Teori Belajar Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky

j. Guru membimbing siswa dalam melakukan penilaian terhadap perencanaan pemecahan masalah. k. Guru membimbing siswa melakukan penilaian terhadap hasil pemecahan masalah dan meminta siswa menuliskan hasil diskusinya pada kertas yang telah disediakan. l. Perwakilan dari kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya. m. Guru memberikan terhadap kelompok yang sudah maju. n. Pemberian soal evaluasi. o. Penutup.

2.1.12 Teori Belajar yang Mendasari Model

Bertolak dari prinsip prinsip pembelajaran tersebut, pembelajaran berbasis masalah dapat ditelusuri melalui tiga aliran pemikiran pendidikan yaitu:

a. Teori Belajar Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky

Pembelajaran dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivis kognitif. Pandangan ini banyak didasarkan teori Piaget. Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget, yang memandang individu sebagai struktur kognitif, peta mental, skema atau jaringan konsep guna memahami dan menanggapi pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan. Individu bereaksi pada lingkungan melalui upaya mengasimilasikan berbagai informasi ke dalam struktur kognitifnya. Dalam proses asimilasi tersebut, perilaku individu diperintah struktur kognitifnya. Waktu mengakomodasi lingkungan, struktur kognitif diubah lingkungan. Asimilasi ditempuh ketika individu menyatukan informasi baru ke perbendaharaan informasi yang sudah dimiliki atau diketahuinya kemudian menggantikannya dengan informasi terbaru. Individu mengorganisasikan makna informasi itu ke dalam ingatan jangka panjang = . Ingatan jangka panjang yang terorganisasikan inilah yang diartikan sebagai struktur kognitif. Struktur kognitif berisi sejumlah yang mengadung segi segi intelek yang mengatur atau memerintah perilaku individu, perubahan perilaku mendasari penetapan tahap tahap perkembangan kognitif. Sementara itu, Vygotsky memberi tempat lebih pada aspek sosial pembelajaran. yang didasari oleh pemikiran bahwa budaya berperan penting dalam belajar seseorang. Budaya adalah penentu perkembangan, tiap individu berkembang dalam konteks budaya, sehingga proses belajar individu dipengaruhi oleh lingkungan utama budaya keluarga. Budaya lingkungan individu membelajarkannya apa dan bagaimana berpikir. Budaya memberi sumbangan perkembangan intelektual individu melalui 2 cara, yaitu melalui budaya dan lingkungan budaya. Melalui budaya banyak isi pikiran pengetahuan individu diperoleh seseorang. Perkembangan kognitif dihasilkan dari proses dialektis proses percakapan dengan cara berbagi pengalaman belajar dan pemecahan masalah bersama orang lain, terutama orang tua, guru, saudara sekandung dan teman sebaya. Awalnya orang yang berinteraksi dengan individu memikul tanggung jawab membimbing pemecahan masalah, lambat laun tanggung jawab itu diambil alih sendiri oleh individu yang bersangkutan Lapono, 2008:1.19 1.21. Dari pendapat tersebut, peneliti meyimpulkan bahwa teori pembelajaran Kontruktivisme dan Vygotsky adalah suatu pembelajaran yang terdapat interaksi sosial didalamnya, dalam proses interaksi tersebut maka aspek sosial siswa akan berkembang dan membantu seiswa dalam menggabungkan pengehuan awal yang dimiliki siswa dengan pengetahuan yang diperoleh akibat interaksi dengan teman sejawatnya. b. Dewey dan Pembelajaran Demokratis Pembelajaran menemukan akar intelektualnya pada penelitian John Dewey. Dalam demokrasi dan pendidikan Dewey menyampaikan pandangan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Ilmu mendidik Dewey menganjurkan pembelajar untuk mendorong pebelajar terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah masalah intelektual dan sosial. Dewey juga menyatakan bahwa pembelajaran disekolah seharusnya lebih memiliki manfaat dari pada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik dapat dilakukan oleh pebelajar dalam kelompok kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka sendiri Alfitiana, 2012.. Dari pendapat tersebut, peneliti meyimpulkan bahwa teori Dewey dan Pembelajaran Demokratis adalah suatu pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kelompok kecil untu membantu siswa menyelesaikan permasalahan nyata yang akan memberikan manfaat nyata bagi siswa dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam lingkungannya. c. Bruner dan Belajar Penemuan Bruner adalah adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif. Ia telah mengembangkan suatu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh yang disebut dengan belajar penemuan. Menurut Bruner, belajar tidak hanya untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi, untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Oleh sebab itu, Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju lebih cepat sesuai dengan kemampuan siswa. Di dalam proses pembelajaran, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan 5 7 ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Slameto, 2010:11. Dari pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa teori Bruner dan Belajar Penemuan adalah sebuah pembelajaran yang baik akan membantu siswa dalam membangun konsep konsep baru berdasarkan kegiatan mencari tahu dengan berpastisipasi aktif yang nantinya akan menghasilkan pengetahuan bermakna yang didapatkan melalui penemuan pribadi.

2.2 KAJIAN EMPIRIS

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL DIRECT INSTRUCTION (DI) DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN GUNUNGPATI 02 SEMARANG

1 11 296

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN MEDIA TEKA TEKI SILANG PADA SISWA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 02 KOTA SEMARANG

1 22 343

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL START LEARNING BY EXCHANGE GREETINGS AND QUESTIONS (LEGQ) BERBASIS MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS V SDN GUNUNGPATI 02 SEMARANG

0 21 437

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA GAMBAR PADASISWA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 03 SEMARANG

0 4 259

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN MEDIA KARTU MASALAH PADA SISWA KELAS V SDN GUNUNGPATI 03

1 13 329

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING DENGAN MEDIA CD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 03

0 8 339

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING BERBASIS MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS IVA SDN GISIKDRONO 03 KOTA SEMARANG

0 3 274

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS V SDN PUDAKPAYUNG 02 KOTA SEMARANG

1 11 238

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL NUMBER HEAD TOGETHER BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN PAKINTELAN 03 KOTA SEMARANG

2 11 231

Peningkatan Kualitas pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Role Playing Pada Siswa Kelas V SDN Gunungpati 02 Kota Semarang.

0 1 1