25
iv. Penentuan jumlah PHA
Jumlah PHA yang digunakan disesuaikan dengan ketebalan bioplastik yang akan dihasilkan. Jumlah PHA yang optimal akan
ditentukan dengan cara melarutkan PHA pada kloroform kemudian di tuang pada cetakan dan diukur ketebalannya. Perbandingan
PHA-kloroform yang digunakan adalah perbandingan optimal yang dihasilkan pada tahap penentuan jumlah kloroform. Jumlah PHA
yang optimal adalah jumlah PHA yang mampu menghasilkan larutan PHA yang mampu menutup permukaan cetakan dengan
sempurna jika larutan tersebut dituang pada cetakan dan ketebalan bioplastik yang dihasilkan kurang dari 0,25 mm.
v. Penentuan jumlah pemlastis dimetil ftalat DMF
Konsentrasi pemlastis dihitung berdasarkan jumlah PHA yang digunakan. Pada penelitian ini akan diujikan konsentrasi pemlastis
dimetil ftalat DMF mulai dari 0 kontrol, 12,5, 25, 37,5, dan 50 bb dari jumlah PHA. Sebagai pembanding dibuatlah
bioplastik dari PHB murni yang dibeli dari Sigma-Aldrich. Bioplastik pembanding dibuat tanpa pemlastis 0 DMF dan
dengan pemlastis pada konsentrasi terbaik hasil karakterisasi sifat mekanik bioplastik yang dibuat dengan PHA pati sagu.
b. Karakterisasi Bioplastik i.
Kuat tarik dan perpanjangan putus ASTM D 882-97
Pengukuran kuat tarik dilakukan dilakukan di Sentra Teknologi Polimer STP kawasan Puspitek Serpong. Alat yang digunakan
adalah Universal Testing Machine UTM dengan merk Simadzu AGS-10KNG. Penggunaan ASTM D 882-92 karena sampel uji
termasuk film plastik yang sangat tipis thin plastic sheeting dengan ketebalan kurang dari 0,1 mm. Sampel yang berbentuk
lembaran dipotong dengan panjang 130 mm dan lebar 8 mm. Sebelum pengujian dilakukan, sampel dikondisikan dalam climatic
chamber pada suhu 23
o
C dan kelembaban 50 selama 48 jam.
26 Kondisi ruang uji: suhu 23,7
o
C dan kelembaban 60,0. Pengujian dilakukan berdasarkan standar ASTM D 882-97 dengan kecepatan
500 mmmenit. Kuat tarik plastik tensile strength dapat dihitung dengan persamaan berikut :
IJ = F
max
A Keterangan:
IJ = kuat
tarik MPa
F
max
= tegangan maksimum Kgf A =
luas penampang
melintang mm
2
ii. Gugus fungsi
Analisa gugus fungsi dilakukan di Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Alat yang
digunakan adalah Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy FTIR dengan merk ATI Mattson. Sampel pengujian yang
berbetuk lembaran dipotong melingkar dengan diameter 10 mm.
iii. Sifat Termal ASTM D3418-99
Analisa sifat termal meliputi suhu pelelehan melting point, T
m
dan suhu transisi kaca glass transition temperature, T
g
. Analisa dilakukan di Sentra Teknologi Polimer STP kawasan Puspitek
Serpong. Alat yang digunakan adalah Differential Scanning Calorimetry DSC dengan merek Mettler Toledo. Sampel
ditimbang sekitar 20 mg dimasukkan dalam crucible 40 µl. Pengujian dilakukan berdasarkan standar ASTM D 3418-99.
Analisa dilakukan dengan temperature program dimulai dengan pemanasan sampel dari temperatur -90
o
C hingga 200
o
C. Kecepatan pemanasan adalah 10
o
Cmenit. Sebagai purge gas digunakan gas nitrogen dengan kecepatan aliran 50 mlmenit.
27
iv. Derajat kristalinitas Hahn et al., 1995
Pengukuran derajat kristalinitas dilakukan dengan metode pendekatan. Metode ini didasarkan pada perubahan entalpi yang
terjadi pada saat tercapainya suhu pelelehan yang terukur pada saat pengukuran suhu pelelahan dengan DSC. PHA dengan derajat
kristalinitas 100 akan mempunyai perubahan entalpi sebesar 146 Jg. Dengan melakukan perbandingan perubahan entalpi sampel uji
dan PHA dengan kristalinitas 100 maka akan dapat diketahui derajat kristalinitas sampel uji.
c. Analisa Data