Pada Gambar 25, dapat dilihat perbandingan antara debit rembesan untuk model tanggul tanpa drainase dengan debit rembesan dengan
drainase horizontal. Nilai debit rembesan dengan drainase horizontal lebih besar daripada debit rembesan model tanggul tanpa drainase. Perhitungan
debit rembesan q
out
untuk masing-masing ulangan selengkapnya pada Lampiran 8.
0.00E+00 1.00E-06
2.00E-06 3.00E-06
4.00E-06 5.00E-06
6.00E-06 7.00E-06
50 100
150 200
Waktu menit D
e b
it r
e m
b es
an m
3
d e
t
Dengan drainase Tapa Drainase 1
Tanpa drainase 2 Tanpa Drainase 3
Gambar 25. Kurva perbandingan debit rembesan q
out
untuk model tanggul tanpa drainase dan dengan drainase horizontal.
2. Berdasarkan Program Seepw
Data-data yang diperlukan untuk menganalisa besarnya debit rembasan dan panjang zona basah a yaitu jenis bahan, pressure, konduktivitas
hidrolika, tinggi tekan head pressure dan unit flux. Nilai permeabilitas diperoleh dari pengambilan contoh tanah pada tubuh
tanggul setelah dilakukan pengaliran. Pengambilan contoh tanah untuk uji permeabilitas diambil dari bagian hilir tanggul. Ini dilakukan karena tanah
bagian hilir tanggul lebih jenuh karena adanya rembesan air yang mengalir ke bagian hilir tanggul. Nilai pressure dan permeabilitas untuk setiap
ulangan pada model tanggul yang selanjutnya menjadi data masukkan untuk analisa debit rembesan dengan program SeepW.
Pada Tabel 15, besarnya debit rembesan flux section mempunyai nilai yang tidak berbeda jauh. Nilai rembesan pada model tanggul dengan
drainase lebih besar. Penelitian sebelumnya nilai flux section yang diperoleh 3.88 x 10
-7
m
3
det Sari, 2005. Debit rembesan yang diperoleh pada penelitian sebelumnya bernilai lebih besar dibandingkan dengan
penelitian kali ini yaitu sebesar 4.0094 x 10
-8
m
3
det . Ukuran partikel tanah berpengaruh terhadap terhadap debit rembesan. Dengan pemakaian
ukuran partikel tanah yang berbeda maka kandungan tanah juga akan berbeda sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkat kepadatan tanah.
Semakin besar tingkat kepadatan tanah, maka tanah tersebut akan lebih sukar untuk meloloskan air dan debit yang dihasilkan akan kecil pula.
Dengan pemakaian ukuran partikel tanah yang besar akan menghasilkan debit rembesan yang besar pula. Tahapan pengoperasian program SeepW
pada Lampiran 9. Tabel 15. Hasil analisis debit rembesan dengan program SeepW
Model tanggul
Ulangan Pressure -
kNm
2
Permeabilitas mdet
Debit Rembesan m
3
det
Tanpa saluran
drainase 1 0.914
2.30 x
10
-6
3.1909 x
10
-8
2 1.550 3.24 x 10
-6
4.4950 x
10
-8
3 1.440 3.13 x 10
-6
4.3424 x
10
-8
Rata-rata 1.301 2.89 x 10
-6
4.0094 x
10
-8
Dengan saluran
drainase 2.010
8.41 x 10
-7
5.0815 x
10
-8
3. Berdasarkan Rumus Empiris
Berdasarkan rumus empiris cara A. Casagrande debit rembesan yang diperoleh untuk model tanggul tanpa saluran drainase sebesar 3.89 x 10
-10
m
3
det. Dengan cara grafik debit rembesan untuk model tanggul tanpa drainase diperoleh nilai sebesar 3.99 x 10
-10
m
3
det. Debit rembesan yang didapatkan dengan cara Bowles untuk model tanggul tanpa drainase
sebesar 4.16 x 10
-10
m
3
det. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil perhitungan debit rembesan berdasarkan rumus empiris masing A. Casagrande, Grafik, dan Bowles
Model tanggul
Zona basah hitung cm Permeabilitas
cmdet q
hitung
m
3
det Casagrande Grafik Bowles
Casagrande Grafik
Bowles
Tanpa drainase
12.06 13.36
12.22 3.24 x 10
-4
3.89 x 10
-10
3.99x 10
-10
4.16 x 10
-10
Tabel 17. Perbandingan debit rembesan q
out
dengan 3 metode Pengamatan langsung, analisis SEEPW, dan analisis rumus empiris
Model Tanggul
Debit Rembesan q
out
m
3
det
Pengamatan Langsung
Analisis SEEPW
Analisis Rumus Empiris Casagrande Grafik Bowles
Tanpa Saluran
Drainase 5.04 x 10
-7
4.0094 x
10
-8
3.89 x
10
-10
3.99 x
10
-10
4.16 x
10
-10
Tanpa Saluran
Drainase 6.20 x 10
-6
5.0815 x
10
-8
- -
-
Debit rembesan berdasarkan rumus empiris menghasilkan debit yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan metode pengukuran secara
langsung dan analisis program Seepw. Hal ini disebabkan karena pada metode empiris selain faktor permeabilitas dan dimensi tanggul, panjang
zona basah juga mempengaruhi perhitungan. Pada pengukuran secara langsung dan metode analisis Seepw, panjang zona basah a tidak
berpengaruh dalam menentukan besarnya debit rembesan. Hanya nilai permeabilitas yang mempengaruhi debit rembesan pada analisis SeepW,
sedangkan pada pengukuan langsung debit rembesan di ukur berdasarkan banyaknya volume air yang keluar setiap waktunya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan : 1.
Debit rembesan dengan analisis SEEPW lebih mendekati debit rembesan secara pengamatan langsung, sedangkan analisis dengan rumus empiris
debit rembesan yang diperoleh nilainya lebih kecil dibanding analsis SEEPW maupun pengamatan langsung.
2. Dari penelitian sebelumnya Sari, 2005 besarnya debit rembesan secara
pengamatan langsung diperoleh debit yang lebih besar dibandingkan penelitian ini, dikarenakan penggunaan ukuran partikel tanah yang
berbeda. Dengan ukuran partikel yang lebih besar, maka debit outlet yang dihasilkan lebih besar pula.
3. Penggunaan drainase berpengaruh terhadap debit rembesan. Nilai yang
diperoleh untuk debit rembesan pada model tanggul dengan drainase horizontal lebih besar dibanding debit rembesan pada model tanggul tanpa
drainase. 4.
Berdasarkan hasil pengukuran langsung, perhitungan empiris dan analisis SeepW maka debit rembesan yang terjadi semuanya lebih kecil dari debit
kritis sehingga tidak menyebabkan gejala keruntuhan tanggul.
B. SARAN
1. Bahan pembentuk model tanggul sebaiknya merupakan bahan yang tahan
terhadap rembesan air seperti tanah yang mempunyai kandungan liat yang tinggi.
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan yaitu menggunakan skala yang sama
antara dimensi tanggul dengan besarnya ukuran partikel tanah yang digunakan untuk bahan pembentuk model tanggul.
3. Perlu digunakan sensor kadar air di beberapa titik pada tubuh model
tanggul agar diketahui kadar air pada saat pengaliran air berlangsung.