commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan April - Juni, pemeliharaan ikan dilakukan di Desa Kadireso Teras Boyolali. Untuk pengujian
kualitas dilaksanakan di Sub Laboratorium Biologi Laboratorium Pusat MIPA dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
B. Alat dan Bahan 1.
Alat
a. Dalam pembuatan pakan tambahan digunakan blender, timbangan listrik,
mixer, mesin pencetak pelet, scruder, dan granulator. b.
Analisis proksimat pakan digunakan alat – alat kaca, timbangan, oven, eksikator, batu didih, soxlet, labu kjeldahl, disceting kit, perangkat distilasi
uap, buret, hot plate, pipet, dan porselin. c.
Untuk pemeliharaan ikan digunakan kolam berukuran 3 x 2 x 0.7 meter, selang air, jaring ikan dan gayung untuk sampling.
d. Pengukuran kualitas air digunakan DO kit, dan pH meter.
e. Pengukuran pertumbuhan ikan digunakan timbangan dan penggaris.
commit to user
2. Bahan
a. Hewan uji berupa ikan lele dumbo Clarias gariepinus umur satu bulan
sebanyak 450 ekor. b.
Pelet buatan terdiri dari : tepung ikan 20, tepung susu 5, tepung bawang 5, tepung kanji 9, Litter 28, janggel jagung 28 dan Smart nutrien 5.
c. Keong emas.
d. Jaring ukuran 5 mm.
e. Kertas lakmus.
f. Kemikalia untuk pengukuran kandungan nutrisi pakan berupa NaOH, H
2
SO
4
, Aseton C
2+
dan kloroform. g.
Kemikalia untuk uji protein ikan, yaitu campuran destruksi 1 bagian CuSO
4
dan 9 bagian K
2
SO
4
, H
2
SO
4
pekat, aquadest, indikator phenolphathalen, asam borat, indikator Tashiro, NaOH, dan HCl.
C. Rancangan Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap terdiri dari 4 perlakuan dengan masing – masing perlakuan dibuat 3 kali ulangan ditambah 1
perlakuan dengan 100 pakan komersial. Perlakuan tersebut meliputi : Tabel 1. Perbandingan konsentrasi keong emas dan pakan campuran
Perlakuan Pakan Campuran
Keong Emas P
I
75 25
P
II
50 50
P
III
25 75
P
IV
100 K
100 Pakan Komersial
commit to user
D. Cara Kerja a.
Persiapan Pembuatan Pakan
1. Pembuatan Tepung Ikan
Afkir ikan direbus dalam air selama ± 30 menit, kemudian air rebusannya dibuang dan ikan dikeringkan dengan cara dijemur. Pada saat
penjemuran, sesekali ikan dibalik agar pengeringan merata. Selanjutnya ikan digiling menjadi tepung.
2. Pembuatan Tepung Susu
Tepung susu yang digunakan adalah limbah dari pabrik susu bubuk yang dibersihkankan.
3. Pembuatan Tepung Bawang
Kulit bawang dikeringkan dengan cara dijemur. Setelah kering digiling menjadi tepung dan diayak. Bagian yang diambil adalah hasil ayakan yang
lembut. 4.
Pembuatan Tepung Janggel Jagung Janggel jagung dipotong-potong, kemudian difermentasi dengan
Bacillus sp . Kemudian hasil fermentasi digiling menjadi tepung dan diayak.
Bagian yang diambil adalah hasil ayakan yang lembut. 5.
Pembuatan Tepung Keong Emas Keong emas direbus dengan ditambahkan garam 1kg daging keong
emas : 2 sendok garam, hal ini untuk menghilangkan lender dan menetralkan sifat asamnya. Daging keong emas dipanaskan selama 30 menit pada suhu air
60 C. Pada suhu tinggi proteinnya akan rusak sehingga nilai gizinya akan
commit to user
turun, oleh karena itu digunakan suhu maksimal 60 C. Setelah perebusan,
keong emas matang ditiris dan dijemur sampai kering, pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam keong agar daya simpanya lama. Kemudian
daging keong emas diblender atau digiling hingga menjadi tepung.
b. Pembuatan Pakan
Semua bahan yang terdiri dari Smart nutrient, tepung bawang, janggel jagung, tepung susu, tepung ikan, litter dan larutan tepung kanji, dicampur ke
dalam mixer dengan komposisi sesuai pada macam perlakuan yang di berikan. Setelah semua bahan tercampur selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin pencetak
dan scruder yang berfungsi untuk mengapungkan pakan. Tahap berikutnya pakan dimasukkan ke mesin granulator untuk memisahkan pakan yang utuh dengan
pakan yang hancur, selanjutnya dikeringkan dibawah sinar matahari.
c. Pelaksanaan Percobaan
a. Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Pada setiap
ulangan disiapkan kolam ukuran 0.6 x 0.5 x 0.6 meter untuk 30 ekor ikan lele dumbo dengan volume air 15 liter. Kondisi ini mengacu pada Galeriukm
2009 bahwa untuk pembesaran sampai tingkat konsumsi digunakan kolam dengan ukuran 2 x 1 x 0.6 meter, diisi dengan 100 ekor lele dumbo dimana
setiap ekor ikan mempunyai panjang 5-7 cm. Dengan demikian dalam setiap perlakuan menggunakan 3 ulangan yang terdiri dari 3 kolam masing – masing
30 ekor, sehingga total ikan yang digunakan adalah 90 ekor ikan lele dumbo.
commit to user
b. Ikan lele dumbo yang berumur satu bulan sebanyak 90 ekor ikan dimasukkan
dalam 3 kolam yang telah diisi air. c.
Sebelum perlakuan, terlebih dahulu dilakukan aklimasi terhadap ikan lele selama 10 hari.
d. Setelah aklimasi, diambil dua ikan untuk pengambilan data kadar protein
awal. Data pendukung untuk mengetahui kualitas air kolam meliputi kondisi fisik dan kimia air meliputi temperatur, pH dan DO. Variabel yang diukur
untuk mengetahui pertumbuhan ikan adalah berat ikan yang diukur dengan timbangan O’Hauss dan panjang standar ikan diukur dengan penggaris.
e. Ikan diberi perlakuan dengan perbedaan ransum penambahan keong emas
pada pakan ikan dengan konsentrasi yang berbeda. f.
Ransum diberikan tiga kali sehari yaitu pada jam 08.00, 12.00 dan 16.00 Honorius, 1996. Ransum diberikan sebanyak 2-5 dari berat tubuh lele.
g. Pengambilan data untuk kualitas air dilakukan 10 hari sekali diikuti dengan
pengukuran berat total dan panjang standar ikan. Pengambilan data dilaksanakan pada pagi hari sebelum diberi ransum.
h. Pengamatan uji kadar protein dilakukan pada awal dan akhir penelitian untuk
mengetahui nilai retensi protein. Sampel yang diambil adalah jaringan otot daging ikan lele dumbo Clarias gariepinus bagian dorsal dari masing –
masing perlakuan.
commit to user
d. Analisis Nutrisi Pakan
a Pengukuran Kadar Protein dengan Metode Kjeldahl :
Sampel diambil sebanyak 1 – 2 gram, digerus kemudian dimasukkan dalam labu Kjeldhal lalu ditambahkan 3 gram campuran destruksi 1 bagian
CuSO
4
dan 9 bagian K
2
SO
4
dan 20 ml H
2
SO
4
pekat. Labu Kjeldhal dipanaskan di atas tungku pemanas hingga warna larutan yang semula hitam
berubah menjadi berwarna jernih selama pemanasan. Setelah destruksi selesai, labu Kjeldahl didinginkan, kemudian permukaan dalam labu tersebut dibilas
dengan aquadest dan larutan dicampur hingga homogen. Larutan sampel hasil destruksi dimasukkan dalam perangkat destilasi uap dan ditambahkan 3 tetes
indikator phenolphthalen. Larutan penampung dipasang dalam gelas piala berisi 50 ml larutan 2 asam borat dan 5 tetes indikator Tashiro di bawah
ujung pendingin di mana ujungnya tercelup ke dalam larutan penampung. Kemudian larutan NaOH pekat dituang secara bertahap sampai larutan sampel
bersifat alkalis. Destilasi diakhiri bila destilat yang menetes bereaksi netral terhadap lakmus merah dan warna larutan penampung menjadi hijau. Larutan
penampung dititrasi dengan larutan 0,1 N HCl hingga warna larutan berubah kembali menjadi merah muda pink.
Kadar protein dihitung dengan rumus Sudarmadji, 1988 : Kadar Protein =
ml titrasi HCl x N HCl x 14 x 6.25 X 100
gram sampel x 1000
commit to user
b Pengukuran Kadar Lemak
Labu penyaring ekstraksi berisi butir batu didih dikeringkan menggunakan alat pengering bersuhu 105º-110°C selama 1 jam, kemudian
didinginkan dalam eksikator dan ditimbang a. Sampel ditimbang sebanyak 1 gr X, kemudian dimasukkan ke dalam selongsong penyaring dan ditutup
dengan kapas. Selongsong penyaring dimasukkan ke dalam soxhlet kemudian disaring dengan kloroform sampai jernih. Labu penyaring dikeringkan dengan
alat pengering bersuhu 105º-110°C selama 1 jam, kemudian labu didinginkan dengan eksikator sampai diperoleh berat konstan b.
Kadar lemak dihitung dengan rumus : Kadar Lemak =
b – a X 100
x Keterangan : b
= Berat konstan akhir labu a
= Berat awal labu X
= Berat sampel Anggorodi, 1979
c Pengukuran Kadar Serat Kasar
Sampel ditimbang sebanyak 1 gr X dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300 ml kemudian ditambah 50 ml H
2
SO
4
3 N lalu dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit. Kertas saring dikeringkan pada suhu 105º-
110°C selam 1 jam, kemudian ditimbang Z dan dimasukkan ke dalam corong bucher. Sampel disaring dalam labu penghisap yang dihubungkan dengan
commit to user
pancaran air, kemudian dicuci dengan 50 ml air panas, 50 ml H
2
SO
4
0,3 N, dan 50 ml aseton secara berturut–turut. Setelah itu, kertas saring dan isinya
dimasukkan ke dalam cawan petri dan dikeringkan selama 1 jam di dalam alat pengering bersuhu 105º-110°C, kemudian didinginkan di dalam eksikator dan
ditimbang Y, lalu dipijarkan, didinginkan dan ditimbang A Kadar serat kasar dihitung dengan rumus:
Keterangan : Y = Berat kertas saring setelah pengeringan akhir
Z = Berat kertas saring setelah pengeringan awal
A = Berat kertas saring setelah pemijaran
X = Berat sampel
Anggorodi, 1979
d Pengukuran Kadar Air
Botol dan tutupnya ditimbang dan dikeringkan pada suhu 105º-110°C selama 10-12 jam, kemudian botol tersebut didinginkan dengan eksikator
selama 30 menit, lalu botol ditimbang. Sampel sebanyak 1 gr dimasukkan ke dalam botol yang sudah dikeringkan, kemudian botol beserta isinya ditimbang
A, lalu dikeringkan pada suhu 105º - 110°C sampai diperoleh berat yang konstan B.
Kadar air dihitung dengan rumus : Kadar Serat Kasar =
Y – Z - A X 100
X
Kadar Air = A - B
X 100 A
commit to user
Keterangan : A = B B = Be
e Pengukuran Kadar Ab
Porselen dike kemudian didinginkan
gr dimasukkan ke dala tidak ke luar asap. Ca
ke dalam oven bers didinginkan dan ditim
Kadar abu dihitung de
Keterangan : Z X
Y
f Pengukuran Kadar Ka
Pengukuran ka by Difference”.
Karbo Berat botol awal
Berat botol konstan Tillman, dk
Abu ikeringkan dalam alat pengering bersuhu 10
kan dalam eksikator dan ditimbang X. Sampel s alam porselen Y, kemudian dibakar diatas bunse
Cawan porselen dan sampel yang sudah dibakar di ersuhu 400ºC sampai sampel menjadi putih,
timbang Z. dengan rumus :
= Berat akhir cawan porselen dan sampel X
= Berat cawan porselen Y
= Berat sampel Anggor
Karbohidrat kadar karbohidrat dilakukan dengan metode ”Car
bohidrat = 100 - Protein+Lemak+Abu+Air Nugro
Kadar abu = 26
dkk, 1989
105º-110°C, l sebanyak 1
nsen sampai dimasukkan
h, kemudian
el
orodi, 1979
arbohydrate
roho, 1999
commit to user
e. Analisis Pertumbuhan Ikan Lele
a
Pengukuran Pertumbuhan Ikan Lele
1.
Berat ikan lele ditimbang menggunakan timbangan O’Hauss.
2. Panjang standar ikan lele diukur dari ujung kepala paling depan sampai
pelipatan pangkal sirip ekor menggunakan mistar dan kertas milimeter.
b Derajat Kelangsungan Hidup Sintasan menurut Effendi dalam Fuad
Muhammad 1996 dihitung dengan rumus :
Keterangan : S
= Derajat kelangsungan hidup sintasan Nt
= Jumlah ikan diakhir penelitian No
= Jumlah ikan diawal penelitian
c Laju Pertumbuhan Harian Effendi dalam Fuad Muhammad, 1996 dihitung
dengan rumus :
Keterangan : Wt
= Berat akhir ikan Wo
= Berat awal ikan t
1
= Waktu awal hari t
2
= Waktu akhir hari SGR = Laju pertumbuhan harian
S = Nt
X 100 No
SGR = In Wt – In Wo
X 100 T2 – t1
commit to user
d Retensi Protein PR menurut Buwono 2004 dihitung dengan rumus:
Keterangan : JPS akhir
= Jumlah protein yang disimpan dalam tubuh ikan pada akhir penelitian g
JPS awal = Jumlah protein yang disimpan dalam tubuh ikan pada
awal penelitian g JPB
= Jumlah protein yang diberikan g
e Effisiensi Pakan FE menurut Huisman dalam Ing Mokoginta et al. 1995
dihitung dengan rumus :
Keterangan : Wt
= Berat akhir ikan lele Wo
= Berat awal ikan lele D
= Berat ikan nila yang mati F
= Berat pakan yang diberikan PR =
JPS akhir g – JPS awal g X 100
JPB g
FE = Wt + D – Wo
X 100 F
commit to user
E. Teknik Pengambilan Sampel