1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Salah satu masalah lingkungan timbul ketika manusia dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan bahan plastik. Plastik yang biasa
digunakan merupakan polimer sintetis dengan minyak bumi sebagai bahan dasar, ditambah bahan-bahan tambahan yang umumnya merupakan logam
berat kadmium, timbal, nikel atau bahan beracun lainnya seperti klor. Racun dari plastik ini dapat terlepas pada saat terurai atau terbakar Sutasurya, 2006.
Minyak bumi sebagai bahan dasar plastik sintetis merupakan sumber daya tak terbaharukan. Selain itu, plastik sintetis tidak ramah lingkungan karena tidak
mudah diurai oleh alam baik oleh curah hujan dan panas matahari maupun oleh mikroba tanah Anonim, 2002. Penggunaan plastik berbahan baku sumber
daya terbaharukan dan bersifat biodegradable diperlukan untuk mengatasi masalah lingkungan yang timbul dari penggunaan plastik sintetis.
Poli-3-hidroksialkanoat PHA merupakan salah satu alternatif bahan baku alami yang dapat digunakan untuk membuat bioplastik yang ramah
lingkungan. PHA merupakan poliester yang disintesa oleh berbagai jenis bakteri dan diakumulasi sebagai cadangan energi dan karbon dalam bentuk
granula di dalam sitoplasma Lee et al., 1999. Salah satu jenis PHA adalah poli-3-hidroksibutirat PHB. PHB merupakan bahan termoplastik dengan
banyak karakteristik menarik, salah satunya adalah kemiripannya dengan polipropilen. Permintaan pasar akan bahan termoplastik yang bersifat
biodegradable ini juga sangat besar Lafferty et al., 1988. Bioplastik adalah suatu bentuk plastik yang berasal dari sumber daya
hayati yang bersifat biodegradable Anonim, 2006. PHB merupakan salah satu jenis biopolimer yang dapat digunakan untuk membuat bioplastik.
Pemanfaatan PHB sebagai bahan bioplastik dapat mengurangi masalah lingkungan yang disebabkan oleh limbah plastik sintetis. Bioplastik dari PHB
lebih mudah didegradasi oleh mikroorganisme biodegradable dan sumber daya untuk memproduksi PHB bersifat terbaharukan. Kekurangan PHB
sebagai bioplastik adalah bersifat rapuh dan kaku Kim et al, 1994.
2 Penggunaan bahan tambahan seperti pemlastis pada proses pembuatan
bioplastik dari PHB diharapkan dapat memperbaiki kekurangan tersebut. Pemlastis adalah cairan aditif yang digunakan untuk melembutkan
polimer plastik sehingga dapat merubah sifat kaku menjadi fleksibel Allcock dan Lampe, 1981. Ester ftalat merupakan kelompok pemlastis yang biasa
digunakan untuk menghasilkan film plastik yang fleksibel, salah satu jenisnya adalah dimetil ftalat. Dimetil ftalat merupakan pemlastis yang bersifat larut
dalam alkohol, eter dan kloroform. Titik didih dimetil ftalat antara 134-138
o
C. Penampakan dimetil ftalat adalah cairan tidak berwarna dan tidak berbau
Merck, 1999. Penambahan dimetil ftalat pada proses pembuatan bioplastik dari PHB diharapkan dapat menghasilkan bioplastik yang lebih fleksibel.
B. Tujuan
1. Mendapatkan formulasi yang tepat untuk menghasilkan bioplastik dari PHA dengan penambahan dimetil ftalat sebagai pemlastis.
2. Menganalisa pengaruh konsentrasi dimetil ftalat dengan melakukan karakterisasi terhadap bioplastik yang dihasilkan.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hidrolisat Pati Sagu