmodjo, 2003.
2.3. Peran Karakteristik Individu dalam perilaku Kesehatan