Susunan Masyarakat KEHIDUPAN MASYARAKAT MARIAH DOLOG 1960 – 2005

BAB III KEHIDUPAN MASYARAKAT MARIAH DOLOG 1960 – 2005

3.1 Susunan Masyarakat

Sebagaimana telah diungkapkan pada bab sebelumnya bahwa sub marga secara umum pada masyarakat Simalungun terdapat juga pada masyarakat Mariah Dolog. Penduduk Mariah Dolog dipimpin oleh Tuan Mariah Dolog Purba Sidagambir, serta para pembesarnya, yaitu sanak saudaranya yang merupakan keturunan Tuan Mariah Dolog. Tuan Mariah Dolog sendiri memegang tampuk kepemimpinan di kampung ini sampai akhir hayatnya, wafat saur matua namun tidak digantikan lagi oleh siapapun baik oleh anak-anaknya sendiri. Hal tersebut memiliki keterkaitan dengan kondisi setelah mulai masuknya serangan dari kolonial Belanda, keadaan menjadi mencekam meskipun Belanda tidak lama menduduki Mariah Dolog. Adapun susunan masyarakat yang terdapat di Mariah Dolog, adalah berdasarkan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Kedudukan adat begitu kuat dan menjadi penentu dalam kehidupan bermasyarakat. Tentang istilah “adat” sendiri dalam bahasa Indonesia memiliki arti “kebiasaan” atau tradisi, dan mengandung konotasi tata tertib yang tenteram dan konsensus. Dalam Masyarakat, adat berfungsi mengorganisir dan menuntun perilaku sosial. 24 24 Jamie S. Davidson, dkk., ed., Adat dalam Politik Indonesia, Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010, hal. 1., 78. Meskipun ada pemerintahan feodal yang berlangsung di kampung tersebut, namun bukan berarti harus memiliki susunan kepemimpinan beserta jajarannya. Pada masyarakat Mariah Dolog cukup dipimpin seorang tuan saja, kemudian rakyatnya adalah semua penduduk Mariah Dolog. Di dalam masyarakat modern tidak demikian memberikan defenisi yang menggambarkan struktur masyarakat, karena tidak serta-merta dapat membuat tingkatan sosial yang jelas dalam masyarakat itu sendiri. Dengan demikian keadaan masyarakat akan lebih tepat ditinjau berdasarkan sistem kekerabatannya melalui aspek ini menentukan posisi dan peran anggota-anggota yang berbeda dalam interaksi dan aktivitas kehidupan masyarakatnya. Di kampung Mariah Dolog peran orang tua yang laki-laki sangat besar, di mana mereka yang kerap melakukan musyawarah bersama untuk kerukunan kampung. Jadi setiap orang dewasa terlibat aktif sebagai pembela terhadap keamanan kampung apabila sewaktu-waktu ada serangan dan gangguan dari luar. Meskipun demikian bukan berarti mereka secara khusus merupakan pasukan di bawah Tuan Mariah Dolog, karena tidak ada sistem pertahanan yang diatur dalam kampung. Dalam hal ini tidak ada marga yang lebih unggul dari marga yang lainnya. Hanya posisinya bisa dibedakan dalam adat setelah melangsungkan pernikahan yaitu dengan menjalankan adat maka terciptalah sistem kekerabatan. Pihak laki-laki disebut “Paranak” sementara pihak perempuan disebut “Parboru”. Pihak Parboru pada masyarakat Simalungun disebut Tondong, yaitu pihak orang tua perempuan beserta saudara dan anak-anak mereka. Susunan dalam masyarakat Mariah Dolog sendiri dapat ditentukan berdasarkan usia serta jenis kelamin, dengan mengingat masyarakatnya yang homogen. Kalau ditinjau dari etnis, sudah tentu semua penduduknya adalah satu etnis Simalungun. Kaum Bapa, yaitu laki-laki dewasa yang sudah berumah tangga, jelas fungsinya sebagai kepala rumah tangga. Dalam masyarakat, sebutan yang menjadi gelar Bapa tersebut berdasarkan nama anaknya yang paling bungsu. Demikian halnya dengan kaum Ina, yaitu perempuan dewasa yang sudah berumah tangga, dengan sebutan sebagai gelar Ina tersebut berdasarkan nama anaknya yang paling bungsu. Dalam masyarakat Simalungun susunan Tondong terdiri dari lima tingkatan. Tondong yang paling tua tingkatannya dalam keluarga adalah Tondong Mataniari, yaitu pihak perempuan pihak istri dari orang tua kakek. Kedua Tondong Bona, yaitu pihak perempuan pihak istri dari kakek. Ketiga Tondong Pamupus, yaitu pihak perempuan pihak istri dari orang tua. Keempat Tondong Jabu atau sering disebut Tondong Bolon, yaitu pihak perempuan pihak istri dari diri sendiri. Kelima Tondong Mangihut, yaitu pihak perempuan pihak istri dari masing-masing anak laki-laki. Dari semua Tondong, biasanya Tondong Pangihutlah yang lebih banyak jumlahnya tergantung banyak jumlah anak laki-laki yang dimiliki setelah mereka menikah Mangalop Boru. Dalam keberlangsungan adat pada masyarakat, Tondong Pamupus dan Tondong JabuTondong Bolon sangat besar peranannya. Namun tanpa membedakan posisi tersebut dalam tingkatan keluarga, dalam konteks bermasyarakat Tondong secara keseluruhan akan selalu dihormati dan akan selalu mendapatkan bagian terdepan. Pada masyarakat Simalungun peranan Tondong adalah melindungi. Penghormatan yang diberikan kepada Tondong yaitu dengan menganggap sebagai Debata Nataridah, yaitu Tuhan yang nampak. Dari sudut pandang Tondong tadi, Paranak merupakan Boru bagi mereka, sehingga posisinya dalam adat adalah sebagai Parhobas, yaitu orang yang melayani dalam menyelenggarakan suatu acara adat. Dalam semua kegiatan adat status tersebut belaku, di mana Boru akan selalu mematuhi perintah dan nasehat dari Tondong. Hampir tidak pernah terjadi pembangkangan boru karena memang adat dalam masyarakat mendukung dan berjalan demikian. Demikianlah fungsi adat. Selain itu, ada pula kekerabatan bersaudara yang disebut dengan istilah Namarsanina, teradiri atas tiga yaitu, pertama Namarsanina Tinodohon merupakan kekerabatan seorang laki-laki terhadap saudaranya yang laki-laki seibu, kandung. Kedua, Namarsanina Bapa, yaitu seorang laki-laki terhadap anak laki-laki dari saudara ayahnya. Ketiga, Namarsanina Oppung, yaitu seorang laki-laki terhadap anak dan cucu laki-laki dari kakek. Sama juga halnya dengan Namarsanina dalam perempuan, yaitu kekerabatan perempuan terhadap saudaranya perempuan yang kandung maupun yang merupakan putri dari saudara ayah, bahkan dalam silsilah dari kakek. Perlu diingat bahwa setiap yang disebut Marsanina sudah tentu satu marga dan hanya boleh berlaku pada sesama jenis kelamin, perempuan terhadap perempuan dan laki-laki terhadap laki-laki. Niombah, yaitu anak laki-laki dan anak perempuan, posisinya dalam keluarga sesuai dengan arti katanya, dipangkudigendong. Niombah dalam konteks bermasyarakat turut berpartisipasi sebagai pelayan-pelayan, khususnya bagi mereka yang masih muda-mudi, yakni belum berumah tangga. Niombah bertanggung jawab penuh akan kondisi kehidupan orang tua mereka, lebih nampak memang ketika orang tua mereka sudah lanjut usia Saur Matua. Keluarga selalu berperan dalam sosialisasi terhadap anak-anak mereka, sehingga penting hubungan kekerabatan dibina sejak kecil terutama antara Niombah dengan Diha-Diha, yaitu semua famili dan sanak saudara. Jadi dalam masyarakat Mariah Dolog, kebanyakan dalam bertetangga adalah keluarga sendiri dan tentunya memiliki keterkaitan dalam hal kekerabatan di antara semua warga kampung.

3.2 Kondisi Sosial Ekonomi