15 yang dapat membentuk ketebalan larutan sebesar kira-kira lima kali ketebalan
film plastik yang akan dihasilkan.
D. Karakterisasi Plastik Biodegradable
Kualitas plastik biodegradable yang dihasilkan dapat ditentukan dengan melakukan karakterisasi. Beberapa karakterisasi yang dapat
menentukan kualitas plastik biodegradable adalah karakterisasi sifat mekanik meliputi kuat tarik dan perpanjangan putus, karakterisasi gugus fungsi dengan
FTIR, karakterisasi sifat termal meliputi titik leleh dan titik transisi kaca dengan DSC serta karakterisasi derajat kristalinitas.
1. Karakterisasi Sifat Mekanik
Sifat mekanik suatu bahan berhubungan erat dengan struktur kimianya, terutama struktur molekulnya. Struktur molekul yang
mempengaruhi sifat mekanik suatu bahan meliputi bentuk molekul, kekompakan molekul, kristalinitas, kekuatan ikatan molekul, dan gaya
antarmolekul Allcock dan Lampe, 1981. Menurut Surdia dan Saito 1995, kuat tarik adalah tegangan regangan
maksimum yang dapat diterima sampel. Datsko 1996 menyatakan bahwa perpanjangan putus adalah perubahan panjang maksimum yang dialami
plastik pada saat pengujian kuat tarik. Menurut Stevens 2001, tegangan tarik ı adalah gaya yang diaplikasikan F dibagi dengan luas penampang A.
Pengujian kuat tarik akan menghasilkan kurva tegangan-regangan stress-strain. Informasi yang diperoleh dari kurva tegangan-regangan untuk
polimer adalah kekuatan tarik saat putus ultimate strength dan perpanjangan saat putus elongation at break, İ dari bahan Billmayer, 1971.
Suatu kurva tegangan-regangan yang umum untuk bahan termoplastik memperlihatkan tegangan tarik dan perpanjangan putus, yaitu pada mulanya
tinggi sampai mencapai suatu titik hingga plastik tersebut terdeformasi. Sebelum titik deformasi tersebut perpanjangan masih dapat balik dan setelah
sampai pada titik yield, perpanjangan tidak dapat balik yang selanjutnya sampel tersebut patah pada titik break. Kurva tegangan-regangan suatu bahan
termoplastik dapat dilihat pada Gambar 4.
16 Gambar 4. Kurva tegangan-regangan suatu bahan termoplastik Allcock dan
Lampe, 1981.
2. Karakterisasi Gugus Fungsi
Adanya gugus fungsional pada suatu bahan dapat dianalisa dengan menggunakan FTIR Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy. Menurut
Sutiani 1997, spektroskopi inframerah merupakan salah satu teknik identifikasi struktur baik untuk senyawa organik maupun senyawa anorganik.
Analisa ini merupakan metode semi empirik dimana kombinasi pita serapan yang khas dapat diperoleh untuk menentukan struktur senyawa yang terdapat
pada suatu bahan. Menurut Mohsenin 1984, infra merah merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang diatas daerah sinar
tampak yaitu pada 700-3000 ȝm. Energi dari kebanyakan vibrasi molekul berhubungan dengan daerah
inframerah. Vibrasi inframerah dapat dideteksi dan diukur pada spektrum inframerah bila vibrasinya menghasilkan perubahan momen dipol. Daerah
inframerah dibagi dalam daerah dekat 12800-4000 cm
-1
, daerah sedang 4000-200 cm
-1
, dan daerah jauh 200-10 cm
-1
. Radiasi inframerah yang penting dalam penentuan struktur atau analisa gugus fungsi dan paling banyak
digunakan untuk keperluan praktis adalah daerah inframerah sedang yaitu dengan bilangan gelombang antara 4000-650 cm
-1
Khopkar, 2002. Stevens 2001 menyatakan bahwa spektrum-spektrum dari sebagian besar polimer
17 komersial telah dicatat, karena itu indentifikasi kualitatif zat-zat yang belum
diketahui seringkali bisa diselesaikan melalui perbandingan.
3. Karakterisasi Sifat Termal