Kesepakatan Internal dan Eksternal ASEAN Dalam Upaya Menanggulangi Drugs

Keberadaan golden triangle disadari tidak hanya mengancam keamanan di ketiga negara golden triangle tetapi juga negara-negara sekitar Asia Tenggara karena jaringan perdagangan obat-obat terlarang di kawasan Golden Triangleturut serta memasarkan obat- obatannya hampir ke seluruh kawasan Asia tenggara. Hal yang paling ditakuti adalah bahwa jaringan narkoba di kawasan Golden Triangle ini tidak hanya mampu menguasai kegiatan- kegiatan ekonomi lainnya, tetapi juga kemampuan para jaringan narkoba untuk menguasai suatu negara.

D. Kesepakatan Internal dan Eksternal ASEAN Dalam Upaya Menanggulangi Drugs

Trafficking di Wilayah Golden Triangle 1. Kesepakatan internal ASEAN melalui ASEAN Senior Official on Drugs Matters ASOD Selain Republik Rakyat Tiongkok RRT dan negara-negara lainnya, Asia Tenggara juga merupakan salah satu tujuan pasar transit obat-obat terlarang Golden Triangle. Tidak hanya di ketiga negara Golden Triangle, pasar opium dan heroin yang berasal dari golden triangle juga ikut memasarkan obat-obat terlarang ke negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Filipina, Kamboja, Malaysia dan Indonesia. Masalah semakin rumit ketiga para pemegang bisnis narkoba di Golden Trianglemenjelma menjadi the drug lord, seperti Khun Sa di Myanmar. Dalam upaya mengatasi perdagangan dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang, ASEAN juga dihadapkan pada kenyataan regional tuntutan mewujudkan ASEAN sebagai kawasan yang bebas narkoba tahun 2015. ASEAN Senior Official on Drugs Matters ASODyang merupakan elemen utama dari kerangka ASEAN yang dibentuk khusus untuk menangani masalah kejahatan transnasional drug trafficking memiliki mandat untuk meningkatkan implementasi ASEAN Declaration of Principle to Combat the Drug Problem of 1976 , mengkonsolidasikan usaha kolaboratif dalam mengawasi dan mencegah permasalahan narkoba di kawasan, membasmi dan mengevaluasi semua program ASEAN mengenai pengawasan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Peran ASOD dalam menanggulangi drug traffickingdituangkan dalam ASEAN Regional Policy and Strategy in the Prevention and Control of Drug Abuse and Illicit Trafficking yang berisikan tiga variabel utama yaitu; kebijakan, pendekatan, dan strategi. Kebijakan merupakan komponen yang mendorong Negara-negara ASEAN untuk dapat menyelaraskan pandangan, pendekatan, strategi, dan koordinasi yang lebih efektif pada tingkat nasional, regional, dan internasional, serta memberdayakan LSM, NGO, dan organisasi terkait. Pendekatan menjadi komponen yang mendorong negara-negara ASEAN untuk segera menerapkan pendekatan keamanan dan kesejahteraan secara seimbang a balance security and prosperity approach di dalam mengatasi masalah narkoba yang selanjutnya harus tercermin pada implementasi program-program dan kegiatan-kegiatannya. Sedangkan strategi merupakan komponen ketiga yang tujuannya merekomendasikan berbagai langkah strategis untuk mengurangi persediaan atau peredaran supply dan permintaan demand serta mempertegas sistem pengawasan legalnya. 148 Peran ASOD hanya sebatas membangun kerjasama eksternal, memfasilitasi, mewadahi, serta memberikan rekomendasi terkait penanggulangan drugs trafficking. Namun, untuk implementasi program, kebijakan, dan strategi dikembalikan kepada negara- negara anggota. Dengan kata lain, ASOD tidak berperan untuk terjun langsung ke lapangan dalam bentuk aksi. Akan tetapi, dengan adanya ASOD tentunya juga memberi manfaat bagi negara- 148 negara ASEAN karena dapat menyelaraskan pandangan, strategi, dan kebijakan sehingga dapat menunjang kerjasama yang efektif. Selain itu, melalui pertukaran informasi serta expertise yang diwadahi ASOD, negara-negara anggota ASEAN akan mampu menyelesaikan permasalahan dalam skala nasional. 149 Dalam upaya penanganan drug trafficking di kawasan Golden Triangle, pada pertemuan ke-24 ASODThailan d menyediakan kepada Aparat Penegak Hukum maupun kepada informan dengan kriteria antara lain; pemberian hadiah kepada aparat yang berhasil menyita obat-obat terlarang dan tunjangan kehidupan bagi aparat yang meninggal dalam menangkap pelaku pengedar narkoba, pemberian hadiah bagi pengungkap kasus money loundering dari hasil perdagangan narkoba, serta saran akan merge proyek ASOD kedalam proyek ACCORD. 150 2. Kesepakatan Eksternal ASEAN dengan Republik Rakyat Tiongkok Kerjasama ASEAN dan Republik Rakyat Tiongkok RRT telah dimulai secara informal sejak tahun 1991. RRT dikukuhkan menjadi mitra wicara penuh ASEAN pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-29 di Jakarta, tahun 1996. Kerja sama kemitraan ASEAN dan RRT semakin meningkat yang ditandai dengan pengesahan berbagai dokumen. Pada bidang politik dan keamanan, RRT merupakan mitra wicara ASEAN pertama yang menandatangani TAC pada KTT ke-7 ASEAN-China di Bali tahun 2003. Beberapa landasan kerja sama ASEAN dan RRT di bidang politik dan keamanan adalah Deklarasi Bersama ASEAN-RRT tentang Kerja sama Bidang Isu-Isu Keamanan Non-Tradisional Joint Declaration of ASEAN 149 Jurnal Hubungan Internasional ., M. Arif Sebastian dan Syafri Harto, PERANAN ASEAN SENIOR OFFICIAL ON DRUGS MATTERS ASOD DALAM MENANGGULANGI DRUGS TRAFFICKINGDI NEGARA THAILAND 2005-2010 150 http:www.bnn.go.id , laporan pelaksanaan kegiatan pertemuan ASOD ke-24, Yangon Myanmar and China on Cooperation in the Field of Non-traditional Security Issues 2002 dan Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea DOC 2002. 151 Dalam hal penanggulangan drug traffickingdi Golden Triangle, RRT cukup memiliki banyak alasan menjadi mitra kerjasama ASEAN dalam upaya menangani drug trafficking di kawasan tersebut. RRT merupakan negara tujuan favorit dari perdagangan gelap narkoba Golden Triangle . Bahkan Golden Triangledisebut sebagai pemasok utama obat-obat terlarang ke Tiongkok. 152 Melalui perbatasan Myanmar dengan RRT, para mafia narkoba memasok obat-obat terlarang ke provinsi Yunnan kemudian untuk dilanjutkan ke provinsi Guangdong. Provinsi Guangdong menjadi provinsi tempat transit obat-obat terlarang seperti opium dan heroin ke pasar-pasar internasional seperti Makau, Hongkong dan kota-kota besar Tiongkok seperti Guangzhou, Shenzhen, and Zhuhai. 153 RRT tidak hanya terus menerus menjadi rute transit utama heroin AsiaTenggara menuju pasar narkotika internasional, tetapi juga memasok pasokanheroin ke Afghanistan, Pakistan, dan Tajikistan. 154 Keadaan ini memaksa RRT untuk mengembangkan strategi yang kompleks kontra obat-obat terlarang yangmencakup pencegahan, pendidikan, pemberantasan, larangan, dan rehabilitasi.Pada awal Agustus 1990,Public Security Ministry of China mengirim delegasi ke Myanmar dan Thailanduntuk berkonsultasi mengenai kejahatan narkotika transnasional. Pada Mei 1991,pejabat senior dari RRT, Myanmar, Thailand dan UNODCCP bertemu di Beijinguntuk membahas tindakan terhadap obat-obatan terlarang. Pada bulan Juni tahun1992, 151 Asean Selayang Pandang edisi ke-19, Ibid., hal. 168 152 National Narcotics Control Commission NNCC, Annual Report on Drug Control in China, 2008; UNODC, Addiction, Crime and Insurgency: The Transnational Threat of Afghan Opium, Vienna: UNODC, September 2009, p. 45; Niklas Swanström, “Narcotics and China: An Old Security: Threat from New Sources,” China and Eurasia Forum Quarterly, Volume 4, No. 1 2006, pp. 113-131. 153 “More and More Drugs Trafficking into China via China-Vietnam Border,” Zhongguo Jingji Zhoukan, July 6, 2010. 154 http:fpc.org.ukarticles514diakses pada 23 Maret 2014 para pejabat RRT, Myanmar, Thailand dan UNODCCP bertemu diYangon dan menandatangani perjanjian untuk meluncurkan proyek kerjasamapenghapusan perdagangan narkoba, mengurangi permintaan obat danmemperkenalkan program-program alternatif di Myanmar. 155 Pada tahun 1993, RRT, Laos, Myanmar dan Thailand menandatanganinota kesepahaman bersama MOU yang bertujuan untuk memberantas pembudidayaan tanaman opium poppy , pembangunan alternatif, penghapusan perdagangannarkotika dan pemakaian bahan kimia dalam produksi obat-obatan terlarang, danuntuk mengurangi permintaan dan konsumsi lokal narkotika serta untukmengatasi masalah infeksi HIV AIDS terkait dengan Injection Drugs User . Padatahun 1995, Kamboja dan Vietnam menyatakan diri untuk bergabung dalam MoU. Pada saat itu ditandatangani juga oleh RRT bersama dengan Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja dan Vietnam,menyatakan niat untuk bekerja sama untuk mengurangi permintaan obat,pengelolaan narkotika, program pembangunan alternatif, pencegahan danrehabilitasi, kerjasama teknis dan berbagi informasi. 156 Kerjasama ASEAN dan RRT dalam upaya menanggulangi drug trafficking di wilayah Golden Triangle direalisasikan melalui kesepakatan ASEAN-China Cooperative Response to Dangerous Drugs ACCORD yang dibentuk pada tahun 2000. Pada 18-20 Oktober tahun 2005 ASEAN dan RRT melalui ACOORD meratifikasi ACCORD Plan of Actionuntuk menangani narkoba sebagai bentuk respon terhadap perubahandalam pengendalian narkoba yang dinamis di wilayah tersebut. Plan of Action tersebut bertumpupada empat pilar yang masing-masing mempunyai pelaksanaan yang berbeda-beda, yaitu : 157 155 http:www.unodc.orgeasternafricaenillicit-drugsdrug-trafficking-patterns.html diakses pada 23 Maret 2015. 156 http:en.wikipedia.orgwikiUnited_Nations Convention_Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances diakses pada 23 Maret 2015. 157 United Nations Office on Drugs and Crime a Pilar I : Semua hal yang berkaitan dengan civic awerenessyang mendukung upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakatterhadap bahaya narkoba dan cara – cara menghalanginya b Pilar II: mengurangi konsumsi narkoba dengan membangun konsensus dan berbagi praktik terbaik dalam pengurangan permintaan dan panggilan untuk peningkatan kegiatan pencegahan primer untuk ATS dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang lainnya di sekolah demand reduction. c Pilar III : Semua hal yang berkaitan dengan Supply Reduction, Memperkuat peraturan perundang – undangan melalui peningkatan jaringan di dalam upaya penanggulangan dan kerjasama yang berkaitan dengan penegakan hukum serta legislative review. d Pilar IV : Menghilangkan atau paling tidak menurunkan tingkat pasokan obat- obatan ilegal dengan meningkatkan berbagai program pembangunan alternatif serta partisipasi masyarakat di dalam memberantas perkebunan ilegal tanaman penghasil obat – obatan berbahaya. Kerjasama anggota-anggota ACCORD dilakukan dalam bentuk pertukaranpengalaman, informasi, dan praktek terbaik sebagai langkah membangun kapasitas melaluikunjungan, pelatihan dan seminar antar instansi terkait ASEAN dan RRT padakejahatan transnasional yang dispesialisasikan pada perdagangan narkotika.ASEAN dan RRTbekerjasama untuk meningkatkan kompetensi dalam bidangpengawasan obat, manajemen pengawasan perbatasan, dan anti pencucian uang.Mempromosikan kerjasama yang erat dan koordinasi lembaga penegak hukumantara ASEAN dan RRT melalui, penggunaan fasilitas regional dan internasionalyang ada dan mekanismenya. Melalui kerjasama ASEAN dengan RRT melalui ACCORD, beberapa hal penting dapat dicapai dalam upaya memerangi drug trafficking di wilayah Golden Triangle. Kerjasama antara ASEAN-RRTmelalui ACCORD terkait penanganan masalah drug trafficking dilakukan melalui serangkaian kegiatan untuk memperbaiki kawasan The Golden Triangle .Kegiatan itu dilakukan melalui divisi-divisi kerjasama ACCORD. Kegiatan seperti pengembangan usaha budidaya penggantiopium dimana pemerintah RRT telah menyediakan dana lebih dari 500 juta yuan atau sekitar 80 juta dolar Amerika untuk mendukung Myanmar dan Laos melakukan usaha penanaman pengganti candu. Sampai akhir tahun 2000, luas tanaman pengganti mencapai 113 juta hektar lebih sehingga telah mendorong perkembangan ekonomi dan sosial daerah tersebut. Petani memilikiberbagai strategibercocok tanamtermasuktanamanalternatif danmodalitaslainnya untukmengalihkanmatapencaharianmereka daripetani opiummenjadi petanibiasa. 158 Sedikit demi sedikit upaya dan kegiatan dilakukan untuk menangani permasalahan isu terkait drug trafficking di kawasan segitiga emas yang juga termasuk dalam negara keanggotaan ASEAN ini. sampai pada tahun 2010 Menurut laporan obat terlarang dunia dari PBB telah terjadi penurunan teratur penanaman opium selama beberapa tahun terakhir meskipun memang Myanmar menjadi penghasil opium terbesar kedua setelah Afganistan. Myanmar menghasilkan sebanyak 330 metrik ton atau 17 persen lebih sedikit dari pasokan dunia untuk tahun 2009. Upaya lainnya adalah kerjasama yang baik dalam pemberantasan narkotika antara ASEAN dan RRTadalah dengan menandatangani nota kesepahaman tentang kerjasama anti narkotika dengan anggota ASEAN yaitu Laos, Myanmar, Vietnam, Filipina, dan menerima baik rencana aksi kerjasama untuk memberantas kegiatan penyaluran narkotika di sepanjang Sungai Mekong. 159 3. Kesepakatan Eksternal ASEAN dengan PBB 158 kegiatan ACCORD divisi Supply Reduction di Myanmar, program Alternative Development 159 World Drug Report 2009 ASEAN menjalin hubungan kerjasama dengan PBB dalam upaya menangani drug trafficking melalui kerangka ASOD yang memiliki tugas menjalin kerjasama eksternal. Pada tahun 1985, ASEAN turut mensponsori resolusi PBB no 40122 mengenai perlunya untuk mengadakan suatu Konferensi Dunia pada tingkat menteri mengenai penyalahgunaan Narkoba dan peredaran illegalnya. International Conference on Drug Abuse and Illicit Trafficking ICDAIT yang pada akhirnya berhasil diadakan di Wina, Austria pada tahun 1987 dan mengeluarkan dua kesepakatan penting yaitu Deklarasi dan Comprehensive Multi diciplinary Outline of Future Activities in Drug Abuse Control atau CMO. Kesepakatan tersebut menekan pentingnya pendekatan yang berimbang antara faktor pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi para pecandu obat-obatan berbahaya demand reduction di satu sisi, baik dalam pembuatan kebijakannya maupun tindakannya, dengan upaya mengurangi persediaan atau pasokan narkoba dan perdagangan gelapnya di sisi yang lain. 160 a PBB melakukan konsultasi dengan pemerintahan negara-negara, melalui UN agency serta NGO yang ada untuk merumuskan strategi global dalam hal demand reduction , tujuan, prioritas dan pertanggung jawaban, kemudian memberikan laporan ke CND comission on narcotics drugs. Adapun resolusi yang diharmonisasikan ASOD dari hasil CMO tersebut adalah: b Pengembangan konsultasi dengan mengikut sertakan NGO untuk merancang strategi demand reduction yang diteruskan kepada ECOSOC Economic Social Council agar diadopsi di Majelis Umum. c Penyusunan seperti rancangan deklarasi, untuk memperhitungkan, mempertimbangkan rekomendasi yang relevan yang terkandung dalam CMO dengan memperhatikan fleksibilitas dan efektifitas biaya. 160 Ibid , M. Arif Sebastian dan Syafri Harto d Perhatian khusus terhadap evaluasi pengembangan metode inovatif pengumpulan data dan analisis, mengidentifikasi mengenai sifat, lingkup dan konsekuensi dari penyalahgunaan narkoba, dan melakukan revisi tahunan melalui laporan kuesioner. e Demand Reduction harus menjadi agenda permanen dalam setiap pertemuan. f Mendorong pemerintah, organisasi regional dan badan- badan multilateral lain untuk bekerja sama dalam penggunaan biaya ECOSOC untuk mengurangi supply and demand dari peredaran narkotika tersebut. Mendorong pemerintah untuk mengadopsi strategi nasional yang komprehensif yang mencerminkan realitas dan perlunya keseimbangan antara upaya pengurangan persediaan dan permintaan, dengan hubungan operasional antar daerah, dengan mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya dari masing - masing Negara. g Mendorong pemerintah untuk mengadopsi strategi nasional yang komprehensif yang mencerminkan realitas dan perlunya keseimbangan antara upayapengurangan persediaan dan permintaan, dengan hubungan operasional antar daerah, dengan mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya dari masing-masing negara. h Mendorong Direktur Eksekutif Program agar terus memfasilitasi dan mempromosikan penyebarluasan informasi serta berbagi manfaat dari pengalaman yang diperoleh dalam pengembangan dan pelaksanaan strategi nasional yang seimbang. i Menyertakan International Narcotics Control Board untuk terus melaporkan kemajuan dan hambatan di tingkat nasional, dengan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap drugs trafficking. j Melakukan kerjasama antar pemerintah dalam hal demand reduction di tingkat regional dan internasional melalui pertemuan, pertukaran informasi, pengalaman dan expertise. k Menekankan perlunya keterlibatan tenaga sukarela serta partisipasi masyarakat terkait penanggulangan drugs trafficking. l UNDCP bertugas untuk merumuskan pengertian istilah-istilah dan melakukan sosialisasi agar masyarakat memiliki pemahaman yang sama. m Mendorong Sekjen PBB untuk meneruskan resolusi ini kepada semua pemerintah negara untuk dipertimbangkan dan diimplementasikan. Setelah konferensi itu berhasil dilakukan, PBB memberi perhatian khusus terhadap perkembangan narkoba di kawasan Asia Tenggara. PBB melalui lembaganya UNODC menjadi mitra masing-masing negara ASEAN dalam upaya menangani kasus drugs trafficking . Tidak terkecuali pada kasus Golden Triangle, dalam hal ini UNODC menjadi mitra kerjasama dalam merancang strategi nasional negara Laos. Myanmar dan Thailand dalam upaya menangani drug trafficking dengan memfokuskan kegiatan pada alternative development, peningkatan kesadaran masyarakat dan penegakan hukum. Selain itu UNODC juga menjadi badan yang memberi dukungan bagi permaslahan HIVAIDS. 161 Melalui serangkaian kegiatan dari tahun ke tahun, kerjasama dengan UNODC menghasilkan banyak perubahan. Ladang tanaman opium di kawasan golden triangle secara berturut-turut mengalami penurunan, mulai dari 157.900 hektar di tahun 1998 menjadi 24.160 hektar di tahun 2006 atau mengalami penurunan sebanyak 85 selama 8 tahun. Selain itu jumlah produksi opiumdikawasan ini juga mengalami penurunan yang signifikan, dimana pada tahun 1998, jumlah produksi opium dikawasan ini mencapai 1.435 metrik ton menjadi 161 http:www.myanmar_narcotic.neteradicationcoop7.html diakses pada 23 Maret 2015. 337 metrik ton di tahun 2006. 162 Salah satu program terbaik UNODC di kawasan Golden Triangleadalah mempromosikan standarisasi pendataan laboratorium sebagai sumber referensi utama untuk membantu mengenail prekursor Penurunan jumlah ini membuat kawasan Asia Tenggara yang sebelumnya adalah kawasan penyumbang 33 produksi opium dunia menjadi sekitar 5. 163 dan meningkatkan kemampuan mereka mengenali narkoba. Upaya ASEAN menjalin hubungan kerjasama dengan subjek hukum internasional dalam upaya menanggulangi drug trafficking merupakan bentuk keseriusan ASEAN untuk mewujudkan ASEAN sebagai kawasan yang bebas narkoba pada tahun 2015 sebagaimana tercantum dalam Declaration on Drug-Free ASEAN 2015. 162 Wold Drug Report 2006 163 Prekursor adalah bahan dasar dalam mengolah, memproduksi obat-obat terlarang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN