BAB III KESEPAKATAN ASEAN DENGAN SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL
LAINNYA DALAM UPAYA MENANGGULANGI ISU KEJAHATAN TRANSNASIONAL
A. Pengertian Kejahatan Transnasional Menurut Hukum Internasional
Istilah transnasional pertama kali dikenalkan oleh Philip C. Jessup. Menurut Jessup selain hukum internasional atau international law, digunakan juga istilah transnational law
yang diartikan sebagai semua hukum yang mengatur semua tindakanatau kejadian yang melampaui batas teritorial suatu negara.
42
42
Romli Atmasasmita, Tindak Pidana Narkotika Transnasional dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia
, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1997, hal 27
Sedangkan transnational crime atau kejahatan transnasional secara konseptual,diperkenalkan pertama kali secarainternasional di tahun 1975
dalam The Eigth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of
Offenders , dimana kejahatan transnasional diartikan sebagai tindak pidana atau kejahatan
yang melintasi batas negara.
43
Transnational crime merupakan bentuk kontemporer dari
perkembangan keadaan yang baru dari organized crime.Sebelumnya istilah yang berkembang organized crime
berdasarkan defenisi yang diberikan oleh PBB terhadap organized crime
adalah the large-scale and complex criminal activity carried on by groups of persons, however loosely or tightly organized, for the enrichment of those participating and at the
expense of the community and its members.
44
Defenisi umum mengenai kejahatan transnasional belum lah ada yang ditetapkan secara pasti.Para ahli maupun konvensi-konvensi internasional tidak mendefenisikan
kejahatan transnasional dalam defenisi yang sama. Meskipun demikian banyak literatur ataupun publikasi yang memberi defenisi mengenai kejahatan transnasional hampir banyak
memiliki asumsi yang sama mengenai defenisi kejahatan transnasional. Seperti yang dikemukakan oleh Mueller dalam Transnational crime: Definitions and Concepts bahwa
banyak peneliti mendefinisikan kejahatan transnasional untuk menyebutoffences whose inception, prevention, andor direct or indirect effects involve more than
onecountry .
45
Mueller sendiri menggunakan istilah kejahatan transnasional untuk mengidentifikasicertain criminal phenomena transcending international borders, trans-
gressing the laws of several states or having an impact on another country.
46
43
John R. Wagley, Transnational Organized Crime:Principal Threats and U.S. Responses ,Congressional Research Service, The Library of Congress, 2006.
44
United Nations, Changes in Forms and Dimensions of Criminality - Transnational and National, Working paper prepared by the Secretariat for the Fifth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the
Treatment of Offenders Toronto, Canada, 1-12 September 1975
45
Gerhard O. W. Mueller, Transnational Crime: Definitions and Concepts, Transnational Organized Crime 4, no. 1998 n.d..
46
Ibid.,
Sedangkan menurut Martin dan Romano, transnational crime may be defined as the behavior of ongoing
organizations that involves two or more nations, with such behavior being defined as criminal by at least one of these nations.
47
Menurut M. Cherif Bassiouni 1986, penulis buku International Criminal Law, menyebutkanbahwa kejahatan transnasional adalah suatu tindakpidana internasional yang
mengandung tiga unsur yakniunsur internasional, unsur transnasional, dan unsur kebutuhannecessity.Unsur internasional meliputi unsur yang secara langsung memberi
ancaman terhadap perdamaian dunia, ancaman secaratidak langsung atas perdamaian dan keamanan di dunia, danmenggoyahkan perasaan kemanusiaan.Sementara unsur transnasional
termasuk ke dalam unsur kebutuhan akan kerjasama antara negara-negara untuk melakukan penanggulangan karena unsur ini meliputi tindakanyang memiliki dampak terhadap lebih dari
satu negara,melibatkan atau memberikan dampak terhadapwarga negara dari lebih satu negara, dan sarana prasarana sertametode-metode yang dipergunakan melampaui batas
territorial suatu negara. Dengan pengertian ini dapat dilihat bahwa kejahatantransnasional adalah kejahatan yang tidak mengenal batasteritorial suatu negara borderless. Modus
operandi , bentukatau jenisnya, serta locus tempus delicti nya melibatkan beberapanegara dan
sistem hukum pelbagai negara.
48
Menurut Abdussalammenyebutkan bahkan kejahatan transnational atautransnational crime
adalah kejahatan yang memiliki elemen-elemen antara lain
49
1. Conduct affecting more than one state
:
2. Conduct including or affecting citizen of more than one state
3. Means and methods tranced national boundaries
47
Martin, J. M. and Romano, A. T., Multinational Crime-Terrorism, Espionage, Drug Arms Trafficking ,SAGE Publications, 1992
48
Majalah KESAKSIAN , Media Informasi Perlindungan Saksi dan Korban edisi no.III tahun 2012, diakses melalui http:www.lpsk.go.id
49
Prof. Dr. H.R. Abdulsalam, Hukum Pidana Internasional, Jakarta. Restu Agung . 2006 hal.242
Menurut hukum internasional pengertian kejahatan transnasional dapat dilihat dari defenisi PBB yang dalam perkembangannya menambahkan bahwa istilah organized crime
seringkali diartikan sebagai the large-scale and complex criminal activities carried out by tightly or loosely organized associations and aimed at the establishment, supply and
exploitation of illegal markets at the expense of society .
50
Sedangkan menurut United Nations Convention on Transnational Organized Crime
tahun 2000 atau yang lebih dikenal sebagai konvensi Palermo, kejahatan dapat dikatakan bersifat transnasional jika terdiri dari:
51
1. dilakukan di lebih dari satu negara,
2. persiapan, perencanaan, pengarahan dan pengawasan dilakukan di
negara lain, 3.
melibatkan pelaku kelompok kejahatan terorganisir atauorganized criminal group
dimana kejahatan dilakukan di lebih satu negara, dan 4.
berdampak serius pada negara lain Konvensi Palermo inijuga mensyaratkansuatu negara mengatur empat jenis kejahatan
yaitu, peran sertadalam criminal organized group, money laundering, korupsi, danobstruction of justice
misalnya pemberian alat bukti maupunkesaksian padahal tidak diminta. Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat ditarik sejumlah asumsi tentang
kejahatan transnasional. Asumsi yang pertama adalah bahwa kejahatan transnasional merupakan suatu fenomena baru yang muncul pada abad ke-20, kejahatan antar lintas negara
ini melibatkan sekelompok orang yang terorganisir dan jaringannya melampaui batas territorial negara, sehingga kemungkinan besar pelaku tindak kejahatan ini melibatkan dua
bahkan lebih negara karena secara teratur bekerja bersama-sama dengan organisasi kriminal di negara lain, kejahatan transnasional terutama disebabkan oleh proses globalisasi selama
tiga dekade terakhir dan merembes ke dalam bisnis yang sah dan pemerintah.
50
United Nations, Eigth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders, Havana, Cuba 27 August to 7 September 1990, AConf.1447, 26 July 1990
51
Muladi, Demokratisasi, Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia, edisi I. Jakarta: The Habibie Center, 2002.
B. Bentuk-Bentuk Kejahatan Transnasional Beserta Konvensi Internasional yang