Kondisi Fisik Jalan Jenis Dan Kondisi Fisik Halte

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

4.1 Kondisi Fisik Jalan

Kotamadya Medan terletak pada ketinggian 3 sampai 30 meter dari permukaan laut dengan keadaan topografi datar. Hasil pengamatan lapangan, daerah yang terbangun built up area Kotamadya Medan umumnya daftar juga termasuk jaringan jalannya. Tabel 4.1 Kondisi Fisik Jalan Wilayah Studi Nama Ruas Jalan Panjang m Lebar m Median m Bahu Jalan m Jumlah Lajur Jalur Yos Sudarso 1.900 10 1,5 - 2 3 2 4 Jl. Putri Hijau 2.200 12 1 1 4 Balai Kota 600 12 - 1 3 Gatot Subroto 5.140 10 0,5 - 2 1 1 4 Guru Patimpus 800 17 - 2 4 Jamin Ginting 1 2 4 S. Parman - 1 4 Jl. S.M. Raja 7.547 15 1 2 4 H. Juanda 0,2 2 4 Letda Sujono - 2 4 H.M. Yamin 1.900 12 1 1 1 4 P. Kemerdekaan 1.400 12 - 1 1 4 Sumber : Kantor BPS Kota Medan, 2013

4.2 Jenis Dan Kondisi Fisik Halte

Tempat perhentian kendaraan yang ada di daerah penelitian termasuk ke dalam tempat henti dengan perlindungan halte dan tidak terdapat tempat henti tanpa perlindungan bus stop. Pada penelitian 7 halte 46.7 dalam kondisi fisik yang Universitas Sumatera Utara tidak terawat, hal ini dapat terlihat dengan jelas karena warna cat yang memudar menyebabkan halte kelihatan tidak menarik dan rusaknya tiang-tiang penyangga halte yang diakibatkan oleh korosi. Kondisi fisik lain yang biasa terlihat yaitu terdapatnya kerusakan tempat duduk pada halte. Kondisi tersebut biasanya ditemukan pada halte yang dibangun oleh pemerintah. Sedangkan 8 halte 53.3 di daerah penelitian dalam kondisi fisik yang bersih dan terawat. Kondisi tersebut diperlihatkan dengan bangunan halte yang masih baru dan lebih modern, yang biasanya dibangun ulang oleh pihak swasta. Pihak swasta yang memperbaiki halte yang sudah ada, biasanya bertujuan untuk mempromosikan suatu produk, dengan memberikan label produk tersebut pada halte. Hal ini menyebabkan beragamnya bentuk, warna, dan kondisi fisik halte di kota Medan. Tentu saja melalui perizinan yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan Kota Medan. Gambaran lain kondisi fisik halte di daerah penelitian menunjukkan bahwa 5 halte 33.3 yang tidak dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima karena kondisi fisik halte yang sudah sangat rusak, atau halte tidak berada pada lokasi yang tidak strategis untuk digunakan sebagai tempat berjualan. Sedangkan 10 halte 66.7 dijadikan tempat berjualan oleh para pedagang kaki lima, kios-kios yang dijadikan tempat berjualan, ada yang sudah menjadi bangunan permanen pada halte dan ada juga yang hanya menumpang pada halte. Pedagang kaki lima yang memanfaatkan halte sebagai lokasi berjualan menyebabkan kondisi halte menjadi semrawut. Dagangan yang dijajakan dan gerobak-gerobak jualan yang diparkirkan tepat di tengah-tengah halte mempersempit ruang gerak pengguna halte untuk bebas bergerak. Hal ini yang menyebabkan pengguna halte enggan untuk menggunakan angkutan umum pada halte. Situsi seperti ini dapat ditemui pada halte nomor 19 yang Universitas Sumatera Utara terletak pada Jalan Gatot Subroto, nomor 28 dan nomor 31 terletak pada Jalan Sisingamangaraja, halte nomor 8 pada Jalan Balai Kota, halte nomor 40 pada jalan Prof. HM Yamin. Sedangkan pada kondisi dimana kios-kios sudah menjadi bangunan permanen pada halte menyebabkan halte tidak lagi berfungsi sebagai tempat tunggu, melainkan tempat berjualan yang membangkitkan orang-orang untuk datang dan melakukan kegiatan berdagang pada halte.

4.3 Lokasi Halte Terpilih