Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi Uji Keseksamaan Presisi Pengujian Beda Nilai Rata-rata

26 Perolehan Kembali = C F − C A C ∗ A × 100 Keterangan: C A = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku C F = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku C ∗ A = Kadar larutan baku yang ditambahkan

3.5.7.2 Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sebaliknya, batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Menurut Harmita 2004, Gandjar dan Rohman 2011 batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Simpangan Baku = � ∑Y−Yi 2 n−2 Batas Deteksi LOD = 3×�� ����� Batas Kuantitasi LOQ = 10×�� �����

3.5.7.3 Uji Keseksamaan Presisi

Uji keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan Harmita, 2004. Menurut Harmita 2004, rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah: 27 ��� = �� �̅ �100 Keterangan: �̅ : Kadar rata-rata sampel SD : Standard Deviation RSD : Relative Standard Deviation

3.5.7.4 Pengujian Beda Nilai Rata-rata

Menurut Sudjana 2002, sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan varians σ tidak diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah varians kedua populasi sama σ 1 = σ 2 atau berbeda σ 1 ≠ σ 2 dengan menggunakan rumus: F = � 1 2 � 2 2 Keterangan : F = Beda nilai yang dihitung S 1 = Standar deviasi sampel kentang granola mg100 g S 2 = Standar deviasi sampel kentang mini mg100 g Apabila dari hasilnya diperoleh F o tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus: t o = � 1− � 2 �� �1� 1 + 1� 2 Sp = � � 1− 1� 1 + 2 � 2− 1� 2 2 � 1 + � 2 −2 Keterangan : X 1 = kadar rata-rata sampel kentang granola mg100 g X 2 = kadar rata-rata sampel kentang mini mg100 g Sp = simpangan baku mg100 g n 1 = jumlah pengulangan sampel kentang granola n 2 = jumlah pengulangan sampel kentang mini S 1 = Standar deviasi sampel kentang granola mg100 g S 2 = Standar deviasi sampel kentang mini mg100 g Dan jika F o melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus: 28 t o = � 1− � 2 �� �� 1 2 � 1 + � 2 2 � 2 Keterangan : X 1 = kadar rata-rata sampel kentang granola mg100 g X 2 = kadar rata-rata sampel kentang mini mg100 g Sp = simpangan baku mg100 g n 1 = jumlah pengulangan sampel kentang granola n 2 = jumlah pengulangan sampel kentang mini S 1 = Standar deviasi sampel kentang granola mg100 g S 2 = Standar deviasi sampel kentang mini mg100 g Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila t o yang diperoleh melewati nilai kritis t, dan sebaliknya. 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan oleh bagian Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan adalah kentang dengan jenis Solanum tuberosum L. dari suku Solanaceae. Data hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 40.

4.2 Analisis Kuantitatif

4.2.1 Kurva kalibrasi kalium, natrium dan magnesium

Kurva kalibrasi kalium, natrium dan magnesium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku ketiganya pada panjang gelombang masing-masing. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk ketiganya diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0,04501 X – 0,01113 untuk kalium, Y = 0,140129 X + 0,000886 untuk natrium, dan Y = 0,409429 X – 0,001114 untuk magnesium. Kurva kalibrasi larutan baku kalium, natrium dan magnesium dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2 dan 4.3.