Pemeriksaan Kandungan Mineral Kalium, Natrium Dan Magnesium Pada Kentang (Solanum Tuberosum L.) Granola Dan Mini Secara Spektrofotometri Serapan Atom
PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL KALIUM,
NATRIUM DAN MAGNESIUM PADA KENTANG
(Solanum tuberosum L.) GRANOLA DAN MINI SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
OLEH:
WIDIA HARDIYANTI
NIM 121524069
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL KALIUM,
NATRIUM DAN MAGNESIUM PADA KENTANG
(Solanum tuberosum L.) GRANOLA DAN MINI SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk meraih Gelar Sarjana Fakultas pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
WIDIA HARDIYANTI
NIM 121524069
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
PENGESAHAN SKRIPSI
PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL KALIUM,
NATRIUM DAN MAGNESIUM PADA KENTANG
(Solanum tuberosum L.) GRANOLA DAN MINI SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
OLEH:
WIDIA HARDIYANTI NIM 121524069
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal: 11 Februari 2015
Disetujui Oleh: Pembimbing I,
Prof. Dr. rer. nat. E.D.L.Putra, S.U., Apt. NIP195306191983031001
Pembimbing II,
Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. NIP195201041980031002
Medan, Maret 2015 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Wakil Dekan I,
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001
Panitia Penguji
Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt. NIP 195008281976032002
Prof. Dr. rer. nat. E.D.L.Putra, S.U., Apt. NIP 195306191983031001
Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt. NIP 195008261974122001
Drs NIP 1954062811983031002
(4)
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam untuk Rasulullah Muhammad
SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul
Pemeriksaan Kandungan Mineral Kalium, Natrium dan Magnesium Pada Kentang
(Solanum tuberosum L.) secara Spektrofotometri Serapan Atom.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De
Lux Putra, S.U., Apt., dan Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., yang
telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian
hingga selesainya skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku
Dekan dan Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi USU Medan, yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis untuk
melakukan penelitian. Ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., Ibu Dra. Siti
Nurbaya, M.Si., Apt., dan Bapak Drs selaku dosen
penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U.,
Apt., selaku Kepala Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU yang telah
(5)
v
mengerjakan dan menyelesaikan penelitian ini. Yang terkasih, Ayahanda Wahidin
dan Ibunda Aja Hamidar yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang
tidak ternilai dengan apapun, motivasi beserta doa yang tulus dan tak pernah
henti. Saudaraku abang Hazuwir, ogek Wihardi dan seluruh keluarga besar yang
selalu setia memberikan doa dan dukungan penuh kepada penulis.
Sahabat-sahabat terbaikku Cut kak (Hikmah), Kak Neny, Kak Dina, Kak
Aida, Ama, Delvi, icha dan vina serta teman-teman Farmasi Ekstensi 2012, terima
kasih atas perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini. Serta seluruh
pihak yang telah ikut mebantu penulis namun tidak tercantum namanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2015 Penulis,
(6)
vi
PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM DAN
MAGNESIUM PADA KENTANG (Solanum tuberosum L.) GRANOLA
DAN MINI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ABSTRAK
Latar belakang: Mineral mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi
tubuh dan banyak ditemukan dalam berbagai jenis buah dan sayuran. Kentang merupakan salah satu jenis sayuran popular yang banyak dibudidaya di seluruh dunia, karena nilai gizi dan fleksibilitas kuliner yang luar biasa. Kentang juga merupakan sumber gizi yang potensial. Zat-zat gizi yang terdapat dalam kentang antara lain karbohidrat, vitamin A, C, Vitamin B komplek (B1, B2, B6 dan folat), mineral (kalium, natrium, magnesium, fosfor, sulfur dan tembaga) serta protein.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan mineral
kalium, natrium dan magnesium pada kentang granola dan kentang mini.
Metode penelitian: Pengujian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom untuk kalium, natrium dan magnesium pada panjang gelombang masing-masing adalah 766,5 nm, 589,0 nm, 285,2 nm dengan menggunakan nyala udara-asetilen. Metode ini dipilih karena pelaksanaannya mudah, cepat, teliti dan tidak memerlukan pemisahan pendahuluan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kadar kalium, natrium dan magnesium pada
kentang granola yaitu masing-masing (593,2451 ± 5,2054) mg/100 g, (8,4773 ± 0,0500) mg/100 g, (33,7912 ± 0,1477) mg/100 g, dan untuk kalium, natrium, magnesium pada kentang mini adalah (685,0436 ± 4,6067) mg/100 g, (8,1509 ± 0,0402) mg/100 g, (33,6424 ± 0,1871) mg/100 g.
Kesimpulan: Uji statistik beda rata–rata kandungan kalium, natrium dan
magnesium antara kentang granola dan kentang mini dengan menggunakan distribusi F menghasilkan t hitung untuk kalium adalah -7,1626, natrium 2075,7481, dan magnesium 57,9049. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa kandungan kalium pada kentang mini lebih tinggi daripada kentang granola. Kandungan natrium dan magnesium pada kentang granola lebih tinggi dibandingkan kentang mini. Ketiga mineral tersebut mempunyai perbedaan yang signifikan.
Kata Kunci: Kentang (Solanum tuberosum L.), kalium, natrium, magnesium, spektrofotometri serapan atom.
(7)
vii
CONTENT ANALYSIS OF MINERAL POTASSIUM, SODIUM AND
MAGNESIUM IN POTATO (Solanum tuberosum L.) GRANOLA AND
MINI BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY ABSTRACT
Background: Minerals have an important role in care of body functions and is
found in many types of fruit and vegetables. Potatoes are one of the many types of vegetables popular in cultivation throughout the world, because of its nutritional value and exceptional culinary versatility. Potatoes are also a potential source of nutrition. Nutrients contained in potatoes, among others, carbohydrates, vitamins A, C, Vitamin B complex (B1, B2, B6 and folate), minerals (potassium, sodium, magnesium, phosphorus, sulfur and copper) and protein.
Purpose: The purpose of this study was to find out the differences in mineral
content of potassium, sodium and magnesium in granola and mini potato.
Methods: Quantitative testing was performed using atomic absorption
spectrophotometer for potassium, sodium and magnesium at wavelength 766.5 nm, 589.0 nm, 285.2 nm respectively by using the air-acetylene flame. This method was chosen because its implementation is easy, fast, thorough and does not require preliminary separation.
Results: The results showed that the levels of potassium, sodium and magnesium
in granola potato were (593.2451 ± 5.2054) mg / 100 g, (8.4773 ± 0.0500) mg / 100 g, (33.7912 ± 0.1477) mg / 100 g respectively, and for potassium, sodium, magnesium in mini potato were (685.0436 ± 4.6067) mg / 100 g, (8.1509 ± 0.0402) mg / 100 g, (33.6424 ± 0.1871) mg / 100 g respectively.
Conclusion: The average different test statistically for potassium, sodium and
magnesium between potato granola and potato mini using the F distribution produced t for potassium was -7.1626, sodium was 2075.7481, and magnesium was 57.9049. The results can concluded that the content of potassium in mini potato higher than in granola potato. The content of sodium and magnesium in granola potato higher than in mini potato. The three investigated minerals have significant difference.
Keywords: Potato (Solanum tuberosum L.), potassium, sodium, magnesium, atomic absorption spectrophotometry.
(8)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 3
1.3Hipotesis ... 3
1.4Tujuan Penelitian ... 4
1.5Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1Kentang ... 5
2.1.1 Kentang granola dan kentang mini ... 6
2.1.2 Taksonomi tanaman ... 6
2.1.3 Kandungan gizi dalam kentang ... 6
2.1.4 Khasiat tanaman kentang ... 7
(9)
ix
2.2.1 Kalium ... 9
2.2.2 Natrium ... 10
2.2.3 Magnesium ... 11
2.3Spektrofotometri Serapan Atom ... 11
2.4Validasi Metode Analisis ... 17
2.4.1 Kecermatan (Accuracy) ... 17
2.4.2 Keseksamaan ... 17
2.4.3 Batas deteksi dan batas kuantifikasi ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
3.2Bahan-bahan ... 19
3.2.1Sampel ... 19
3.2.2Pereaksi ... 19
3.3Alat-alat ... 19
3.4Pembuatan Pereaksi ... 20
3.4.1Larutan HNO3 ... 20
3.5Prosedur Penelitian ... 20
3.5.1Pengambilan sampel ... 20
3.5.2Penyiapan sampel ... 20
3.5.3Proses destruksi ... 20
3.5.4Pembuatan larutan sampel ... 21
3.5.5Pemeriksaan kuantitatif ... 21
3.5.5.1Pembuatan kurva kalibrasi kalium ... 21
(10)
x
3.5.5.3Pembuatan kurva kalibrasi magnesium ... 22
3.5.5.4Penetapan kadar kalium ... 22
3.5.5.5Penetapan kadar natrium ... 23
3.5.5.6Penetapan kadar magnesium ... 23
3.5.5.7Perhitungan kadar kalium, natrium dan magnesium dalam sampel ... 24
3.5.6Analisis data secara statistik ... 24
3.5.7Validasi metoda ... 25
3.5.7.1Uji perolehan kembali (recovery) ... 25
3.5.7.2Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi ... 26
3.5.7.3Uji keseksamaan (Presisi) ... 26
3.5.7.4Pengujian beda nilai rata-rata ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1Identifikasi Sampel ... 29
4.2Analisis Kualitatif ... 29
4.2.1 Kurva kalibrasi kalium, natrium dan magnesium .. 29
4.2.2 Pengujian kandungan kalium, natrium dan magnesium pada sampel ... 31
4.2.3 Pengujian beda nilai rata-rata kadar kalium, natrium dan magnesium pada sampel ... 33
4.2.4 Batas deteksi dan batas kuantitasi ... 34
4.2.5 Uji perolehan kembali (recovery) ... 34
4.2.6 Simpangan baku relatif ... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
(11)
xi
5.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
(12)
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Gizi pada Kentang ... 7
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kuantitatif Kalium, Natrium dan Magnesium pada Kentang Granola dan Kentang Mini ... 32
Tabel 4.2 Hasil Uji Beda Nilai Rata-rata Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium pada Kentang Granola dan Kentang Mini ... 33
Tabel 4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Kalium, Natrium dan Magnesium ... 34
Tabel 4.4 Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) Kalium, Natrium dan Magnesium pada Kentang Granola dan Kentang Mini ... 35
Tabel 4.5 Nilai Simpangan Baku dan Simpangan Baku Relatif Kalium, Natrium dan Magnesium ... 35
(13)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Sistem Peralatan Spektofotometri Serapan Atom ... 13
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalium ... 30
Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Natrium ... 30
(14)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Sampel ... 40
Lampiran 2. Gambar Sampel Kentang ... 41
Lampiran 3. Gambar Alat-alat yang Digunakan ... 42
Lampiran 4. Bagan Alir Proses Dekstruksi Kering ... 44
Lampiran 5. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel ... 46
Lampiran 6. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kalium, Natrium dan Magnesium ... 47
Lampiran 7. Perhitungan Persamaan Garis Regresi ... 48
Lampiran 8. Hasil Analisis Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel ... 52
Lampiran 9. Contoh Perhitungan Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium Dalam Sampel ... 54
Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Kalium dalam Sampel ... 59
Lampiran 11. Perhitungan Statistik Kadar Natrium dalam Sampel .... 63
Lampiran 12. Perhitungan Statistik Kadar Magnesium dalam Sampel ... 68
Lampiran 13. Rekapitulasi Data Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium pada Kentang (Solanum tuberosum L.) Sebelum Uji-t . ... 72
Lampiran 14. Rekapitulasi Data Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium pada Kentang (Solanum tuberosum L.) Sebelum Uji-t . ... 74
Lampiran 15. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kalium dalam Kentang ... 76
Lampiran 16. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Natrium dalam Kentang ... 78
(15)
xv
Lampiran 17. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Magnesium dalam Kentang ... 80
Lampiran 18. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Kalium, Natrium dan Magnesium ... 82
Lampiran 19. Hasil Uji Perolehan Kembali Kalium, Natrium dan Magnesium Setelah Penambahan Masing-masing Larutan Standar ... 86
Lampiran 20. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel ... 88
Lampiran 21. Perhitungan Simpangan Baku Relatif Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel ... 92
Lampiran 22. Tabel Distribusi t ... 95
(16)
vi
PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM DAN
MAGNESIUM PADA KENTANG (Solanum tuberosum L.) GRANOLA
DAN MINI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ABSTRAK
Latar belakang: Mineral mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi
tubuh dan banyak ditemukan dalam berbagai jenis buah dan sayuran. Kentang merupakan salah satu jenis sayuran popular yang banyak dibudidaya di seluruh dunia, karena nilai gizi dan fleksibilitas kuliner yang luar biasa. Kentang juga merupakan sumber gizi yang potensial. Zat-zat gizi yang terdapat dalam kentang antara lain karbohidrat, vitamin A, C, Vitamin B komplek (B1, B2, B6 dan folat), mineral (kalium, natrium, magnesium, fosfor, sulfur dan tembaga) serta protein.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan mineral
kalium, natrium dan magnesium pada kentang granola dan kentang mini.
Metode penelitian: Pengujian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom untuk kalium, natrium dan magnesium pada panjang gelombang masing-masing adalah 766,5 nm, 589,0 nm, 285,2 nm dengan menggunakan nyala udara-asetilen. Metode ini dipilih karena pelaksanaannya mudah, cepat, teliti dan tidak memerlukan pemisahan pendahuluan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kadar kalium, natrium dan magnesium pada
kentang granola yaitu masing-masing (593,2451 ± 5,2054) mg/100 g, (8,4773 ± 0,0500) mg/100 g, (33,7912 ± 0,1477) mg/100 g, dan untuk kalium, natrium, magnesium pada kentang mini adalah (685,0436 ± 4,6067) mg/100 g, (8,1509 ± 0,0402) mg/100 g, (33,6424 ± 0,1871) mg/100 g.
Kesimpulan: Uji statistik beda rata–rata kandungan kalium, natrium dan
magnesium antara kentang granola dan kentang mini dengan menggunakan distribusi F menghasilkan t hitung untuk kalium adalah -7,1626, natrium 2075,7481, dan magnesium 57,9049. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa kandungan kalium pada kentang mini lebih tinggi daripada kentang granola. Kandungan natrium dan magnesium pada kentang granola lebih tinggi dibandingkan kentang mini. Ketiga mineral tersebut mempunyai perbedaan yang signifikan.
Kata Kunci: Kentang (Solanum tuberosum L.), kalium, natrium, magnesium, spektrofotometri serapan atom.
(17)
vii
CONTENT ANALYSIS OF MINERAL POTASSIUM, SODIUM AND
MAGNESIUM IN POTATO (Solanum tuberosum L.) GRANOLA AND
MINI BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY ABSTRACT
Background: Minerals have an important role in care of body functions and is
found in many types of fruit and vegetables. Potatoes are one of the many types of vegetables popular in cultivation throughout the world, because of its nutritional value and exceptional culinary versatility. Potatoes are also a potential source of nutrition. Nutrients contained in potatoes, among others, carbohydrates, vitamins A, C, Vitamin B complex (B1, B2, B6 and folate), minerals (potassium, sodium, magnesium, phosphorus, sulfur and copper) and protein.
Purpose: The purpose of this study was to find out the differences in mineral
content of potassium, sodium and magnesium in granola and mini potato.
Methods: Quantitative testing was performed using atomic absorption
spectrophotometer for potassium, sodium and magnesium at wavelength 766.5 nm, 589.0 nm, 285.2 nm respectively by using the air-acetylene flame. This method was chosen because its implementation is easy, fast, thorough and does not require preliminary separation.
Results: The results showed that the levels of potassium, sodium and magnesium
in granola potato were (593.2451 ± 5.2054) mg / 100 g, (8.4773 ± 0.0500) mg / 100 g, (33.7912 ± 0.1477) mg / 100 g respectively, and for potassium, sodium, magnesium in mini potato were (685.0436 ± 4.6067) mg / 100 g, (8.1509 ± 0.0402) mg / 100 g, (33.6424 ± 0.1871) mg / 100 g respectively.
Conclusion: The average different test statistically for potassium, sodium and
magnesium between potato granola and potato mini using the F distribution produced t for potassium was -7.1626, sodium was 2075.7481, and magnesium was 57.9049. The results can concluded that the content of potassium in mini potato higher than in granola potato. The content of sodium and magnesium in granola potato higher than in mini potato. The three investigated minerals have significant difference.
Keywords: Potato (Solanum tuberosum L.), potassium, sodium, magnesium, atomic absorption spectrophotometry.
(18)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan umbi yang sangat digemari sehingga menjadi makanan pokok di beberapa negara Eropa. Di Indonesia
kentang merupakan salah satu jenis sayuran yang mendapat prioritas untuk
dikembangkan. Jenis sayuran ini banyak dibudidayakan di seluruh dunia, karena
nilai gizi dan fleksibilitas kuliner yang luar biasa. Di dunia perdagangan dikenal
kentang berdasarkan ukuran dan warna, di mana berdasarkan ukuran ada kentang
biasa dan ada kentang kecil, sedangkan berdasarkan warna ada kentang merah,
kuning dan putih. Kentang berwarna kuning disebut dengan kentang granola,
sedangkan kentang kecil disebut baby potato atau new potato (Novary, 1999) dan sering juga disebut dengan kentang rendang atau kentang mini.
Kandungan gizi yang terdapat dalam 100 g kentang antara lain: kalori 83
kal, karbohidrat 19,1 g, protein 2 g, lemak 0,1 g, vitamin-vitamin seperti: vitamin
C 17 mg, vitamin B1 0,11 mg, serta beberapa jenis mineral yaitu zat besi 0,7 mg
kalium 449 mg, natrium 0,4 mg ,magnesium 22 mg, serta fosfor 56 mg (Setiadi,
2009). Kentang yang kaya akan nutrisi dan mudah dicerna, sehingga cocok untuk
semua usia. Kentang memiliki sifat diuretik, menenangkan dan membantu
pencernaan (Anonim, 2014).
Mineral merupakan kebutuhan tubuh manusia yang mempunyai peranan
(19)
enzim-2
enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu pembentukan ikatan
yang memerlukan mineral seperti pembentukan hemoglobin (Almatsier, 2004).
Kalium merupakan suatu elektrolit yang penting untuk transmisi dan
konduksi impuls-impuls saraf, dan untuk kontraksi otot-otot rangka, otot jantung
dan otot polos. Kalium juga diperlukan untuk kerja enzim dalam mengubah
karbohidrat menjadi energi, dan asam-asam amino menjadi protein (Kee dan
Hayes, 1993).
Natrium adalah elektrolit utama dalam cairan ekstraseluler. Natrium
mengatur tekanan osmotik dari cairan ekstraseluler dan secara nyata
mempengaruhi tekanan osmotik cairan intraseluler. Oleh karena itu mineral ini
sangat berperan dalam pengaturan cairan tubuh termasuk tekanan darah, kepekaan
konduksi dari saraf dan jaringan otot serta pengaturan keseimbangan asam basa
(Horne dan Swearingen, 1993).
Magnesium bertindak di dalam semua sel jaringan lunak sebagai
katalisator dalam reaksi-reaksi biologik termasuk reaksi-reaksi berkaitan dengan
metabolisme energi, karbohidrat, lipida dan protein (Almatsier, 2004).
Keseimbangan mineral-mineral tersebut dalam tubuh sangat penting. Oleh
karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui kandungan
kalium, natrium dan magnesium yang terdapat dalam kentang yang berperan
dalam menambah asupan mineral dalam tubuh.
Berbagai metode dapat diterapkan dalam pemeriksaan kandungan kalium,
natrium dan magnesium. Kalium dan natrium dapat diperiksa dengan metode
(20)
3
diperiksa dengan metode kompleksometri, permanganometri, gravimetri, dan
spektrofotometri serapan atom (Khopkar, 1984, Gandjar dan Rohman, 2011).
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap kalium, natrium dan
magnesium dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom. Metode ini
adalah salah satu metode yang mudah, cepat analisisnya, dan ketelitiannya sampai
tingkat sangat sekelumit serta tidak memerlukan pemisahan pendahuluan
(Khopkar, 1984), sehingga dipilih untuk pemeriksaan kalium, natrium dan
magnesium pada kentang granola dan kentang mini.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Berapa kadar mineral kalium, natrium dan magnesium yang terkandung
dalam kentang granola dan kentang mini?
2. Apakah ada perbedaan antara kadar kalium, natrium dan magnesium pada
kentang granola dan kentang mini?
1.3 Hipotesis
1. Kentang granola dan kentang mini mengandung kalium, natrium dan
magnesium dalam jumlah tertentu.
2. Terdapat perbedaan kadar kalium, natrium dan magnesium pada kentang
(21)
4
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kadar mineral kalium, natrium dan magnesium pada
kentang granola dan kentang mini.
2. Untuk menentukan beda kadar mineral kalium, natrium dan magnesium
pada kentang granola dan kentang mini.
1.5 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan mineral
kalium, natrium dan magnesium yang terkandung dalam kentang granola dan
(22)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim dan berbentuk semak atau herba. Panjang batang bisa mencapai 50-120
cm dan tidak berkayu (tidak keras bila dipijat). Batang dan daun berwarna hijau
kemerahan atau ungu. Bunganya berwarna putih kekuningan dan ungu, tumbuh di
ketiak daun teratas dan berjenis kelamin dua (bunga sempurna). Benang sari
bunga berwarna kuning dan melingkari tangkai putik. Akarnya memiliki sistem
perakaran tunggang dan serabut. Akar berwarna putih, halus dan berukuran sangat
kecil. Dari akar-akar ini ada akar yang berubah bentuk dan fungsinya menjadi
bakal umbi (stolon) dan akhirnya menjadi umbi batang yang bisa untuk dimakan,
bakal umbi (stolon) terletak pada batang di bawah permukaan tanah. Umbi
terbentuk dari pembesaran bagian ujung stolon yang berfungsi sebagai tempat
cadangan makanan. Bentuk umbi umumnya mencirikan varietas kentang yang
ditanam. Selain bentuk umbi, untuk mencirikan varietasnya adalah kedalaman
mata tunas, warna kulit, dan warna daging (Setiadi, 2009).
Menurut Setiadi dan Nurulhuda (2000), varietas kentang pada umumnya
dapat digolongkan dalam tiga golongan berdasarkan warna umbinya yaitu:
a. kentang kuning, umbi kentang ini berkulit dan berdaging kuning. Contohnya
Granola.
b. kentang putih, umbi kentang ini berkulit dan berdaging putih. Contohnya
(23)
6
c. kentang merah, umbi kentang ini berkulit dan berdaging merah. Contohnya
Desiree.
2.1.1 Kentang granola dan kentang mini
Kentang granola dan kentang mini merupakan kentang yang berasal dari
varietas yang sama yaitu varietas Granola. Kentang granola adalah kentang yang
kulit dan dagingnya berwarna kuning. Umur panen 80-90 hari dan tahan terhadap
beberapa penyakit berbahaya, sedangkan kentang mini adalah kentang yang
bentuk dan ukurannya kecil (Hartus, 2001).
2.1.2 Taksonomi tanaman
Menurut Tjitrosoepomo (2000), Setiadi (2009) dan Herbarium Bogoriense
Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor (2014), taksonomi tanaman
kentang termasuk dalam tumbuhan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
2.1.3 Kandungan gizi dalam kentang
(24)
7
Tabel 2.1 Kandungan Gizi dalam 100 gram Kentang
No Kandungan gizi Jumlah
1 Kalori (kal) 83
2 Protein (g) 2
3 Lemak (g) 0,1
4 Karbohidrat (g) 19,1
5 Kalsium (mg) 11
6 Kalium (mg) 449
7 Natrium (mg) 0,4
8 Magnesium (mg) 22
9 Fosfor (mg) 56
10 Besi (mg) 0,7
11 Vit. B1 (mg) 0,11
12 Vit. C (mg) 17
13 Air (g) 77,8
Sumber: Setiadi (2009)
2.1.4 Khasiat tanaman kentang
Manfaat kentang bagi kesehatan menurut Setiadi (2009) dan Anonim
(2014) adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi diabetes
2. Perawatan kulit
3. Mengurangi peradangan
4. Mengatasi memar
5. Mengurangi rematik
6. Baik bagi pasien yang mengidap hipertensi dan penyakit jantung
(25)
8
2.2 Mineral
Mineral merupakan salah satu komponen dari tubuh yang berperan dalam
berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas
enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk
pengaturan kerja enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa,
membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan
kepekaan otot dan saraf terhadap ransangan (Almatsier, 2004).
Mineral dibagi ke dalam dua kelompok yaitu mineral makro dan mineral
mikro. Mineral makro merupakan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
jumlah lebih dari 100 mg per hari sedangkan mineral mikro merupakan mineral
yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil 100 mg per hari. Unsur-unsur yang
termasuk ke dalam mineral makro adalah kalsium, fosfor, magnesium, natrium,
kalium, dan klor, sedangkan yang termasuk ke dalam mineral mikro adalah besi,
seng, iodium, mangan, selenium, dan kromium (Devi, 2010).
Berdasarkan kegunaan dalam aktivitas kehidupan, mineral di bagi menjadi
dua kelompok yaitu mineral esensial dan mineral non esensial. Mineral esensial
adalah mineral yang diperlukan dalam proses fisiologi makhluk hidup, sehingga
jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan fisiologis atau disebut penyakit
defisiensi mineral. Mineral ini termasuk dalam mineral makro dan mineral mikro
biasanya terikat dengan protein termasuk enzim dalam proses metabolisme tubuh,
yaitu kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium, klor, besi, sulfur, seng,
iodium, mangan, selenium dan tembaga, sedangkan mineral non esensial adalah
mineral yang belum diketahui dengan pasti kegunaannya, sehingga jumlahnya
(26)
9
berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal, merkuri, arsen, kadmium, perak
dan barium (Almatsier, 2004).
2.2.1 Kalium
Kalium merupakan merupakan kation penting dalam cairan intraselular
yang berperan dalam keseimbangan asam basa. Kebutuhan kalium dalam tubuh
sebanyak 2000 mg per hari, sel-sel saraf dan otot mengandung banyak kalium.
Dalam jumlah kecil mineral ini dijumpai dalam cairan ekstraseluler. Kadar kalium
serum adalah 14-22 mg/100 mL (Suhardjo dan Kusharto 2000).
Kalium penting bagi sistem saraf, kontraksi otot, menjaga keseimbangan asam basa tubuh dan dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium, konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan sel (intraseluler) sehingga cenderung menarik cairan dari luar sel (ekstraseluler) dan menurunkan tekanan darah (Devi, 2010).
Kalium terdapat di dalam semua makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sumber utama adalah makanan mentah/segar, terutama buah, sayuran, dan kacang-kacangan (Almatsier, 2004).
Kekurangan kalium umumnya disebabkan oleh karena ekskresi yang
berlebihan melalui ginjal, muntah-muntah yang berlebihan dan diare yang berat.
Kekurangan kalium menyebabkan lemah, lesu dan kelumpuhan (Suhardjo dan
Kusharto 2000).
Kelebihan kalium dapat terjadi bila ada gangguan pada fungsi ginjal,
sehingga terjadi hiperkalemia yang dapat menyebabkan gagal jantung (Almatsier,
(27)
10
2.2.2 Natrium
Natrium atau sodium banyak terdapat pada alam dalam bentuk gabungan
dengan unsur lain. Sifatnya sangat mudah bereaksi dengan air dan mudah
teroksidasi. Seperti halnya kalium, natrium juga termasuk dalam larutan elektrolit
tubuh dalam bentuk ion positif. Di dalam tubuh, natrium terkonsentrasi di luar sel
(Devi, 2010). Natrium memainkan peranan penting dalam mempertahankan
konsentrasi dan volume cairan ekstraseluler. Natrium penting dalam
mempertahankan kepekaan konduksi dari saraf dan jaringan otot dan membantu
dalam pengaturan asam-basa (Horne dan Swearingen, 1993).
Kebutuhan tubuh akan natrium sesuai usia dan ukuran. Remaja
membutuhkan antara 900 dan 2700 mg setiap harinya. Orang dewasa
mempertahankan keseimbangan natrium kurang dari 500 mg per hari. Natrium
juga merupakan komponen esensial dalam eksitabilitas neuromuskular dan
bertanggung jawab untuk depolarisasi membran sel dari sel yang dapat dirangsang
(Tambayong, 2000).
Konsentrasi natrium dipertahankan melalui pengaturan masukan dan
ekskresi cairan. Bila konsentrasi natrium serum menurun (hiponatremia) ginjal
bertanggung jawab mengeluarkan air. Sebaliknya bila konsentrasi natrium serum
meningkat (hipernatremia), osmolaritas serum meningkat, meransang pusat haus
dan menyebabkan peningkatan hormon antidiuretik oleh kelenjar hipofisis
posterior. Natrium serum normal sekitar 137-147 mEq/L (Horne dan Swearingen,
(28)
11
2.2.3 Magnesium
Magnesium di alam merupakan bagian dari klorofil daun. Peranan
magnesium dalam tumbuh-tumbuhan sama dengan peranan zat besi dalam ikatan
hemoglobin di dalam darah manusia, yaitu untuk pernapasan. Selain itu,
magnesium juga terlibat dalam berbagai proses metabolisme (Almatsier, 2004).
Magnesium bertindak di dalam semua sel jaringan lunak sebagai
katalisator dalam reaksi-reaksi biologik termasuk reaksi-reaksi yang berkaitan
dengan metabolisme energi, karbohidrat, lipid dan protein. Di dalam cairan sel
ekstraselular, magnesium berperan dalam transmisi saraf, kontraksi otot, dan
pembekuan darah. Dalam hal ini, peranan magnesium berlawanan dengan kalsium
dimana kalsium merangsang kontraksi otot sedangkan magnesium mengendorkan
otot. Kalsium merangsang penggumpalan darah, sedangkan magnesium
mencegah. Kalsium menyebabkan ketegangan saraf sedangkan magnesium
melemaskan saraf. Selain itu, magnesium mencegah kerusakan gigi dengan cara
menahan kalsium di dalam email gigi (Almatsier, 2004).
Sumber terbaik magnesium adalah sayuran hijau, sumber lain adalah
kacang-kacangan, biji-bijian, gandum, oatmeal, yoghurt, kedelai, alpukat dan
pisang. Daging, susu dan hasil olahannya serta cokelat juga merupakan sumber
magnesium yang baik (Almatsier, 2004 dan Devi, 2010).
2.3 Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif
unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan
(29)
12
tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini
cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi
(batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan
interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2011).
Metode spektrofotometri serapan atom mendasarkan pada prinsip absorpsi
cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sebagai contoh, natrium menyerap pada
589,0 nm, magnesium 285,2 nm, sementara kalium menyerap pada panjang
gelombang 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup
energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom bersifat spesifik. Dengan
menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom
pada keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi. Keberhasilan
analisis dengan spektrofotometri serapan atom ini tergantung pada proses eksitasi
dan cara memperoleh garis resonansi yang tepat. Temperatur nyala harus sangat
tinggi. Di dalam nyala, atom akan mampu menyerap sinar dengan panjang
gelombang yang sesuai dengan transisi dari tingkat azas ke salah satu tingkat
energi elektron tereksitasi yang lebih tinggi (3p, 3d, 4p dst). Maka secara
eksperimental dapat diperoleh puncak-puncak serapan sinar oleh atom-atom zat
yang dianalisis. Garis-garis spektrum serapan atom yang timbul karena serapan
sinar yang menyebabkan eksitasi dari azas ke salah satu tingkat energi yang lebih
tinggi disebut garis-garis resonansi (Resonance line) (Gandjar dan Rohman, 2011).
Adapun sistem peralatan spektrofotometri serapan atom adalah seperti
(30)
13
Gambar 2.1 Sistem Peralatan Spektrofotometri Serapan Atom
(Gandjar dan Rohman, 2011).
a. Sumber Sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari
logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas
mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Dalam hal ini neon
lebih disukai karena dapat memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih
rendah (Gandjar dan Rohman, 2011).
b. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan
azas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu
sampel menjadi uap atom-atom yaitu:
1. Nyala (Flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan
menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Suhu yang
(31)
14
gas batubara-udara, suhunya kira-kira sebesar 1800°C; gas alam-udara: 1700°C;
asetilen-udara: 2200°C; dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 3000°C.
Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah campuran asetilen sebagai
bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi (Gandjar dan Rohman, 2011).
Alat yang mampu mendispersikan sampel secara seragam ke dalam nyala
dibutuhkan untuk memasukkan sampel. Ada dua cara atomisasi dengan nyala ini
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung atau pembakar konsumsi
total dilakukan dengan diaspirasikan sampel secara langsung ke dalam nyala, dan
semua sampel akan dikonsumsi oleh pembakar. Sedang secara tidak langsung,
sampel terlebih dahulu dicampur dengan bahan pembakar dan bahan pengoksidasi
dalam suatu ruang pencampur sebelum dibakar (Gandjar dan Rohman, 2011).
2. Tanpa nyala (Flameless)
Atomisasi tanpa nyala muncul karena teknik atomisasi dengan
menggunakan nyala dinilai kurang peka yang berakibat atomisasi kurang
sempurna. Pengatoman tanpa nyala dilakukan dalam tungku dari grafit.
Sistem pemanasan dengan tanpa nyala ini dapat melalui tiga tahap yaitu:
pengeringan (drying) yang membutuhkan suhu yang relatif rendah; pengabuan (ashing) yang membutuhkan suhu yang lebih tinggi karena untuk menghilangkan matriks kimia dengan mekanisme volatilasi atau pirolisis; dan pengatoman
(atomishing) (Gandjar dan Rohman, 2011). c. Monokromator
Monokromator berfungsi untuk memisahkan dan memilih panjang
(32)
15
monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi
resonansi dan kontinu yang disebut dengan chopper (Gandjar dan Rohman, 2011). d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui
tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton
(photomultiplier tube). Ada dua cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: (a) yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi
kontinyu; (b) yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Gandjar
dan Rohman, 2011).
e. Readout
Readout merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat telah
terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan
dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan
absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2011).
Peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang
dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan
konsentrasinya dalam sampel merupakan suatu gangguan pada spektrofotometri
serapan atom. Gangguan-gangguan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Gangguan yang mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala
Matriks dapat berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar atau gas
pengoksidasi. Sifat-sifat tersebut antara lain viskositas, tegangan permukaan, berat
(33)
16
mengakibatkan jumlah atom yang mencapai nyala lebih sedikit dari konsentrasi
yang seharusnya terdapat dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2011).
2. Gangguan kimia yang mempengaruhi jumlah atom yang terjadi dalam nyala.
Terbentuknya atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas di dalam
nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia yaitu: (a) disosiasi
senyawa-senyawa yang tidak sempurna akibat senyawa-senyawa-senyawa-senyawa yang bersifat refraktorik,
dan (b) ionisasi atom-atom di dalam nyala akibat suhu untuk atomisasi terlalu
tinggi (Gandjar dan Rohman, 2011).
3. Gangguan oleh absorbansi
Gangguan ini terjadi akibat absorbansi bukan disebabkan oleh absorbansi
atom yang dianalisis, melainkan absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak
terdisosiasi di dalam nyala (Gandjar dan Rohman, 2011).
4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik
Gangguan ini terjadi akibat penyerapan cahaya dari sumber sinar yang
bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis, melainkan penyerapan oleh
partikel-partikel padat yang berada di dalam nyala.
Cara mengatasi gangguan ini adalah dengan bekerja pada panjang
gelombang yang lebih besar atau pada suhu yang lebih tinggi. Jika kedua cara ini
masih belum bisa membantu menghilangkan gangguan ini, maka satu-satunya
cara adalah dengan mengukur besarnya penyerapan non-atomik menggunakan
(34)
17
2.4 Validasi Metoda Analisis
Validasi metoda analisis adalah suatu penilaian yang terhadap parameter
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa
parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).
2.4.1Kecermatan (Accuracy)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksepien obat,
cairan biologis) kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya
80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis
dengan metode yang akan divalidasi. Tetapi bila tidak memungkinkan membuat
sampel plasebo karena matriksnya tidak diketahui seperti obat-obat paten, atau
karena analitnya berupa suatu senyawa endogen misalnya metabolit sekunder
pada kultur kalus, maka dapat dipakai metode adisi. Metode adisi dapat dilakukan
dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel
yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali
ditentukan dengan menentukan berapa analit yang ditambahkan tadi dapat
ditemukan (Harmita, 2004).
2.4.2 Keseksamaan
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
(35)
18
tingkatan yang berbeda yaitu : keterulangan (repeatibilility), presisi antara (intermediate precision) dan ketertiruan (reproducibility) (Gandjar dan Rohman, 2011).
Pengujian presisi pada saat awal validasi metode seringkali hanya
menggunakan dua parameter yang pertama, yaitu: keterulangan dan presisi antara.
Reprodusibilitas biasanya dilakukan ketika akan melakukan uji banding antar
laboratorium. Presisi sering kali diekspresikan dengan standard deviation atau
relative standard deviation dari serangkaian data. Relative standard deviation dirumuskan dengan:
���= ���̅ � 100%
Keterangan: �̅ : Kadar rata-rata sampel SD : Standard Deviation
RSD : Relative Standard Deviation
2.4.3 Batas deteksi dan batas kuantifikasi
Batas Deteksi (limit of detection, LOD) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu
dapat dikuantifikasi. Batas Kuantifikasi (limit of quantification, LOQ) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat
ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi
(36)
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU
pada bulan September - November 2014.
3.2 Bahan-bahan
3.2.1 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kentang granola dan
kentang mini yang diambil secara purposif di Pasar Tradisional Jl. Setia Budi,-Medan. Gambar sampel dapat dilihat pada lampiran 2, halaman 41.
3.2.2 Pereaksi
Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis
keluaran E. Merck yaitu larutan standar kalium nitrat (1000 µg/mL), natrium
nitrat (1000 µg/mL), magnesium nitrat (1000 µg/mL), dan asam nitrat 65 %
b/v, kecuali aqua demineralisata (Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi
USU).
3.3 Alat-alat
Spektrofotometer serapan atom (Hitachi Z-2000) dengan nyala
udara-asetilen lengkap dengan lampu katoda K, Na dan Mg (lampiran 3, halaman 42);
(37)
20
halaman 43); blender; hot plate; kertas saring Whatman no. 42; krus porselen; spatula; botol kaca dan alat-alat gelas (Pyrex).
3.4Pembuatan Pereaksi
3.4.1Larutan HNO3 (1:1)
Larutan HNO3 65% b/v sebanyak 50 ml diencerkan dengan 50 ml aqua
demineralisata (Ditjen POM, 1979).
3.5Prosedur Penelitian
3.5.1Pengambilan sampel
Sampel kentang granola dan kentang mini dibeli di Pasar Tradisional Jl.
Setia Budi- Medan dengan metode pengambilan sampel secara purposif. Metode
pengambilan secara purposif ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel
yang diambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang ada dan
dianggap sebagai sampel representatif (Sudjana, 2002).
3.5.2Penyiapan sampel
Sebanyak 1 kg kentang granola dan kentang mini yang segar dibersihkan
dari pengotoran, dicuci bersih, ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan di udara terbuka kemudian dikupas kulitnya lalu
dipotong-potong ± 2 cm dan dihaluskan dengan blender.
3.5.3Proses dekstruksi
Sampel yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang sebanyak 25
gram dimasukkan ke dalam krus porselen, lalu diarangkan di atas hot plate selama
± 1 jam, ditambahkan 5 mL HNO3 (1:1) dan diarangkan kembali selama 5 jam,
(38)
21
perlahan-lahan hingga 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit. Pengabuan
dilakukan selama 48 jam dan dibiarkan hingga dingin dalam desikator (Isaac,
1990). Bagan alir proses dekstruksi kering dapat dilihat pada lampiran 4, halaman
44.
3.5.4Pembuatan larutan sampel
Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 5 mL HNO3 (1:1), lalu dimasukkan
ke dalam labu tentukur 50 mL, dibilas krus porselen hingga tiga kali, dan larutan
dicukupkan dengan aqua demineralisata hingga garis tanda. Kemudian disaring
dengan kertas Whatman no. 42 dan 5 mL filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung dalam botol.
Filtrat ini digunakan sebagai larutan sampel untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif. Perlakuan yang sama diulang sebanyak enam kali untuk masing-
masing sampel. Bagan alir pembuatan larutan sampel dapat dilihat pada lampiran
5, halaman 46.
3.5.5 Pemeriksaan kuantitatif
3.5.5.1Pembuatan kurva kalibrasi kalium
Larutan baku kalium (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 2 mL, dimasukkan ke
dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aqua
demineralisata (larutan induk baku II, konsentrasi 40 µg/mL). Larutan untuk
kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet larutan induk baku II sebanyak 2,5;
5; 7,5; 10; dan 12,5 mL, dilarutkan dalam labu 50 mL dan dicukupkan sampai
garis tanda dengan aqua demineralisata sehingga didapatkan konsentrasi
berturut-turut (2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10,0) µg/mL dan diukur pada panjang gelombang 766,5
(39)
22
3.5.5.2Pembuatan kurva kalibrasi natrium
Larutan baku natrium (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 1 mL, dimasukkan ke
dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aqua
demineralisata (larutan induk baku II, konsentrasi 20 µg/mL). Larutan untuk
kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet larutan induk baku II sebanyak
0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 mL, dilarutkan dalam labu 50 mL dan dicukupkan sampai
garis tanda dengan aqua demineralisata sehingga didapatkan konsentrasi
berturut-turut (0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0) µg/mL dan diukur pada panjang gelombang 589,0 nm
dengan tipe nyala udara-asetilen .
3.5.5.3Pembuatan kurva kalibrasi magnesium
Larutan baku magnesium (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 1 mL,
dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda
dengan aqua demineralisata (larutan induk baku II, konsentrasi 20 µg/mL).
Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet larutan induk
baku II sebanyak 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 mL, dilarutkan dalam labu 50 mL dan
dicukupkan sampai garis tanda dengan aqua demineralisata sehingga didapatkan
konsentrasi berturut-turut (0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0) µg/mL dan diukur pada panjang
gelombang 285,2 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.
3.5.5.4Penetapan kadar kalium
Larutan sampel hasil dekstruksi masing-masing dipipet sebanyak 0,1 mL
dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan dengan aqua
demineralisata hingga garis tanda (LIB II, faktor pengenceran 500 kali). Lalu
diukur absorbansi dari masing-masing larutan sampel dengan menggunakan
(40)
23
mana penetapan kadar kalium dilakukan pada panjang gelombang 766,5 nm. Nilai
absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku
kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan
garis regresi dari kurva kalibrasi.
3.5.5.5Penetapan kadar natrium
Larutan sampel hasil destruksi masing-masing dipipet sebanyak 0,25 mL
dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan dicukupkan dengan aqua
demineralisata hingga garis tanda (LIB II, faktor pengenceran 100 kali). Lalu
diukur absorbansi dari masing-masing larutan sampel dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan diatur metodenya
dimana penetapan kadar natrium dilakukan pada panjang gelombang 589,0 nm.
Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku
natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan
garis regresi dari kurva kalibrasi.
3.5.5.6Penetapan kadar magnesium
Larutan sampel hasil destruksi masing-masing dipipet sebanyak 0,1 mL
dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan dengan aqua
demineralisata hingga garis tanda (LIB II, faktor pengenceran 500 kali). Diukur
absorbansi dari masing-masing larutan sampel dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan diatur metodenya
dimana penetapan kadar magnesium dilakukan pada panjang gelombang 285,2
nm. Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan
baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan
(41)
24
3.5.5.7Perhitungan kadar kalium, natrium dan magnesium dalam sampel
Kadar kalium, natrium dan magnesium dalam sampel dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut:
Kadar (µg/g) =C × V × Fp W
Keterangan: C = Konsentrasi logam dalam larutan sampel (µg/mL) V = Volume larutan sampel (mL)
Fp = Faktor pengenceran W = Berat sampel (g)
3.5.6 Analisis data secara statistik
Menurut Gandjar dan Rohman (2011), kadar yang diperoleh dari hasil
pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis secara statistik dengan cara
mengitung standar deviasi menggunakan rumus sebagai berikut:
��=�∑(Xi−X�) 2 n−1
Keterangan: Xi = Kadar sampel
�� = Kadar rata-rata sampel n = Jumlah pengulangan
Kadar yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing ke enam larutan
sampel, diuji secara statistik dengan uji t.
Untuk mengetahui data ditolak atau diterima dilakukan dengan uji t yang
dapat dihitung dengan rumus:
thitung =
n SD
X Xi
/
−
Hasil pengujian atau nilai thitung yang diperoleh ditinjau terhadap tabel distribusi t,
(42)
25
Menurut Sudjana (2002), untuk menentukan kadar suatu zat di dalam
sampel dengan interval kepercayaan 99%, α = 0.01, dk = n-1, dapat digunakan rumus:
µ=�� ±�
(12�,��)SD⁄√n
Keterangan: µ = kadar logam
�� = kadar rata-rata sampel
t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1
α = tingkat kepercayaan SD = standar deviasi n = jumlah pengulangan
3.5.7 Validasi metoda
3.5.7.1Uji perolehan kembali (recovery)
Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode adisi (penambahan baku). Dalam metode adisi dengan menambahkan sejumlah larutan
standar dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis.
Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit
yang ditambahkan dapat ditemukan. Larutan baku yang ditambahkan yaitu, 17 mL
larutan baku kalium (konsentrasi 1000 µg/mL), 0,2 mL larutan baku natrium (konsentrasi 1000 µg/mL), dan 1 mL larutan baku magnesium (konsentrasi 1000
µg/mL).
Sampel yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak 25 g di
dalam krus porselen, lalu ditambahkan 17 mL larutan baku kalium (konsentrasi
1000 µg/mL), 0,2 mL larutan baku natrium (konsentrasi 1000 µg/mL), dan 1 mL larutan baku magnesium (1000 µg/mL) kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Harmita
(43)
26
% Perolehan Kembali =CF−CA
C∗A × 100%
Keterangan: CA = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku
CF = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku
C∗A = Kadar larutan baku yang ditambahkan
3.5.7.2Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sebaliknya, batas kuantitasi
merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama.
Menurut Harmita (2004), Gandjar dan Rohman (2011) batas deteksi dan
batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Simpangan Baku =�∑(Y−Yin−2)2
Batas Deteksi (LOD) =3�� �����
Batas Kuantitasi ((LOQ) =10�� �����
3.5.7.3Uji Keseksamaan (Presisi)
Uji keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif
atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang
menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode
dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku
relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode
yang dilakukan (Harmita, 2004).
Menurut Harmita (2004), rumus untuk menghitung simpangan baku relatif
(44)
27
���= ��
�̅ �100%
Keterangan: �̅ : Kadar rata-rata sampel SD : Standard Deviation
RSD : Relative Standard Deviation
3.5.7.4 Pengujian Beda Nilai Rata-rata
Menurut Sudjana (2002), sampel yang dibandingkan adalah independen
dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan varians (σ) tidak diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah varians kedua
populasi sama (σ1 = σ 2) atau berbeda (σ1 ≠σ 2) dengan menggunakan rumus:
F0 = �12 �22
Keterangan : F0 = Beda nilai yang dihitung
S1 = Standar deviasi sampel kentang granola (mg/100 g)
S2 = Standar deviasi sampel kentang mini (mg/100 g)
Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan
uji dengan distribusi t dengan rumus:
to =
(�1− �2)
���1/�1+1/�2
Sp
=
�
(�1−1)�1 + 2 (�2−1)�22
�1+�2−2
Keterangan : X1 = kadar rata-rata sampel kentang granola (mg/100 g)
X2 = kadar rata-rata sampel kentang mini (mg/100 g)
Sp = simpangan baku (mg/100 g)
n1 = jumlah pengulangan sampel kentang granola
n2 = jumlah pengulangan sampel kentang mini
S1 = Standar deviasi sampel kentang granola (mg/100 g)
S2 = Standar deviasi sampel kentang mini (mg/100 g)
Dan jika Fo melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan
(45)
28 to =
(�1− �2)
����12/�1+� 22/�2
Keterangan : X1 = kadar rata-rata sampel kentang granola (mg/100 g)
X2 = kadar rata-rata sampel kentang mini (mg/100 g)
Sp = simpangan baku (mg/100 g)
n1 = jumlah pengulangan sampel kentang granola
n2 = jumlah pengulangan sampel kentang mini
S1 = Standar deviasi sampel kentang granola (mg/100 g)
S2 = Standar deviasi sampel kentang mini (mg/100 g)
Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati nilai kritis
(46)
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Sampel
Identifikasi sampel dilakukan oleh bagian Herbarium Bogoriense Bidang
Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor. Hasil identifikasi menunjukkan
bahwa sampel yang digunakan adalah kentang dengan jenis Solanum tuberosum
L. dari suku Solanaceae. Data hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1,
halaman 40.
4.2 Analisis Kuantitatif
4.2.1 Kurva kalibrasi kalium, natrium dan magnesium
Kurva kalibrasi kalium, natrium dan magnesium diperoleh dengan cara
mengukur absorbansi dari larutan baku ketiganya pada panjang gelombang
masing-masing. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk ketiganya diperoleh
persamaan garis regresi yaitu Y = 0,04501 X – 0,01113 untuk kalium, Y =
0,140129 X + 0,000886 untuk natrium, dan Y = 0,409429 X – 0,001114 untuk
magnesium.
Kurva kalibrasi larutan baku kalium, natrium dan magnesium dapat dilihat
(47)
30
Gambar 4.1 Kurva kalibrasi larutan baku kalium
Gambar 4.2 Kurva kalibrasi larutan baku natrium
�=�,������� − �,������ r = 0,9999
(48)
31
Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara
konsentrasi dengan absorbansi, dengan kofisien korelasi (r) untuk kalium sebesar
0,9991, natrium sebesar 0,9998 dan magnesium 0,9999. nilai r ≥ 0 ,997 menunjukkan adanya korelasi linear antara X dan Y (Ermer dan McB. Miller,
2005).
4.2.2 Pengujian kandungan kalium, natrium dan magnesium pada sampel
Sampel yang digunakan dalam penetapan kadar kalium, natrium dan
magnesium terdiri dari dua jenis yaitu kentang granola dan kentang mini.
Pengujian kandungan kalium, natrium dan magnesium dilakukan secara
spektrofotometri serapan atom. Sumber nyala yang dipakai adalah udara-asetilen
dengan suhu nyala 2200°C yang dapat mengatomisasi hampir semua elemen.
Kalium dan natrium pada dasarnya merupakan logam alkali yang dapat
teratomisasi sempurna dengan udara-propana ataupun dapat menggunakan grafit furnance akan tetapi dalam hal ini keterbatasan alat dan bahan sangat diperhitungkan, sedangkan magnesium terionisasi sempurna dengan
udara-asetilen (Gandjar dan Rohman, 2011).
Konsentrasi kalium, natrium dan magnesium dalam sampel ditentukan
berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi. Data dapat dilihat pada
Lampiran 8, halaman 52 dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9,
halaman 54.
Pengujian dilanjutkan dengan perhitungan statistik perhitungan dapat
dilihat pada Lampiran 10, halaman 59, Lampiran 11, halaman 63, dan Lampiran
12, halaman 68. Hasil analisis kuantitatif kalium, natrium dan magnesium pada
(49)
32
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kuantitatif Kalium, Natrium dan Magnesium pada
Sampel Kentang Granola dan Kentang Mini.
Mineral Kadar Sampel KG (mg/100 g)
Kadar Sampel KM (mg/100 g) Kalium 593,2451 ± 5,2054 685,0435 ± 4,6067 Natrium 8,4773 ± 0,0500 8,1509 ± 0,0402 Magnesium 33,7912 ± 0,1477 33,6424 ± 0,1871 Keterangan:
KG = Kentang Granola KM = Kentang Mini
Dari hasil analisis kuantitatif kalium, natrium dan magnesium yang
tercantum pada Tabel 4.1, sampel KM mengandung kadar kalium lebih tinggi
dibandingkan sampel KG, hal ini disebabkan oleh KM yang berumur lebih muda
dibandingkan dengan KG. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori dari (Irma,
dkk, 2012) bagian muda lebih banyak menyimpan mineral karena belum banyak
organ yang rusak akibat penuaan. Selain itu kalium juga berpengaruh terhadap
peningkatan daya serap air pada tanaman sehingga dapat mencegah tanaman layu,
meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan meningkatkan daya simpan umbi
(Samadi, 2011), sehingga kalium lebih banyak berada pada bagian umbi yang
muda yaitu KM. Berbeda halnya dengan kalium, natrium pada sampel KG lebih
tinggi dibandingkan dengan KM. Hal ini disebabkan oleh karena natrium pada
tanaman berfungsi sebagai pembentuk dinding sel, penguat tangkai daun, dan
pembentuk serat tanaman, sehingga natrium lebih banyak dibutuhkan pada
tanaman yang lebih tua. Sedangkan magnesium pada KG juga lebih tinggi
dibandingkan KM, hal ini karena magnesium memegang peranan penting dalam
pertukaran zat fosfat, mineral ini dapat bergabung dengan ATP sehingga dapat
(50)
33
2011), sehingga magnesium lebih banyak terdapat pada bagian yang tua dalam hal
ini yaitu KG.
Berdasarkan hasil di atas yaitu Tabel 4.1 diperoleh kadar dalam 100 g
kentang granola dan mini yang berbeda dengan hasil yang didapat pada literatur
yaitu pada Tabel 2.1. Di mana kadar kalium, natrium dan magnesium yang
didapat dalam Tabel 4.1 lebih tinggi dibandingkan dengan kadar yang didapat
pada Tabel 2.1. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis hara,
kesuburan tanah dan pengelolaan tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2011).
4.2.3 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Kalium, Natrium dan
Magnesium pada Sampel
Pengujian beda nilai rata-rata kadar kalium, natrium dan magnesium pada
sampel bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan pada
rata-rata kadar ketiganya antara sampel kentang granola dengan kentang mini. Uji
statistik yang digunakan yaitu uji beda nilai rata-rata kadar kalium, natrium dan
magnesium antara sampel kentang granola dengan kentang mini yang dilanjutkan
dengan menggunakan uji t pada taraf kepercayaan 99%. Perbedaan kadar yang
signifikan antara kedua sampel diperoleh jika to atau thitung lebih tinggi atau lebih
rendah dari range ttabel. Hasil uji beda nilai rata-rata kadar kalium, natrium dan
magnesium pada kentang granola dan kentang mini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Beda Nilai Rata-rata Kadar Kalium, Natrium dan Magnesium
pada Kentang Granola dan Kentang Mini
Mineral thitung ttabel Hasil
Kalium -7,1626 3,1693 Beda Natrium 2075,7481 3,2498 Beda Magnesium 57,9049 3,1693 Beda
(51)
34
Setelah dilakukan uji statistik terhadap kadar kalium, natrium dan
magnesium didapat bahwa kadar mineral-mineral tersebut pada sampel kentang
granola dan kentang mini mempunyai perbedaan yang signifikan. Perhitungan uji
beda nilai rata-rata pada kadar kalium, natrium dan magnesium dapat dilihat pada
lampiran 15, halaman 76, lampiran 16, halaman 78 dan lampiran 17, halaman 80.
4.2.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Berdasarkan data kurva kalibrasi kalium, natrium dan magnesium
diperoleh batas deteksi dan batas kuantitasi untuk mineral tersebut. Batas deteksi
dan batas kuantitasi kalium, natrium dan magnesium dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Kalium, Natrium dan Magnesium
Mineral Batas Deteksi (µg/ml) Batas Kuantitasi (µg/ml) Kalium 0,5264 1,7547
Natrium 0,0267 0,0892 Magnesium 0,0152 0,0506
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa semua hasil yang diperoleh pada
pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi. Perhitungan
batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 18, halaman 82.
4.2.5 Uji Perolehan Kembali (Recovery)
Hasil uji perolehan kembali (recovery) kalium, natrium dan magnesium setelah penambahan larutan baku dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 19,
halaman 86. Perhitungan persen recovery kalium, natrium dan magnesium pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 20, halaman 88. Persen uji perolehan kembali
(recovery) kalium, natrium dan magnesium pada kentang granola dan kentang mini dapat dilihat pada Tabel 4.4.
(52)
35
Tabel 4.4 Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) kalium, natrium dan
magnesium pada kentang granola dan kentang mini
No Mineral yang dianalisis
Recovery (%) Syarat rentang persen Recovery
(%) 1. Kalium 96,07 80-120 2. Natrium 97,41 80-120 3. Magnesium 95,20 80-120
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji
perolehan kembali (recovery) untuk kalium adalah 96,07%, natrium 97,41% dan magnesium 95,20%. Persen perolehan kembali tersebut menunjukkan kecermatan
kerja yang memuaskan pada pengujian kandungan kalium, natrium dan
magnesium pada sampel. Hasil yang diperoleh dari uji perolehan kembali
(recovery) ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, jika rata-rata hasil perolehan kembali berada pada rentang 80-120% (Ermer dan McB. Miller, 2005).
4.2.6 Simpangan baku relatif
Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif untuk kalium, natrium
dan magnesium dapat dilihat pada Tabel 4.5, sedangkan perhitungannya dapat
dilihat pada Lampiran 21, halaman 92.
Tabel 4.5 Nilai Simpangan Baku dan Simpangan Baku Relatif Kalium, Natrium
dan Magnesium
No. Mineral Simpangan Baku Simpangan Baku Relatif 1. Kalium 4,1442 4,31%
2. Natrium 7,3759 7,38% 3. Magnesium 5,3574 5,63%
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat dilihat nilai simpangan baku untuk
kalium adalah sebesar 4,1442, natrium 7,3759 dan magnesium 5,3574, sedangkan
nilai simpangan baku relatif untuk kalium sebesar 4,31%, natrium 7,38%, dan
magnesium 5,6%. Menurut Harmita (2004), nilai simpangan baku relatif untuk
(53)
36
analit dengan kadar part per billion (ppb) adalah tidak lebih dari 32%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memiliki presisi yang
(54)
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pemeriksaan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom
menunjukkan bahwa kandungan kalium, natrium dan magnesium pada kentang
granola adalah masing-masing (593,2451 ± 5,2054) mg/100 g, (8,4773 ± 0,0500)
mg/100 g, (33,7912 ± 0,1477) mg/100 g. Sedangkan kandungan kalium, natrium
serta magnesium pada kentang mini adalah (685,0436 ± 4,6067) mg/100 g,
(8,1509 ± 0,0402) mg/100 g dan (33,6424 ± 0,1871) mg/100 g.
Hasil uji statistik yaitu uji beda rata-rata yang dilanjutkan dengan uji t,
diperoleh kandungan kalium, natrium dan magnesium yang berbeda secara
signifikan antara kentang granola dengan kentang mini, di mana kandungan
kalium pada kentang granola lebih rendah dibandingkan kentang mini, dan
kandungan natrium, magnesium pada kentang granola lebih tinggi dibandingkan
kentang mini. Hal ini menunjukkan kandungan kalium yang tinggi terdapat pada
kentang mini sedangkan natrium dan magnesium yang tinggi terdapat pada
kentang granola.
5.2 Saran
1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memeriksa kandungan mineral
lain yang terdapat pada kentang granola dan kentang mini.
2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk memeriksa kandungan mineral
(55)
38
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 228.
Anonim. (2014). Manfaat Kesehatan Dari Kentang.
tanggal 23 Agustus 2014.
Devi, N. (2010). Nutrition And Food Gizi Untuk Keluarga. Jakarta: Buku Kompas. Hal. 94.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 650.
Ermer, J., dan McB. Miller, J. H. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-Vch Verlag GmbH & Co.KGaA. Hal. 250, 253.
Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2011). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan VIII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 298-322.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol 1. (3): 117, 118, 123, 132.
Hartus, T. (2001). Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Cetakan I. Jakarta : Penebar Swadaya. Hal. 16.
Herbarium Bogoriense. (2014). Identifikasi Tumbuhan. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Horne, M. M., dan Swearingen, P. L. (1993). Pocket Guide to Fluids, Electrolytes, and Acid-Base Balance. Penerjemah: Dewi, I. N. (2001). Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa. Edisi II. Editor: Asih, Y. Cetakan I. Jakarta: EGC. Hal. 83.
Irma., Fathul, F., dan Widodo, Y. (2012). Identifikasi Kandungan Mineral (Na, K, Cl, S) Tanaman Air Kiambang (Salvinia molesta) di Waduk Batu Tegi Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol 1. (1): 37.
Isaac, R. A. (1990). Metals in Plants. Dalam: Helrich, K. (1990). Official Methods Of The Association of Official Analytical Chemist. Edisi Kelima belas. Virginia: Association of Official Analytical Chemist International. Hal.42
(56)
39
Kee, J. L., dan Hayes, E. R. (1993). Pharmacology: A Nursing Process Approach. Penerjemah: Anugerah, P. (1996). Farmakologi. Pendekatan Proses Keperawatan. Editor: Asih, Y. Cetakan I. Jakarta: EGC. Hal. 179.
Khopkar, S. M. (1984). Basic Concepts of Analytical Chemistry. Penerjemah: Saptoraharjo, A., dan Nurhadi, A. (2008). Konsep Dasar Kimia Analaitik. Jakarta: UI-Press. Hal. 296.
Novary, E. W. (1999), Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Cetakan II. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 103-104.
Rosmarkam, A., dan Yuwono, N.W. (2011). Ilmu Kesuburan Tanah. Cetakan VII. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 31.
Samadi, B. (2011). Kentang dan Analisis Usaha Tani. Edisi Revisi. Cetakan V. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 58.
Setiadi. (2009). Budi Daya Kentang. Cetakan I. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal.31-36.
Setiadi., dan Nurulhuda, S. F. (2000). Kentang, Varietas dan Pembudidayaan. Cetakan VII. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 13-14.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Cetakan II. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Hal. 168, 227, 249.
Suhardjo., dan Kusharto, C.M. (2000). Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Cetakan VII. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 73.
Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Cetakan I. Jakarta: EGC. Hal. 31.
Tjitrosoepomo, G. (2000). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan VI. Jakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 3-7, 33, 354.
(57)
40
(58)
41
Lampiran 2. Gambar Sampel Kentang
Gambar 1. Kentang Granola (KG)
Gambar 2. Kentang Mini (KM)
(59)
42
Lampiran 3. Gambar Alat-alat yang Digunakan
Gambar 4. Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000
(60)
43
Lampiran 3 (Lanjutan)
Gambar 6. Neraca Analitik ANDGF-200
(61)
44
Lampiran 4. Bagan Alir Proses Dekstruksi Kering
1. Bagan alir proses dekstruksi sampel I
Dibersihkan dari pengotoran
Dicuci dengan air mengalir, dan dibilas dengan aqua demineralisata
Ditiriskan dan dikeringkan dengan cara diangin- anginkan kemudian dikupas kulitnya lalu dipotong-potong kira-kira ± 2 cm
Dihaluskan dengan blender dan dihomogenkan
Abu
Ditimbang sebanyak 25 g di atas krus porselen Diarangkan diatas hot plate ± 1 jam
Ditambahkan 5 mL HNO3 (1:1)
Diarangkan kembali selama 5 jam
Diabukan ditanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit
Dilakukan selama 48 jam dan dibiarkan dingin pada desikator
Sampel yang telah dihaluskan Kentang Granola
(62)
45
Lampiran 4 (Lanjutan)
2. Bagan alir proses dekstruksi sampel II
Dibersihkan dari pengotoran
Dicuci dengan air mengalir, dan dibilas dengan aqua demineralisata
Ditiriskan dan dikeringkan dengan cara diangin- anginkan kemudian dikupas kulitnya lalu dipotong-potong kira-kira ± 2 cm
Dihaluskan dengan blender dan dihomogenkan
Abu
Ditimbang sebanyak 25 g di atas krus porselen Diarangkan diatas hot plate ± 1 jam
Ditambahkan 5 mL HNO3 (1:1)
Diarangkan kembali selama 5 jam
Diabukan ditanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit
Dilakukan selama 48 jam dan dibiarkan dingin pada desikator
Sampel yang telah dihaluskan Kentang Mini
(63)
46
Lampiran 5. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel
Hasi destruksi kering
Dilarutkan dalam 5 mL HNO3 (1:1)
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL
Dibilas krus porselen dengan aqua demineralisata sebanyak 3 kali
Dicukupkan volumenya dengan aqua demineralisata sampai garis tanda
Disaring dengan kertas Whatman no.42 dengan membuang 5 mL untuk menjenuhkan kertas saring
Larutan Sampel
Dilakukan analisa kuantitatif dengan
spektrofotometer serapan atom pada λ 766,50 nm
untuk logam kalium, pada λ 589.0 nm untuk
logam natrium dan pada magnesium λ 285,2 nm
(64)
47
Lampiran 6. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kalium,
Natrium dan Magnesium.
1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kalium
No Konsentrasi (µg/ml) (X)
Absorbansi (Y)
1 0,0000 -0,0009 2 2,0000 0,0685 3 4,0000 0,1670 4 6,0000 0,2551 5 8,0000 0,3527 6 10,0000 0,4411
2. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Natrium
No Konsentrasi (µg/ml) (X)
Absorbansi (Y)
1 0,0000 -0,0002 2 0,2000 0,0305 3 0,4000 0,0573 4 0,6000 0,0846 5 0,8000 0,1117 6 1,0000 0,1418
3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Magnesium
No Konsentrasi (µg/ml) (X)
Absorbansi (Y)
1 0,0000 -0,0006 2 2,0000 0,0813 3 4,0000 0,1594 4 6,0000 0,2469 5 8,0000 0,3268 6 10,0000 0,4078
(65)
48
Lampiran 7. Perhitungan Persamaan Garis Regresi
1. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Kalium
No X Y X2 Y2 XY
1. 0,0000 -0,0009 0,0000 0,0000 0,0000 2. 2,0000 0,0685 4,0000 0,0047 0,1370 3. 4,0000 0,1670 16,0000 0,0279 0,6680 4. 6,0000 0,2551 36,0000 0,0651 1,5306 5. 8,0000 0,3527 64,0000 0,1244 2,8216 6. 10,0000 0,4411 100,0000 0,1946 4,4110
∑ 30,0000 5,0000 = X 1,2835 0,2139 = Y
220,0000 0,4166 9,5682
04501 , 0 6 ) 30 ( 220 6 ) 2835 , 1 )( 30 ( 5682 , 9 ) ( 2 2 2 = − − = ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = n X X n Y X XY a 01113 , 0 ) 5 )( 0450 , 0 ( 2139 , 0 − = − = − = + = X a Y b X a Y
(66)
49
Lampiran 7 (Lanjutan)
{
}{
}
{
}{
}
9992 , 0 9192 , 18 9042 , 18 ) 2835 , 1 ( ) 4166 , 0 ( 6 ) 30 ( ) 220 ( 6 ) 2835 , 1 )( 30 ( ) 5682 , 9 ( 6 ) ( ) ( 2 2 2 2 2 2 = = − − − = − − ∑ ∑ − ∑ =∑
∑
∑
X∑
X n Y Yn Y X XY n r
2. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Natrium
No X Y X2 Y2 XY
1. 0,0000 -0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 2. 0,2000 0,0305 0,0400 0,0009 0,0061 3. 0,4000 0,0573 0,1600 0,0033 0,0229 4. 0,6000 0,0846 0,3600 0,0072 0,0508 5. 0,8000 0,1117 0,6400 0,0125 0,0894 6. 1,0000 0,1418 1,0000 0,0201 0,1418
∑ 3,0000 0,5000 = X 0,4257 0,0710 = Y
2,2000 0,0440 0,3109
140129 , 0 6 ) 3 ( 2 , 2 6 ) 4257 , 0 )( 3 ( 3109 , 0 ) ( 2 2 2 = − − = ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = n X X n Y X XY a
(67)
50
Lampiran 7 (Lanjutan)
000886 , 0 ) 5000 , 0 )( 1401 , 0 ( 0710 , 0 = − = − = + = X a Y b X a Y
Maka persamaan garis regresinya adalah : Y=0,140129 X +0,000886
{
}{
}
{
}{
}
9998 , 0 5886 , 0 5885 , 0 ) 4257 , 0 ( ) 0440 , 0 ( 6 ) 3 ( ) 2 , 2 ( 6 ) 4257 , 0 )( 3 ( ) 3109 , 0 ( 6 ) ( ) ( 2 2 2 2 2 2 = = − − − = − − ∑ ∑ − ∑ =∑
∑
∑
X∑
X n Y Yn Y X XY n r
3. Perhitungan Persamaan Garis Regresi Magnesium
No X Y X2 Y2 XY
1. 0,0000 -0,0006 0,0000 0,0000 0,0000
2. 0,2000 0,0813 0,0163 0,0400 0,0066
3. 0,4000 0,1594 0,0638 0,1600 0,0254
4. 0,6000 0,2469 0,1481 0,3600 0,0610
5. 0,8000 0,3268 0,2614 0,6400 0,1068
6. 1,0000 0,4078 0,4078 1,0000 0,1663 ∑ 3,0000 0,5000 = X 1,2216 0,2036 = Y
(68)
51
Lampiran 7 (Lanjutan)
0,409429 6 ) 3 ( 2 , 2 6 ) 1,2216 )( 3 ( 0,8974 ) ( 2 2 2 = − − = ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = n X X n Y X XY a -0,001114 ) 5000 , 0 )( 0,409429 ( 0,2036 = − = − = + = X a Y b X a Y
Maka persamaan garis regresinya adalah : Y=0,409429X -0,001114
{
}{
}
{
}{
}
9999 , 0 0,2866 0,2866 ) 1,2216 ( ) 0,3661 ( 6 ) 3 ( ) 2 , 2 ( 6 ) 1,2216 )( 3 ( ) ,8974 0 ( 6 ) ( ) ( 2 2 2 2 2 2 = = − − − = − − ∑ ∑ − ∑ =∑
∑
∑
X∑
X n Y Yn Y X XY n r
(69)
52
Lampiran 8. Hasil Analisis Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel
A. Sampel Kentang Granola
1. Hasil Analisis Kalium
No. Sampel
Berat Sampel (g)
Absorbansi (A)
Konsentrasi (µg/mL)
Kadar (mg/100 g) 1. 25,0033 0,2556 5,9261 592,5318 2. 25,0073 0,2542 5,8939 589,2179 3. 25,0061 0,2573 5,9628 596,1345 4. 25,0052 0,2553 5,9183 591,8369 5. 25,0042 0,2580 5,9794 597,8396 6. 25,0055 0,2554 5,9217 592,0398
2. Hasil Analisis Natrium
No. Sampel
Berat Sampel (g)
Absorbansi (A)
Konsentrasi (µg/mL)
Kadar (mg/100 g) 1. 25,0033 0,0611 0,4294 8,5869 2. 25,0073 0,0602 0,4233 8,4635 3. 25,0061 0,0606 0,4258 8,5193 4. 25,0052 0,0604 0,4244 8,4863 5. 25,0042 0,0603 0,4237 8,4726 6. 25,0055 0,0601 0,4226 8,4501
3. Hasil Analisis Magnesium
No. Sampel
Berat Sampel (g)
Absorbansi (A)
Konsentrasi (µg/mL)
Kadar (mg/100 g) 1. 25,0033 0,1368 0,3369 33,6856 2. 25,0073 0,1369 0,3371 33,7002 3. 25,0061 0,1372 0,3378 33,7718 4. 25,0052 0,1378 0,3392 33,9129 5. 25,0042 0,1374 0,3382 33,8143 6. 25,0055 0,1376 0,3387 33,8626
(1)
90 Lampiran 20 ( Lanjutan)
Kadar larutan standar yang ditambahkan:
g mg mL x g mL g x C A 100 7999 , 0 2 , 0 0044 , 25 1000 n ditambahka yang mL rata -rata sampel Berat n ditambahka yang logam i Konsentras * = = = µ % 25 , 104 % 100 100 7999 , 0 100 1440 , 8 100 9779 , 8 % 100 * Natrium Kembali Perolehan 0 0 = − = − = x g mg g mg g mg x C C C A A F
3. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Magnesium Persamaan regresi : Y = 0,409429 X + 0,001114 X = 0,1523−0,001114
0,409429
=
0,3747 µg/mLKonsentrasi setelah ditanbahkan larutan baku = 0,3747 µg/mL CF = �����������
(µg/mL)
����������� (�) ������� (��)������������������
= 0,3747µg/mL
25,0059 � � 50 ��� 500
= 37,4612
g mg
(2)
91 Lampiran 20 (Lanjutan)
Kadar sampel sebelum ditambah larutan standar (CA) = 33,7018 mg/100 g
Kadar sampel setelah ditambah larutan standar (CF) = 37,4612 mg/100 g
Berat sampel rata-rata uji recovery = 25,0044 g Kadar larutan standar yang ditambahkan:
g g
mL x g mL g
x C A
µ µ
9993 , 3
1 0044 , 25 1000
n ditambahka yang
mL rata
-rata sampel Berat
n ditambahka yang
logam i Konsentras *
= = =
% 00 , 94
% 100 100
9993 , 3
100 7018
, 33 100 4612
, 37
% 100 *
Magnesium Kembali
Perolehan %
=
− =
− =
x g
mg
g mg g
mg x C
C C
A A F
(3)
92
Lampiran 21. Perhitungan Simpangan Baku Relatif Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel
1. Perhitungan Simpangan Baku Relatif Kalium dalam Sampel No. Kadar % Perolehan Kembali
(Xi) ( Xi-X ) ( Xi- X )
2
1. 91,64 -4,4391 19,7056
2. 95,39 -0,6882 0,4736
3. 100,64 4,5616 20,8082
4. 99,48 3,4062 11,6022
5. 99,47 3,3974 11,5423
6. 89,84 -6,238 38,9126
∑ 576,44 103,0445
X 96,07 17,1741
1442 , 4
1 6
0445 , 103
1 -n
) X -(Xi 2
=
− =
∑ = SD
% 31 , 4
% 100 07 , 96
1442 , 4
% 100
= = =
x x X SD RSD
(4)
93 Lampiran 21 ( Lanjutan)
2. Perhitungan Simpangan Baku Relatif Natrium dalam Sampel No. Kadar % Perolehan Kembali
(Xi) ( Xi-X ) ( Xi-X )
2
1. 104,25 6,8383 46,7623
2. 94,49 -2,9254 8,5576
3. 90,00 -7,4135 54,9599
4. 90,01 -7,4009 54,7733
5. 97,99 0,575 0,3306
6. 107,74 10,3263 106,6325
∑ 584,47 272,0162
X 97,41 45,3360
3759 , 7
1 6 272,0162
1 -n
) X -(Xi 2
=
− =
∑ = SD
% 38 , 7
% 100 41 , 97
3759 , 7
% 100
= = =
x x X SD RSD
(5)
94 Lampiran 21 (Lanjutan)
3. Perhitungan Simpangan Baku Relatif Magnesium dalam Sampel No. Kadar % Perolehan Kembali
(Xi) ( Xi-X ) ( Xi- X )
2
1. 94,00 -1,201 1,4424
2. 90,50 -4,6992 22,0825
3. 91,25 -3,949 15,5946
4. 92,49 -2,7088 7,3376
5. 104,50 9,2958 86,4119
6. 98,46 3,2622 10,6419
∑ 571,22 143,5109
X 95,20 23,9184
3574 , 5
1 6 143,5109
1 -n
) X -(Xi 2
=
− =
∑ = SD
% 63 , 5
% 100 20 , 95
3574 , 5
% 100
= = =
x x X SD RSD
(6)
95 Lampiran 22. Tabel Distribusi t