Bentuk-Bentuk Kejahatan Transnasional Beserta Konvensi Internasional yang

B. Bentuk-Bentuk Kejahatan Transnasional Beserta Konvensi Internasional yang

Mengaturnya Sebelum terbentuknya konvensi Palermo pada 15 November 2000, pada tahun 1995 PBB telah mengidentifikasikan kejahatan transnasional terdiri dari 18 bentuk, yakni ; Money Laundering Pencucian uang , terrorism terorisme, theft of art and cultural object pencurian seni dan objek budaya, theft of intellectual property pencurian kekayaan intelektual, illicit traffict in arms perdagangan senjata gelap, aircraft hijacking pembajakan pesawat terbang, sea piracy pembajakan di laut, insurance fraud penipuan asuransi, computer crime kejahatan computer environmental crime kejahatan lingkungan, trafficking in person perdagangan manusia, trade in human bodypart perdagangan anggota tubuh manusia, illicit drug trafficking perdagangan obat bius, Fraudulent Bankruptcy kebangkrutan bank, infiltration of illegal bussines bisnis illegal, corruption and bribery of public officials korupsi dan penyogokan pejabat pemerintah and others offences commited by organized criminal group kejahatan yang dilakukan oleh kelompok terorganisir lainnya. ASEAN melaluiPlan of Action to Combat Transnational Crime ASEAN PACTC mengidentifikasikan bentuk-bentuk kejahatan transnasional menjadi 8 bentuk kejahatan, yakni ; a. Perdagangan gelap obat-obat terlarang drugs trafficking b. Perdagangan manusia c. Pembajakan Laut Sea Piracy d. Penyelundupan senjata e. Pencucian uang f. Terorisme g. International Economic Crime h. Cyber Crime Dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai kedelapan bentuk kejahatan transnasional yang tercantum dalam ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crime beserta konvensi-konvensi hukum internasional yang mengatur tentang jenis kejahatan tersebut. 1. Perdagangan Narkotika dan Obat-obat Terlarang Drugs Trafficking Menurut World Health Organization atau WHO yang dimaksud dengan obat terlarang drug adalah setiap bahan, zat atau substansi yang jika masuk dalam organisme hidup akan memberikan perubahan pada satu atau lebih fungsi-fungsi organisme tersebut. Zat seperti opioda morfin, heroin, kokain, ganja, sedativehiprotika, dan alkohol merupakan zat yang mempunyai efek seperti itu, khususnya dalam fungsi berpikir, perasaan, dan perilaku orang yang memakainya. Sedangkan penyalahgunaan zat dan substansi drug abuse adalah penggunaan zat yang bersangkutan tidak digunakan untuk keperluan pengobatan tetapi untuk menikmati efek yang ditimbulkan baik dalam efek dosis kecil maupun besar dan dapat menyebabkan ketergantungan drug dependence. Perdagangan gelap narkoba atau illicit drugs trafficking menjadi salah satu jenis kejahatan transnasional yang sangat membahayakan karena efek yang ditimbulkan oleh kejahatan ini mampu mengikis ketahanan human security masyarakat. Selain itu, kejahatan perdagangan gelap narkoba juga sangat berpotensi menyebabkan masalah yang bersifat multifaceted seperti peningkatan penularan HIVAIDS melaluipengguna narkoba jarum suntik IDUsinjecting drug users di sejumlah negara. 52 Konvensi internasional pertama yang mengatur tentang narkotika adalah The Hague Opium Convention 1912 , dan selanjutnya berturut-turut adalah The Geneva Internasional Opium Convention 1925 , The Geneva Convention for Limiting the Manufacture and Regulating the Distribution of Narcotic Drugs 1931, The Convention for the Suppression of the Illicit Traffic in Dangerous Drugs 1936, Single Convention on Narcotic Drugs 1961, sebagaimana diubah dan ditambah dengan Protokol 1972 dan United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Subtances 1988 atau yang dikenal dengan Konvensi Wina 1988. Selain itu, penyalahgunaan narkoba oleh konsumen juga akan berpengaruh pada degradasi moral masyarakat. Berkaitan dengan perdagangan narkotika ilegal terdapat tiga elemen penting didalamnya yaitu daerah yang menjadi pemasok, orang atau organisasi yang mendistribusikan narkotika serta pengguna atau pemakai narkotika. Efek perdagangan gelap narkoba berpotensi akan memicu terjadinya bentuk kejahatan lain seperti pencucian uang money loundering, tindak pidana kekerasan dan bentuk kejahatan lainnya sebagai efek dari upaya perdagangan gelap obat terlarang dan penggunaan oleh konsumen yang berlebihan. 53 52 Laporan penelitian hibah kompetitif Universitas Sriwijaya tentang Kerjasama Indonesia Dengan Negara- Negara Tetangga Dalam Pemberantasan Kejahatan Transnasional oleh Abdullah Tulip S.H.Mhum dkk, Hal. 23 53 Romli atmasasmita, Tindak pidana narkotika transnasional dalam sistem hukum pidana Indonesia , Jakarta. UI Press. 2005 hal 52 Uraian perkembangan Konvensi Internasional Narkotika dibatasi pada Konvensi Tunggal Narkotika 1961 dan Konvensi Wina 1988, karena kedua konvensi ini, merupakan kelanjutan dari konvensi terdahulu mengenai narkotika dan psikotropika serta merupakan konvensi terpenting dalam sejarah pengaturan internasional di bidang narkotika dan psikotropika pasca berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa. 54 2. Perdagangan manusia Human Trafficking Perbedaan antara Konvensi Tunggal Narkotika 1961 dengan Konvensi Wina 1988 adalah bahwa Konvensi Tunggal 1961 lebih mengatur tentang konsolidasi terhadap perjanjian-perjanjian terdahulu tentang narkotika dan memudahkan mekanisme pengawasan terhadap narkotika dimana konvensi ini disempurnakan dalam Protokol perubahan tahun 1972 sehingga meliputi ketentuan tentang perlakuan dan rehabilitasi pecandu-pecandu narkotika. Sedangkan konvensi Wina 1988 ruang lingkup, sasaran dan tujuan sesuai dengan pasal 3 sampai pasal 11 Konvensi Wina 1988 adalah mengenai peningkatan kerjasama penegakan hukum di antara negara peserta terhadap lalu lintas perdagangan narkotika dan psikotropika ilegal, baik dari aspek legislatif, administratif maupun aspek teknis operasional. Perdagangan manusia merupakan salah satu jenis kejahatan transnasional yang serius. Kejahatan ini merupakan tindakan untuk menyelundupkan manusia secara illegal ke negara lain untuk dieksploitasi, dimanfaatkan untuk suatu tujuan tertentu. Sesuai dengan ketentuan pasal 3 Protokol Palermo, perdagangan manusia haruslah berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, menyembunyikan atau menerima individu-individu, dengan cara mengancam atau penggunaan paksaan ataubentuk-bentuk kekerasan lainnya, penculikan, penipuan, kebohongan, penyalahgunaankekuasaan atau pemanfaatan sebuah posisi yang rentan atau pemberian atau penerimaanpembayaran atau keuntungan untuk mendapatkan ijin dari seseorang untuk memeiliki control terhadap orang lain, dengan tujuan-tujuan untuk mengeksploitasi. Eksploitasi haruslahmencakup, pada tingkat paling minimum, eksploitasi prostitusi terhadap seseorang atau bentuk-bentuklain dari eksploitasi seksual, kerja paksa, 54 Ibid ., hal 53 perbudakan atau praktek-praktek yang serupadengan perbudakan, penghambaan atau penghilangan organ. 55 Modus tindak pidana perdagangan orang juga sangatberagam, mulai dari dijanjikan pekerjaan, penculikan korban, menolong wanitayang melahirkan, penyelundupan bayi, hingga memperkerjakan sebagai PSK komersil dan umumnya para korban baru menyadari bahwa dirinya merupakankorban perdagangan orang setelah mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi di negera rantaunya. 56 3. Pembajakan di Laut Sea Piracy Upaya penyelundupan manusia pun beragam, ada yang melalui darat, laut maupun udara. Konvensi hukum internasional yang mengatur mengenai upaya pencegahan penyelundupan manusia adalah Protokol PBB tahun 2000 untuk Mencegah, Menanggulangi dan Menghukum Trafiking terhadap Manusia, khususnya perempuan dan anak-anak; Suplemen Konvensi PBB mengenai Kejahatan Lintas Batas Negara atau Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children, Supplementing the United Nations Convention Against Transnational Organized Crime. Protokol lainnya, yakni tentangprotokol yang menentang penyelundupan buruh migran melalui darat, laut dan udara melengkapi konvensi perserikatan bangsa-bangsa menentang tindak pidana internasional terorganisasi Protocol Against Smuggling of Migran by Land, Sea and Air Supplementing The United Nations Convention Against Transnational Organized Crime. Tindakan pembajakan dilaut merupakan tindakan menyerang dan mengambil alih kapal oleh sekelompok orang secara pribadi tidak terkait dengan negara dengan tujuan menguasai kapal tersebut beserta dengan muatannya. Perompakan dilaut yang termasuk sebagai kategori international crimedan merupakan kejahatan kepentingan yang universal 55 Pasal 3 ayat 1, Protokol Palermo 15 November 2000 56 potret Trafficking di Indonesia. dalam http:trappy-susantofiles.blogspot.com diakses tanggal 3 maret 2015 crimes of universal interest , sehingga negara diberi kebebasan memberlakukan hukum yuridiksinya untuk menahan setiap tindakan pembajakan. 57 Dalam hukum positif hukum internasional, defenisi mengenai pembajakan laut dapat dijumpai pada konvensi Jenewa 1958 dan konvensi hukum laut PBB 1982. Konvensi Jenewa 1958 pada pasal 15 menyebutkan defenisi pembajakan yaitu tindakan yang terdiri dari salah satu berikut; 58 a. Setiap tindakan ilegal kekerasan, penahanan atau tindakan penyusutan, berkomitmen untuk tujuan pribadi oleh awak atau penumpang kapal swasta atau pesawat pribadi, dan diarahkan 1 Di laut lepas, terhadap kapal lain atau pesawat udara, atau terhadap orang atau properti di atas kapal atau pesawat udara. 2 Terhadap kapal, pesawat udara, orang atau barang di suatu tempat di luar yurisdiksi Negara manapun. b. Setiap tindakan partisipasi sukarela dalam operasi pesawat terbang dengan mengetahui fakta yang membuatnya menjadi bajak laut-kapal atau pesawat udara. c. Setiap tindakan mengajak atau dengan sengaja membantu tindakan yang disebutkan di sub-ayat 1 atau sub-ayat 2 pasal ini. Sedangkan dalam pasal 100 konvensi hukum laut PBBUnited Nations Convention on the Law of the Sea disebutkan bahwa aksi kejahatan Piracy perompakan merupakan tindakan ilegal yang terjadi di laut lepas atau disuatu tempat diluar yurisdiksi suatu negara. Berdasarkan pasal diatas dapatlah disimpulkan bahwa perompakan di laut dapat disebut sebagai piracy apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: 57 Henkin, Louis. International Law , Cases and Materials, American Casebook Series, ST, PaulMinn, West Publishing Co, USA, l980, hlm. 387 58 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Laut Internasional, Penerbit Binacipta, Bandung, 1978, hlm. 224-225 a. Merupakan tindak kekerasan yang melawan hukum; b. Dilakukan untuk tujuan pribadi; c. Dilakukan kepada awak atau penumpang dari pelayaran di kapal atau penerbangan pesawat udara; d. Terjadi di laut bebas high seas atau di tempat lain di luar yurisdiksi nasional suatu negara. Selain konvensi UNCLOS 1982, terdapat pula konvensi internasional yang mengatur mengenai upaya penanggulangan tindakan pembajakan sea piracy. Konvensi itu adalah Convention on Supression of Unlawful Act of Violence Against The Safety of Maritime Navigation SUA dan Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia ReCAAP. Convention on Supression of Unlawful Act of Violence Against The Safety of Maritime Navigation SUA dibentuk sebagai reaksi atas kasus pembajakan kapal Acille Lauro. Kasus ini terjadi pada tanggal 7 Oktober 1985, 4 orang teroris Palestina membajak kapal pesiar bernama Achille Lauro yang sedang berada di perairan internasional lepas pantai Mesir. Sedangkan Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia ReCAAP dibentuk untuk mengatasi pembajakan dan perampokan bersenjata diatas kapal yang terjadi di kawasan Asia. Tujuan utamanya adalah sebagai pusat informasi tentang aksi pembajakan dan perampokan bersenjata diatas kapal, namun tidak menutup kemungkinan juga negara peserta agreement ini juga memberikan bantuan baik dari segi tenaga, dan alih teknologi kepada negara lain yang membutuhkan. 59 4. Penyelundupan SenjataArms Smuggling 59 diakses melalui internet, http:akbarkurnia.blogspot.com, diakses pada 11 Maret 2015 Masalah peredaran dan penyelundupan senjata api telah muncul sebagai masalah serius yang tidak hanya dihadapi oleh negara, tetapi juga berpengaruh kepada isu-isu regional bahkan internasional. 60 Karena keberadaan senjata api illegal berpengaruh pada peningkatan angka kejahatan dan cenderung membuat situasi negara menjadi tidak stabil karena mengancam keamanan umat manusia. 61 Maraknya kasus penyalahgunaan senjata api illegal membuat tindakan penyelundupan senjata api illegal menjadi ancaman yang nyata bagi manusia. Penggunaan senjata api pun akhirnya meningkat menggantikan senjata tradisional dari suatu negara. Mantan Sekjen PBB, Kofi Annan mengatakan bahwa yang paling mengerikan adalah timbulnya lingkaran setan ketika ketidakamanan menjadi faktor penyebab tingginya permintaan penggunaan senjata api ringan dan kaliber kecil membawa ketidakamanan yang lebih besar dan seterusnya pada dirinya. 62 Instrument hukum internasional mengenai pemberantasan perdagangan dan penyelundupan senjata illegal dapat ditemukan pada protokol tambahan Protokol Palermo tahun 2000 yakni ; Protocol against the Illicit Manufacturing ofand Trafficking in Firearms, Their Parts andComponents and Ammunition, supplementingthe United Nations Convention againstTransnational Organized Crime. Menurut protocol ini manufaktur illegal dikualifikasikan sebagai senjata manufaktur atau perakitan dari senjata api baik itu bagia, komponen atau amunisi yang diproduksi tanpa izin dan otoritas pejabat yang berwewenang dan juga tidak diberi tanda illegal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 konvensi ini dimana lisensi dan otorisasi pembuatan suku cadang sesuai dengan ketentuan hukum nasionalnya. Adapun senjata yang merupakan hasil produksi illegal sesuai ketentuan pasal 8 60 Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. V No. II Agustus 2009, hal. 32 61 David Capie 2004 , Small Arms in SouthEast Asia , ASEAN Country studies, Australia : Strategic and Defence Studies Centre Australian National Universty, 2004 62 Jurnal Kriminologi Indonesia., Ibid hal 33 konvensi Palermo adalah senjata yang memiliki tanda unik negara produsen yang meliputi nama produsen, negara atau tempat memproduksi, nomor seri, tanda simbol geometris sederhana dalam kombinasi dengan angka dan atau kode alfanumerik yang memungkinkan adanya perbedaan yang unik produk senjata masing-masing negara. 63 Sedangkan perdagangan gelap senjata api menurut konvensi tambahan konvensi Palermo didefinisikan sebagai impor, ekspor, akuisisi, penjualan,pengiriman, gerakan atau transfer senjata api, bagian, komponen danamunisi dari atau di dalam wilayah satu negara dengan pihak atau negara lain dengan tidak memenuhi syarat perdagangan senjata sebagaimana yang ditentukan pasal 8 konvensi ini. Syarat illegal dari perdagangan senjata api menurut pasal 8 adalah bahwa dalam memperdagangkan senjata harus terdapat tanda sederhana yang merupakan tanda khusus dari negara pengimpor maupun pengekspor, tahun impor untuk mempermudah negara untuk melacak dan memverifikasi ekspor-impor senjata. Sedangkan untuk penggunaan legal nya, pemerintah memberikan sahamnya untuk memberi tanda identifikasi senjata dengan tanda khusus senjata negara tersebut. 64 5. Pencucian Uang Money loundering Berdasarkan parameter United Nations Convention against Transnational Organized Crime atau konvensi Palermo tahun 2000, tindak pidana pencucian uang juga masuk sebagai jenis kejahatan terorganisir lintas negara. Money laundering adalah rangkaian kegiatan yangmerupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uangharam yaitu uang yang berasal dari kejahatan, 63 Annex : Protocol against the Illicit Manufacturing of and Trafficking in Firearms, Their Parts and Components and Ammunition, supplementing the United Nations Convention against Transnational Organized Crime, Protocol Palermo 2000 64 Ibid dengan maksud untuk menyembunyikanatau menyamarkan asal-usul uang tersebut dari pemerintah atau otoritasyang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana dengan caraterutama mernasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan financial system sehingga uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itusebagai uang yang halal. 65 Sifat money launderingpun sudah menjadi universal dan bersifat internasional yakni melintasi batasan-batasan yuridis negara.Transaksi dari negara ke negara sekarang sudah sangat mudah, yaitu melalui sisteminternet, pembayaran dilakukan melalui bank secara elektronik membuat money launderingdisebut sebagi kejahatan transnasional. Praktikmoney launderingpun dapat dilakukan oleh seseorang tanpa harus pergi keluarnegeri. 66 a. Penempatan Placement, yaitu menempatkan mendepositokanuang haram tersebut ke dalam sistem keuangan financial system. Placement dilakukan dengan cara memecah jumlah uang tunai yang sangat besar ke dalam jumlah-jumlah yanglebih kecil dan kemudian mendepositokan langsung ke dalam suatu rekening dibank, atau dengan membeli sejumlah instrumen-instrumen moneter monetary instruments seperti cheques,money orders dan lain-lain dan kemudianmenagih uang tersebut serta mendepositokannya ke dalam rekening-rekeningdilokasi lain. Para ahli hukum mengkualifikasikan tindak pidana pencucian uang ke dalam tiga tahap, yaitu; 67 b. Pelapisan Layering, Setelah pencuci uang berhasil melakukan tahap placement, maka tahap berikutnya ialah melakukan layering atau disebut pula heavy soaping. Layering dilakukan dengan cara memindahkan uang tersebut dari satu bank ke bank yang lain 65 Sutan Remy Sjahdeini., Kerugian Negara Akibat pencucian Uang .dalam http:www.interpol.go.id. Diakses tanggal 12 Maret 2015 66 Sutan Remi Syahrani, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme,Jakarta: Grafiti, 2004, hal .5 67 Laporan Penelitian Hibah Kompetitif Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya., Ibid hal . 25 dan dari negara yang satu ke negara yang lain sampai beberapa kali, yang sering kali pelaksanaannya dilakukan dengan cara rnemecah-mecah jumlahnya, sehingga dengan pemecahan dan pemindahan beberapa kali itu asal usul uang tersebut tidak mungkin lagi dapat dilacak oleh otoritas moneter atau oleh para penegak hukum. 68 c. Integrasi, pada tahap ini uang yang telah dicuci dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan yang bersih, bahkan merupakan objek pajak taxable. Begitu uang tersebut telah berhasil diupayakan sebagai uang halal melalui cara layering, maka tahap selanjut-nya adalah menggunakan uang yang telah menjadi uang halal clean money itu untuk kegiatan bisnis atau kegiatan operasi kejahatan dari penjahat atau organisasi kejahatan yang mengendalikan uang tersebut. Para pencuci uang dapat memilih penggunaannya dengan menginvestasikan dana tersebut ke dalam aktivitas perekonomian. 69 Lahirnya rezim hukum internasional untuk memerangi kejahatan pencucian uang adalah dengan dikeluarkannya United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic drugs and Psychotropic Substances 1988 Vienna Convention 1988. Konvensi ini dibentuk untuk memerangi drug trafficking yang sudah mencapai titik nadi dan mendorong agar semua negara yang telah meratifikasi segera melakukan kriminalisasi atas kegiatan pencucian uang.Beberapa ketentuan penting dalam konvensi tersebut yaitu Pasal 3 1 a yang mengharuskan setiap negara anggota melakukan kriminalisasi pencucian uang yang berkaitan dengan peredaran gelap obat-obat bius, selain itu mengatur ketentuanketentuan mengenai daftar pelanggaran yang berkaitan dengan industri, distribusi atau penjualan gelap dari obat 68 Ibid., 69 Ibid., bius dan organisasi serta pengelolaannya, atau keuangan dari aktivitas perdagangan gelap obat bius. 70 6. Terorisme Upaya internasional lainnya yang cukup monumental dalam upaya memberantas kejahatan pencucian uang adalah sebuah forum kerjasama yang dibentuk oleh negara-negara yang tergabung dalam G-7 countriespada tahun 1989 yang menyepakati dibentuknya the Financial Action Task Force on Money Laundering FATF, sebagai suatu gugus tugas dengan tugas menyusun rekomendasi internasional untuk memerangi money laundering .FATF pada tahun 1990 telah mengeluarkan 40 rekomendasi sebagai suatu kerangka yang komprehensif untuk memerangi kejahatan money laundering. Terorisme menjadi ancaman keamanan dan stabilitas regional yang jauhlebih sulit ditebak, karena sifatnya yang amorf, tidak berbentuk, serta tidak mengakui batas-batas negara dan kedaulatan dalam operasinya. Menurut Black’s Law Dictionary, terorisme adalah kegiatan yang melibatkan unsur kekerasan atau yang menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia yang melanggar hukum pidana Amerika atau negara bagian Amerika, yang jelas dimaksudkan untuk: mengintimidasi penduduk sipil, memengaruhi kebijakan pemerintah memengaruhi, penyelenggaraan negara dengan cara penculikan atau pembunuhan. 71 Terorisme adalah ancaman serius bukan hanya terhadap perdamaian dan keamanan internasional, namun juga berdampak kepada perkembangan sosial dan ekonomi negara- negara di berbagai kawasan. Selain itu, tindakan terorisme dipandang sebagai kejahatan 70 Diakses melalui internet situs : https:yunushusein.files.wordpress.com. Pada 11 Maret 2015 71 http:www.id.wikipedia.com kriminal luar biasa dan pelanggaran berat terhadap HAM dan kebebasan mendasar manusia, serta dapat menimpa siapa saja tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras dan agama. 72 Beberapa konvensi internasional yang berhubungan dengan terorisme adalah: Ketentuan hukum internasional mengenai terorisme sangatlah banyak ditemukan, hal ini dikarenakan kejahatan terorisme merupakan salah satu kejahatan yang paling ditakuti karena mengancam stabilitas perdamaian dunia. Bahkan PBB sendiri dalam pasal 39 piagam PBB menyebutkan bahwa PBB memiliki otoritas untuk mengamankan setiap ancaman yang mengganggu stabilitas perdamaian dunia. 73 a Convention on Offences and Certain Other Acts Committed On Board Aircraft “Tokyo Convention”, 1963. b Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft “Hague Convention”, 1970. c Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Civil Aviation “Montreal Convention”, 1971. d Convention on the Prevention and Punishment of Crimes Against Internationally Protecred Persons, 1973. e International Convention Against the Taking og Hostages “Hostages Convention”, 1979. f Convention on the Physical Protection of Nuclear Material “Nuclear Materials Convention”, 1980. g Protocol for the Suppression of Unlawful Acts of Violence at Airports Serving International Civil Aviation, supplementary to the Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Civil Aviation, 1988. 72 Isu-isu khusus , http:www.kemlu.co.id diakses pada 12 Maret 2015 73 Ibid ., wikipedia h Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Maritime Navigation, 1988. i Protocol for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Fixed Platforms Located on the Continental Shelf, 1988. j Convention on the Marking of Plastic Explosives for the Purpose of Detection, 1991. k International Convention for the Suppression of Terrorist Bombing 1997, United Nations General Assembly Resolution. l International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999. Banyaknya konvensi internasional tentang terorisme menjadi permasalahan khusus transnational terorisme. Perbedaan setiap konvensi terletak pada definisi mendasarnya. Sehingga sampai saat ini belum ada instrumen internasional yang mengatur tentang terorisme. Ada perbedaan mendasar antara negara-negara Timur Tengah dengan negara- negara Barat tentang definisi tersebut sehingga majelis umum PBB gagal mendefinisikan terorisme dalam konvensi. Definisi cenderung politis karena belum ada instrumen internasional yang mengatur secara khusus terkait terorisme. 74 7. International Economic Crime Kejahatan ekonomi dapat diartikan sebagai tindak kejahatan yang melanggar hak dan kewajiban , keharusan maupun larangan hukum di bidang ekonomi. Tingkat jumlah kejahatan ekonomi suatu negara tergantung pada tingkat kemajuan ekonomi suatu negara juga. Kejahatan ekonomi memiliki cakupan yang sangat luas. Kejahatan ini sangat berpengaruh pada stabilitas kegiatan perekonomian dan sistem keuangan yang sehat dari suatu negara. 74 Diakses melalui internet , http:www.mas-hanief.blogspot.com pada 12 Maret 2015 Laporan Kongres PBB ke-5 mengenai The Prevention of crime and the treatment of offenders menyebutkan bahwa crime as business merupakan bentuk kejahatan dalam bidang bisnis atauindustri yang pada umumnya dilakukan secara terorganisasi dan mereka mempunyai kedudukan yang terpandang dalam masyarakat. 75 Ruang lingkup kejahatan ini memiliki cakupan yang sangat luas, beberapa diantaranya adalah tindak pidana penyelundupan smuggling, Tindak Pidana Di Bidang Perbankan Banking Crimes,Tindak Pidana Di Bidang Perniagaan Commercial Crimes, Kejahatan Computer Computer Crime,Tindak Pidana Lingkungan Hidup Environmental Crime , Tindak Pidana Di Bidang Kekayaan Intelektual,Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan,Tindak Pidana di Bidang Ketenagakerjaan, Tindak Pidana Korupsi 76 a Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB Anti Korupsi 2003 atau dikenal sebagai United Nations Convention Against Corruption UNCAC,mendiskripsikan masalah korupsi sebagai ancaman seriusterhadap stabilitas, keamanan masyarakat nasional dan internasional, karena melemahkan institusi, nilai-nilai demokrasi dan dan lain – lain. Mengingat begitu banyaknya cakupan dari kejahatan ekonomi internasional ini, membuat defenisi umum mengenai kejahatan ekonomi juga belum begitu jelas. Beberapa konvensi hukum internasional yang mengatur tentang kejahatan-kejahatan dalam cakupan kejahatan ekonomi internasional adalah: 75 Barda Nawawi Arif, Makalah, Fungsionalisasi Hukum dalam Penanggulangan Kejahatan Ekonomi., hal . 4 76 Korupsi dianggap sebagai kejahatan luar biasa extraordinary crime, dimana tindak pidana ini telah dikategorikan sebagai salah satu kejahatan transnasional. Bahkan Tindak Pidana korupsidiatur dalam Pasal 8 - 9 Konvensi Palermo. Perkembangan kerjasama internasional secara global, menyebabkan adanya kemungkinan tindak pidana ini terjadi dalam suatu kegiatan atau kerjasama internasional yang melibatkan kepentingan satu atau lebih negara adalah alasan mengapa kejahatan ini dikategorikan sebagai kejahatan transnasional. Selain itu adanya kemungkinan tindak pidana ini dilakukan secara terorganisir oleh suatu kelompok membuat kejahatan ini disebut sebagai salah satu organized crime. Dalam buku Muladi dan Barda nanawi tentang Bunga rampai Hukum PidanaKorupsi dikategorikan sebagai crime as business, economic crime, white collar crime atau salah satu bentuk abuse of power. keadilan sertamembahayakan pembangunan berkelanjutan maupun penegakan hukum. b Basle Committee on Banking Regulations dan Supervisory Practices yang terdiri dari perwakilan-perwakilan Bank Sentral dan badan-badan pengawas negara-negara industri, dimana bank harus mengambil langkah-langkah yang masuk akal untuk menetapkan identitas nasabahnya yang dikenal dengan Know Your-Customer Rule. c Penyelesaian sengketa melalui forum World Trade Organization untuk menanggulangi kejahatan ekonomi dibidang perniagaan, hak katas kekayaan intelektual, perpajakan dan sengketa perekonomian lainnya. d Konvensi-konvensi ekonomi dibawah The United Nations Commission on International Trade Law UNCITRAL. e Konvensi tentang hak katas kekayaan intelektual seperti pembentukan Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights TRIPs, Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works . f Kejahatan ekonomi pada cakupan lingkungan hidup yaitu berupa perdagangan flora dan fauna yang dilindungi karena terancam kepunahannya. Konvensi yang mengaturnya adalah Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora CITES. 77 8. Cyber Crime Cyber crime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul melalui pemanfaatan teknologi internet. Alasan beberapa negara mengkategorikan kejahatan telematika ini sebagai kejahatan transnasional adalah karena tindakannya sesuai dengan sifat tatanan teknologi yang mencakup antar lintas batas negara. Sehingga kemungkinan jika kejahatan dilakukan oleh pelaku di Negara A, oleh warga Negara B, tetapikorbannya ada di Negara . 77 Wikipedia., Ibid Defenisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang cyber crimeadalah a crime that oocurs in the virtual community of the Internet suatu kejahatan yang terjadi dalam komunikasi melalui intemet . 78 Demikian juga dengan Andy Hamzah memberi definisi kejahatan di bidang komputer sebagai penggunaan computer secara illegal. 79 Berdasarkan jenis aktivitas tindakan kejahatan computer atau cyber crime, dapat digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut; 80 a. Unauthorized Access , yaitu tindakan memasuki atau menyusup ke dalam suatu sistem jaringankomputer secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringankomputer yang dimasukinya. Biasanya pelakukejahatan hacker melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi pentingdan rahasia. b. Illegal Contents, yaitu kejahatan yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang suatu halyang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau menggangu ketertibanumum. c. Penyebaran virus secara sengaja, yaitu tindakan menyebarkan virus pada umumnya dilakukan dengan menggunakan email. d. Data ForgeryKejahatan yang dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumen-dokumen pentingyang ada di internet. e. Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion,merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukankegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer pihaksasaran. 78 Cyberlav, in the Legal Ewironment., dalam http:blt.westbusilaw.com., 79 Andi Hamzah. et.al, Aspek-Aspek Pidana Dibidang Komputer., Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hal.26 80 Karya Ilmiah Dr. H. Obsatar Sinaga, M.Si , Dosen Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran Bandung tentang Penanggulangan Kejahatan Internasional Cyber Crime Di Indonesia. Hal. 12-14 f. Carding, merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang laindan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. g. Hacking and Cracker, merupakan tindakan mempelajarisistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya dan memanfaatkan kemampuannya untuk hal-hal yang negatif. h. Cybersquatting, merupakan kejahatan yang dilakukan dengan mendaftarkan domain namaperusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan tersebut denganharga yang lebih mahal. i. Hijacking, Merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang lain. j. Cyber Terorism, yaitu tindakan cybercrime yang mengancam pemerintah atauwarganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer. Efek yang ditimbulkan oleh kejahatan computer atau cyber crime adalah kerugian yang ditimbulkan mencapai jumlah yang sangat besar. Berbagai forum didunia telah melakukan konvensi dan jalinan kerjasama untuk menanggulangi cyber crime di wilayah regionalnya, beberapa diantaranya adalah ; Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik APEC sepakat memerangi kejahatan cyber melaluiAPEC Cyber Crime Strategy, ASEAN melalui Manila Declaration on Prevention and Control of Transnational Crime , dan organisasi Uni Eropa melalui International Convention on Cyber Crime. PBB sendiri melalui Resolusi 5563, PBB menganjurkan negara-negara anggota PBB untuk memerangi tindakan kejahatantelematika atau tindakan penyalahgunaan teknologi informasi. 81

C. Isu Kejahatan Transnasional di ASEAN