Taraf Kesukaran Soal Daya Pembeda Soal

Untuk menginterpretasikan koefisien korelasi digunakan Tabel 3.3 sebagai berikut: Tabel 3.3 Kriteria koefisien korelasi reliabilitas Nilai r Kriteria 0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat kuat 0,60 ≤ r 0,80 Kuat 0,40 ≤ r 0,60 Sedang 0,20 ≤ r 0,40 Rendah 0,00 r 0,20 Sangat rendah Sugiyono, 2011: 231 Perhitungan reliabilitas dengan rumus K-R 20 Kuder Richardson dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 20. Hasil perhitungan menunjukkkan nilai reliabilitas uji coba tahap satu adalah 0,45 dengan kriteria sedang. Selanjutnya, hasil uji coba tahap dua nilai reliabilitasnya yakni 0,57 dengan kriteria sedang. Dengan demikian, butir-butir soal yang digunakan adalah soal-soal yang reliabel.

3.6.3 Taraf Kesukaran Soal

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan soal itu terlalu mudah. Indeks kesukaran disimbolkan dengan huruf P. Rumus mencari P adalah: Dimana : P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Arikunto, 2006: 208 Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran diklasifikasikan pada Tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3.4 Kriteria indeks kesukaran Nilai P Kriteria 0,00 P ≤ 0,30 Sukar 0,30 P ≤ 0,70 Sedang 0,70 P 1,00 Mudah Analisis uji coba soal tahap pertama menunjukkan butir soal nomor 24 memiliki indeks kesukaran sebesar 0,2 sehingga termasuk soal sulit. Analisis lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10. Analisis taraf kesukaran soal uji coba kedua didapatkan hasil sebagai berikut: 9 soal termasuk ke dalam kategori soal sukar, 26 soal termasuk ke dalam kategori soal sedang, dan 6 soal termasuk ke dalam kategori soal mudah. Analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 22.

3.6.4 Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah Arikunto, 2006:211. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda dapat dicari dengan rumus: Arikunto, 2009:213 Keterangan: D = Daya pembeda soal B A = Jumlah jawaban benar dari kelompok atas B B = Jumlah jawaban benar dari kelompok bawah J A = Jumlah siswa pada kelompok atas J B = Jumlah siswa pada kelompok bawah = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.5 sebagai berikut: Tabel 3.5 Klasifikasi daya pembeda Nilai D Keterangan 0,00 D ≤ 0,20 jelek poor 0,20 D ≤ 0,40 cukup satisfactory 0,40 D ≤ 0,70 baik good 0,70 D ≤ 1,00 baik sekali excellent Negatif tidak baik Arikunto, 2009:218 Untuk perhitungan daya pembeda butir soal dapat dilihat pada Lampiran 23, pada butir soal no.1, diperoleh daya pembeda soal D sebesar 0,461 dan termasuk ke dalam kategori baik. Pada uji coba tahap satu, lima soal yakni no. 13,14,15,22 dan 24 memiliki daya pembeda cukup. Analisis lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil analisis daya pembeda dalam uji coba soal tahap dua yakni 8 soal termasuk ke dalam kategori daya pembeda baik, dan 7 soal memiliki daya pembeda cukup dan 25 soal termasuk ke dalam kategori daya pembeda jelek. Untuk melihat hasil analisis lebh rinci, dapat dilihat pada Lampiran 24.

3.7 Analisis Data

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

11 78 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD Melalui Brain Based Learning untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Pengembangan Karakter Siswa SMP Kelas VIII

2 21 226

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA.

0 5 48

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD Penerapan Model Pembelajaran Arias Terintegrasi Pada Pembelajaran Kooperatif Stad Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika (Ptk Pada Siswa Kelas Viii C Smp Negeri 3

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA.

0 5 42

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS X PADA KONSEP INSEKTA.

0 3 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DISIONS) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA.

0 1 39

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SQUARE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA DAN MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI LISAN SISWA SMP.

0 1 47

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

1 6 266