Angka Kejadian β-Thalassemia Trait Pada Mahasiswa Yang Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Menggunakan Elektroforesis Kapiler di RSUP H.Adam Malik Medan

(1)

ANGKA KEJADIAN

β

-THALASSEMIA TRAIT PADA MAHASISWA

YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN DENGAN

MENGGUNAKAN ELEKTROFORESIS KAPILER DI

RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

T E S I S

NURYANTI

107111009/PK

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2013


(2)

ANGKA KEJADIAN β

-THALASSEMIA TRAIT PADA MAHASISWA

YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN DENGAN

MENGGUNAKAN ELEKTROFORESIS KAPILER DI

RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang

Patologi Klinik/M.Ked (Clin.Path) Pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

NURYANTI

107111009/PK

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Medan, April 2013

Tesis ini diterima sebagai salah satu syarat Program Pendidikan untuk mendapatkan gelar

Magister Kedokteran Patologi Klinik (M.Ked.Clin.Path) di Departemen Patologi Klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik Medan.

Disetujui:

Pembimbing I Pembimbing I

(Prof.dr.Adi Koesoema Aman,SpPK-KH) (Prof.DR.dr.Ratna Akbari Ganie,SpPK-KH)

Nip. 19491011 197901 1 001 Nip. 19480711 197903 2 001

Disahkan Oleh

Ketua Departemen Patologi Klinik Ketua Program Studi Departemen FK-USU/RSUP H.Adam Malik Medan Patologi klinik FK-USU/

RSUP H.Adam Malik Medan

Prof.dr.Adi Koesoema Aman,SpPK-KH Prof.DR.dr.Ratna Akbari Ganie,SpPK-KH Nip. 19491011 197901 1 001 Nip. 19480711 197903 2 001


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah SWT pemilik seluruh alam semesta, Maha pemberi kemudahan dan kelapangan, dan dengan pertolongan Allah SWT tesis saya berjudul: “Angka Kejadian -Thalassemia Trait Pada Mahasiswa Yang Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Menggunakan Elektroforesis Kapiler di RSUP H.Adam Malik Medan “ sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Magister Kedokteran di bidang Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat diselesaikan.

Terimakasih, rasa hormat dan penghargaan yang sangat tinggi penulis sampaikan kepada:

Yth, Prof.dr.Adi Koesoema Aman,SpPK-KH,FISH sebagai pembimbing saya yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan, bantuan dan dorongan selama dalam pendidikan dan proses penyusunan, sampai selesainya tesis ini. Saya juga sangat berterimakasih kepada beliau selaku Ketua Departemen Patologi Klinik yang telah memberikan kesempatan kepada saya sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik.

Yth, Prof.DR.dr.Ratna Akbari Ganie,SpPK-KH,FISH sebagai pembimbing kedua saya yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk,nasehat dan motivasi selama dalam pendidikan dan proses penyusunan, sampai selesainya tesis saya ini. Saya juga sangat berterimakasih kepada beliau selaku Ketua Program Studi Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan yang telah memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk selama saya mengikuti pendidikan.

Yth, Prof.dr.Burhanuddin Nasution,SpPK-KN sebagai pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat selama dalam pendidikan.

Yth, Prof.dr.Herman Hariman,PhD, SpPK-KH, FISH sebagai pembimbing akademik saya yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat , arahan, bantuan dan dukungan sejak saya mulai pendidikan di Departemen Patologi Klinik.


(5)

Yth, dr.Ricke Loesnihari,Med.Ked (Clin.Path),SpPK-K, sebagai Sekretaris Program Studi Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan yang telah memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk selama saya mengikuti pendidikan.

Yth, dr.Zulfikar Lubis,SpPK-K sebagai pembimbing akademik yang telah banyak membimbing saya dalam selama masa pendidikan.

Yth, seluruh guru-guru saya, dr.Muzahar,DMM,SpPK-K, dr.Nelly Elfrida S,SpPK, dr.Ozar Sanuddin, SpPK(K), dan dr.Tapisari,SpPK-KH.

Yth, dr.Arlinda sebagai pembimbing statistik yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan sejak awal penyusunan hingga selesainya tesis saya ini.

Seluruh analis dan pegawai laboratorium RSUP.H.Adam Malik Medan dan Laboratorium Klinik Pramita Medan, yang telah memberikan kemudahan dan kerjasama yang baik sejak awal penelitian hingga selesainya penelitian saya ini, hingga saya dapat menyelesaikan tesis ini.

Seluruh teman sejawat PPDS, analis dan pegawai Departemen Patologi Klinik FK-USU/RSUP H.Adam Malik Medan yang telah memberikan kemudahan dan kerjasama yang baik selama penulis menjalani pendidikan.

Doa senantiasa penulis mohonkan kepada Allah SWT kepada Almarhumah ayahanda Bagio yang selama kehidupannya telah mencurahkan segenap kasih sayang, dan berjuang menyekolahkan penulis, semoga segala amal ibadah dan ilmu bermanfaat penulis mengalir pahalanya tiada henti kepada orang tua laki-laki penulis. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya terhadap Ibunda tercinta Hj.Nurhaidah Simorangkir yang telah berjuang menyekolahkan penulis, senantiasa memberi doa, dukungan untuk menyelesaikan pendidikan. Terimakasih kepada Ibunda mertua Hj.Zakiah Hanum dan Ibunda Hj.Usmah adib yang senantiasa memberi doa, bantuan, dan dukungan untuk menyelesaikan pendidikan.

Terima kasih dan penghormatan yang tinggi kepada suamiku Ade Yuliandra,SE yang telah mendampingi dengan penuh pengertian, kesetiaan, kesabaran, dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga apa yang diraih bermanfaat menambah ridho Allah SWT, kebaikan dan kebahagiaan keluarga dunia dan akhirat. Demikian juga kepada kedua putra kesayangan bunda, Dzaki Fadillah dan Rafi Aulia, kepada Allah SWT bunda mohon ampun dan bunda


(6)

mohon maaf kepada anak-anak bunda karena telah banyak kehilangan perhatian dan kasih sayang selama bunda menjalani pendidikan.

Demikian juga kepada seluruh keluarga besar yang dengan ikhlas membantu, mendukung dan memotivasi penulis.

Semoga Allah SWT membalas berlipat ganda atas seluruh bantuan, dukungan dan kemudahan yang telah diberikan.

Semoga Allah SWT tiada henti melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.

Medan, April 2013

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ………..…….. Ucapan Terima Kasih ………..……... Daftar Isi...

Daftar Tabel...

Daftar Gambar...

Daftar Singkatan...

Daftar Lampiran...

Abstrak ………...….

BAB 1 . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian ………. 5

1.4. Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalassemia 2.1.1. Defenisi... 6

2.1.2. Struktur dan Sintesis Hemoglobin... 6

2.1.3. Klasifikasi………... 9

2.1.4. Epidemiologi...…….. 15

2.1.5. Diagnosis... 17

2.1.6. Patofisiologi ... 18

2.1.7.Komplikasi ... 19

2.2 Hemoglobin A2(HbA2)... 21

2.3 . Kerangka Konsep ... 23 i

ii

v

vii

viii

ix

x


(8)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian ...…... 24

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

3.4. Kriteria Penelitian ……….. β5 3.5. Perkiraan Besar Sampel ... 25

3.6. Analisa Data ... 25

3.7. Bahan dan Cara Kerja ………... 25

3.8. Pemantapan Kualitas ... 29

3.9 Masalah Etika (Ethical Clearance) dan Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) ... 32

3.10.Batasan dan Defenisi Operasional ... 32

3.11.Kerangka Kerja ... 34

BAB 4. HASIL PENELITIAN δ.1 Hasil Pengumpulan Sampel ……..………... γ5 δ.β Hasil Pemeriksaan Indeks Hematologi ………..…………... . γ6 4.3. Hasil Pemeriksaan Minikapiler Elektroforesis ……… γ8 BAB 5. PEMBAHASAN……….. γ9 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN……….... δγ BAB 7. RINGKASAN……… δδ DAFTAR PUSTAKA ... 46


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Thalassemia- ...15 Tabel 4.1 Karakteristik subjek menurut umur, jenis kelamin dan suku

Yang ikut dalam penelitian ………γ5 Tabel 4.2 Gambaran indeks hematologi pada mikrositer hipokrom

dan non mikrositer hipokrom ……….. γ6 Tabel 4.3 Gambaran indeks hematologi pada sampel Mikrositer

Hipokrom berdasarkan Kuantitasi HbA2 ……….γ7 Tabel 4.4 Gambaran pemeriksaan Hemoglobin elektroforesis pada


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Molekul hemoglobin dan rantai globin ... 7

Gambar 2.2. Struktur rantai globin ... ... 7

Gambar 2.3. Sintesa rantai globin ... 9

Gambar 2.4. Skema penurunan gen thalassemia ...13

Gambar 2.5. Distribusi dan frekuensi (%) carriers -Thalassemia di Indonesia ... 16

Gambar 2.6. Patofisiologi ... 19

Gambar 2.7. Komplikasi yang terjadi pada thalassemia ... 21 Gambar γ.8. Kontrol Normal HbAβ kapiler 1 dan kapiler β………γ1


(11)

DAFTAR SINGKATAN

α-globin : alfa globin -globin : beta globin

Ϛ : Zeta

Ɛ : epsilon

δ : delta

ϒ : gamma

ϒᴳ : gamma-guanin

ϒᴬ : gamma-adenin

CBC : complete blood count

CZE : Zona Capiler Elektroforesis

EDTA : Ethylene Diamine Tetra Acetate

Hb : hemoglobin

HbA : hemoglobin adult

HbA2 : hemoglobin adult-2

HbE : hemoglobin-E

HbH : hemoglobin-H

HbF : hemoglobin-F

HPLC : high performance liquid chromathography

kDa : kilo dalton

MCV : mean corpuscular volume

MCH : mean corpuscular hemoglobin

MPV : mean platelet volume

RBC : red blood cell

Mahasiswa : seseorang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di

sebuah universitas atau perguruan tinggi

SPSS : statistical package for sicial sciences

TI : thalassemia intermedia


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 3 Data Pasien

Lampiran 4 Persetujuan Komite Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 5 Data sampel darah pada remaja yang melakukan pemeriksaan

Kesehatan dengan criteria MCV<80 fl, MCH<27pg (50 orang)

Lampiran 6 Data Sampel -Thalassemia Trait Pada Remaja Yang Melakukan Pemeriksaan Kesehatan dengan Kriteria MCV<80 fl, MCV<27 pg dan Kadar HbA2 >3,5% (10 orang)

Lampiran 7 Data Sampel Hemoglobin E Pada Remaja Yang Melakukan Pemeriksaan Kesehatan dengan Kriteria MCV<80 fl, MCV<27 pg dan Kadar Hb E rata-rata 22,92 ± 1,23 (4 orang)

Lampiran 8 QC Hematology


(13)

ABSTRAK

Angka kejadian β-Thalassemia Trait Pada Mahasiswa Yang Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Menggunakan Elektroforesis Kapiler

Di RSUP Haji Adam Malik

Nuryanti, R.A.Ganie, A.K.Aman,

Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara /RSUP.H.Adam Malik Medan

Abstrak. Latar belakang: Penyakit Thalassemia merupakan kelainan genetik yang tersebar di belahan Dunia termasuk di Indonesia, karena Indonesia termasuk dalam daerah sabuk Thalassemia (Thalassemia Belt). Angka kejadian β-thalassemia trait di Asia Tenggara bervariasi berkisar antara 2,2%-16% di Indonesia antara 3%-8%. Pencegahan thalassemia dapat berupa edukasi, skrining carier, konseling genetika pranikah dan diagnosis pranatal.

Tujuan: Untuk mendapatkan angka kejadian β-thalassemia trait pada mahasiswa yang melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan mikrokapiler elektroforesis, dengan menggambarkan karakteristik subjek menurut umur, jenis kelamin, suku, serta untuk mendapatkan nilai rata-rata MCV, MCH dan HbA2. Materi dan metode: Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan metode potong lintang, yang dilakukan di Departemen Patologi Klinik RSUP Haji Adam Malik Medan, pada bulan Juli s/d September 2012, jumlah subjek penelitian 559. Pemeriksaan meliputi FBC (full Blood count) untuk mendapatkan sampel mikrositer hipokrom (MCV<80 fl, MCH<27 pg), kemudian dilakukan pemeriksaan kuantitasi HbA2 pada sampel mikrositer hipokrom dengan menggunakan metode mikrokapiler elektroforesis. Hasil: Dari 559 sampel, dijumpai lelaki 33,21%, perempuan 66,78%, rata-rata umur 19,25  0,25 tahun, dengan persentase berdasarkan suku yaitu suku Batak 57,78%, Jawa 15,74%, Aceh 10,73, Melayu 9,12%, Karo 3,93%, Padang 2,32% dan suku Nias 0,35%. Pada hasil pemeriksaan indeks hematologi, dijumpai 50 subjek mikrositer hipokrom, dengan rata-rata MCV 71,63±7,68 dan MCH 23,27±2,85, dari hasil pemeriksaan kuantitasi HbA2 pada subjek mikrositer hipokrom dijumpai 10 subjek dengan nilai rata-rata HbA2 (4,γδ ± 0,β5) yang merupakan suatu -thalassemia trait (1,8 %) dengan rata-rata MCV (62,66 ± 3,41), MCH (20,11 ± 2,18) dan juga dijumpai 4 subjek hemoglobin E (0,7% ).

Kesimpulan: Telah dilakukan penelitian pada 559 orang mahasiswa dan ditemukan angka kejadian β-Thalassemia Trait 1,8% (10 orang) dengan rata-rata kadar HbA2 4,34 ± 0,25.


(14)

ABSTRACT

The Insidence of β-Thalassemia Trait In Students That Run a Medical Check Up Using Capilarry Electrophoresis In Haji Adam Malik Hospital medan

Nuryanti, R.A.Ganie, A.K.Aman

Department Of Clinical Pathology, School Of Medicine, University of North Sumatera, Medan, Indonesia

Abstract. Background: Thalassemia is a genetic disorder disease spread in different parts of the world, including in Indonesia, because Indonesia located in the thalassemia belt area. The incidence of -thalassemia trait in Southeast Asia varies between 2.2% -16%, in Indonesia between 3% -8%. Prevention of thalassemia can be done by educating, carrier screening, premarital genetic counseling and prenatal diagnosis. Objective: To obtain the incidence of -thalassemia trait in students that conduct medical check-up using microcapilarry electrophoresis, to describe the characteristics of the subjects according to age, gender, ethnicity, as well as to obtain an average value of MCV, MCH and HbA2. Material and methods: This study is an observational study with cross-sectional method, which is carried out at the Department of Clinical Pathology Haji Adam Malik Hospital in Medan, from July to September 2012, the number of subjects in this study was 559 person. Examination includes FBC (full Blood count) to get a microcytic hypochromic sample (MCV <80 fl, MCH <27 pg), then a quantification of HbA2 from microcytic hypochromic sample is done using microcapilarry electrophoresis. Results: From 559 samples 33.21% are male and 66.78% female, with an average age of 19.25 ± 0.25 years, the percentage based on tribe are Bataknesse 57.78%, Javanesse 15.74% , Acehnesse 10.73, Malay 9.12%, Karonesse 3.93%, Padangnesse 2.32% and Nias 0.35%. On the results of hematological indices, hypochromic mikrositer found in 50 subjects, with an average 71.63 ± 7.68 for MCV and 23.27 ± 2.85for MCH, from the quantification of HbAβ in mikrositer hypochromic subject we found 10 -thalassemia trait subject (1.8%) with an average of HbA2 (4.34 ± 0.25) , MCV (62.66 ± 3.41), and MCH (20.11 ± 2.18) and also found 4 hemoglobin E subjects (0.7%). Conclusion: A research has been done on 559 students with the incidence of -Thalassemia Trait is 1.8% (10 person) and an average of HbA2quantification 4.34 ± 0.25.


(15)

ABSTRAK

Angka kejadian β-Thalassemia Trait Pada Mahasiswa Yang Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Menggunakan Elektroforesis Kapiler

Di RSUP Haji Adam Malik

Nuryanti, R.A.Ganie, A.K.Aman,

Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara /RSUP.H.Adam Malik Medan

Abstrak. Latar belakang: Penyakit Thalassemia merupakan kelainan genetik yang tersebar di belahan Dunia termasuk di Indonesia, karena Indonesia termasuk dalam daerah sabuk Thalassemia (Thalassemia Belt). Angka kejadian β-thalassemia trait di Asia Tenggara bervariasi berkisar antara 2,2%-16% di Indonesia antara 3%-8%. Pencegahan thalassemia dapat berupa edukasi, skrining carier, konseling genetika pranikah dan diagnosis pranatal.

Tujuan: Untuk mendapatkan angka kejadian β-thalassemia trait pada mahasiswa yang melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan mikrokapiler elektroforesis, dengan menggambarkan karakteristik subjek menurut umur, jenis kelamin, suku, serta untuk mendapatkan nilai rata-rata MCV, MCH dan HbA2. Materi dan metode: Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan metode potong lintang, yang dilakukan di Departemen Patologi Klinik RSUP Haji Adam Malik Medan, pada bulan Juli s/d September 2012, jumlah subjek penelitian 559. Pemeriksaan meliputi FBC (full Blood count) untuk mendapatkan sampel mikrositer hipokrom (MCV<80 fl, MCH<27 pg), kemudian dilakukan pemeriksaan kuantitasi HbA2 pada sampel mikrositer hipokrom dengan menggunakan metode mikrokapiler elektroforesis. Hasil: Dari 559 sampel, dijumpai lelaki 33,21%, perempuan 66,78%, rata-rata umur 19,25  0,25 tahun, dengan persentase berdasarkan suku yaitu suku Batak 57,78%, Jawa 15,74%, Aceh 10,73, Melayu 9,12%, Karo 3,93%, Padang 2,32% dan suku Nias 0,35%. Pada hasil pemeriksaan indeks hematologi, dijumpai 50 subjek mikrositer hipokrom, dengan rata-rata MCV 71,63±7,68 dan MCH 23,27±2,85, dari hasil pemeriksaan kuantitasi HbA2 pada subjek mikrositer hipokrom dijumpai 10 subjek dengan nilai rata-rata HbA2 (4,γδ ± 0,β5) yang merupakan suatu -thalassemia trait (1,8 %) dengan rata-rata MCV (62,66 ± 3,41), MCH (20,11 ± 2,18) dan juga dijumpai 4 subjek hemoglobin E (0,7% ).

Kesimpulan: Telah dilakukan penelitian pada 559 orang mahasiswa dan ditemukan angka kejadian β-Thalassemia Trait 1,8% (10 orang) dengan rata-rata kadar HbA2 4,34 ± 0,25.


(16)

ABSTRACT

The Insidence of β-Thalassemia Trait In Students That Run a Medical Check Up Using Capilarry Electrophoresis In Haji Adam Malik Hospital medan

Nuryanti, R.A.Ganie, A.K.Aman

Department Of Clinical Pathology, School Of Medicine, University of North Sumatera, Medan, Indonesia

Abstract. Background: Thalassemia is a genetic disorder disease spread in different parts of the world, including in Indonesia, because Indonesia located in the thalassemia belt area. The incidence of -thalassemia trait in Southeast Asia varies between 2.2% -16%, in Indonesia between 3% -8%. Prevention of thalassemia can be done by educating, carrier screening, premarital genetic counseling and prenatal diagnosis. Objective: To obtain the incidence of -thalassemia trait in students that conduct medical check-up using microcapilarry electrophoresis, to describe the characteristics of the subjects according to age, gender, ethnicity, as well as to obtain an average value of MCV, MCH and HbA2. Material and methods: This study is an observational study with cross-sectional method, which is carried out at the Department of Clinical Pathology Haji Adam Malik Hospital in Medan, from July to September 2012, the number of subjects in this study was 559 person. Examination includes FBC (full Blood count) to get a microcytic hypochromic sample (MCV <80 fl, MCH <27 pg), then a quantification of HbA2 from microcytic hypochromic sample is done using microcapilarry electrophoresis. Results: From 559 samples 33.21% are male and 66.78% female, with an average age of 19.25 ± 0.25 years, the percentage based on tribe are Bataknesse 57.78%, Javanesse 15.74% , Acehnesse 10.73, Malay 9.12%, Karonesse 3.93%, Padangnesse 2.32% and Nias 0.35%. On the results of hematological indices, hypochromic mikrositer found in 50 subjects, with an average 71.63 ± 7.68 for MCV and 23.27 ± 2.85for MCH, from the quantification of HbAβ in mikrositer hypochromic subject we found 10 -thalassemia trait subject (1.8%) with an average of HbA2 (4.34 ± 0.25) , MCV (62.66 ± 3.41), and MCH (20.11 ± 2.18) and also found 4 hemoglobin E subjects (0.7%). Conclusion: A research has been done on 559 students with the incidence of -Thalassemia Trait is 1.8% (10 person) and an average of HbA2quantification 4.34 ± 0.25.


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Thalassemia merupakan suatu kelainan darah herediter yang terjadi karena gangguan

sintesis dari rantai α-globin atau rantai -globin sebagai akibat kurang atau tidak adanya sintesis dari satu atau lebih rantai polipeptida globin¹˒²˒³. Klasifikasi thalassemia berdasarkan atas jenis subunit globin yang mengalami defek, yaitu thalassemia-α, thalassemia- , thalassemia-δ , dan thalassemia-δ . Sejauh ini, jenis thalassemia-α dan dianggap yang cukup penting. Pada populasi yang banyak ditemukan adalah -thalassemia¹˒². Penyebaran penyakit thalassemia di mulai dari Mediterania, Timur Tengah, India, Burma, serta di daerah

yang di sebut daerah sabuk thalassemia (Cina bagian selatan, Thailand, semenanjung

Malaysia, kepulauan Pasifik dan Indonesia)¹˒ . World Health Organization (WHO) pada tahun 1994 menyatakan bahwa tidak kurang dari 250 juta penduduk dunia, meliputi 4,5% dari

total penduduk dunia adalah pembawa sifat dari thalassemia (bentuk heterozigot) . Sekitar

7% dari populasi di dunia membawa gen hemoglobin abnormal, dan lebih dari setengah juta

anak yang terkena dilahirkan setiap tahun ˒ . Pembawa sifat beta-Thalassemia di malaysia sekitar 3,5-4% . Di Wilayah Asia Tenggara (termasuk India, Thailand dan Indonesia)

menyumbang sekitar 50% pembawa sifat Thalassemia di dunia atau sekitar 40 juta orang dan

hampir setengahnya melahirkan bayi homozygote. Angka kejadian β-thalassemia trait di Asia Tenggara bervariasi berkisar antara 2,2 % - 16 %. Di Eropa dan Amerika pembawa sifat

thalassemia sekitar10-13% .

Di Indonesia penyakit Thalassemia merupakan kelainan genetik yang banyak

ditemukan, oleh karena Indonesia termasuk dalam daerah sabuk Thalassemia. Menurut


(18)

dilaporkan juga pada tahun 2002 oleh Lanni , pada 17 populasi di Indonesia menunjukkan

prevalensi carrier yang bervariasi yaitu 0-10%. Apabila dianggap persentase pembawa sifat

thalassemia di Indonesia adalah 5%, tingkat kelahiran adalah 20%, dan populasi adalah 200

juta sehingga akan ada 2.500 bayi yang homozygote setiap tahun di negara Indonesia¹¹.

Jumlah pasien yang terdaftar di Pusat Thalassaemia, FKUI-RSCM Departemen Ilmu

Kesehatan Anak, sampai dengan bulan Agustus 2009 mencapai 1.494 pasien dengan rentang

usia terbanyak antara 11-14 tahun. Jumlah pasien baru terus meningkat setiap tahunnya

mencapai 100 orang/tahun¹⁰. Menurut penelitian Hariman (1984) di kota medan pertama kali dilaporkan adanya thalassemia-α, dari γ00 sampel darah tali pusar yang ditapis, β,5% diduga carrier thalassemi-α⁰. Penelitian Ganie RA, pada tahun 2004, tentang Studi DNA Thalassemia-α⁰ Southheast Asian Type di Medan dari 1.521 sampel mewakili beberapa suku di kota medan. Pada penelitian tersebut pemeriksaan untuk kuantitasi HbA2 dilakukan dengan

metode elektroforesis hemoglobin pada pH alkali dalam media membran selulosa asetat

(CAM) dengan pewarnaan ponceau. Dari penelitian tersebut ditemukan 117 (7,68%) carrier

thalassemia, yang di antaranya sebanyak 51 (3,35%) carrier thalassemia-α, 6β (δ,07%) carrier thalassemia-. dan 4 (0,26%) carrier Hemoglobin E (HbE)¹². Berdasarkan hasil penelitian-penelitian diatas maka sangat diperlukan adanya pencegahan untuk menurunkan

jumlah bayi lahir dengan thalassemia mayor. Bentuk pencegahan thalassemia dapat berupa

edukasi, skrining carier, konseling genetika pranikah dan diagnosis pranatal¹⁰.

Pembawa sifat thalassemia tidak memiliki penyakit. Mereka tidak menampakkan

gejala fisik atau mental dan tidak memerlukan diet khusus atau perawatan medis. Beberapa

pembawa sifat mungkin mengalami anemia ringan¹³. Keberadaan carrier thalassemia- sangat perlu diwaspadai karena apabila dengan pasangan yang carrier

thalassemia-mempunyai kemungkinan 25% anak-anaknya akan lahir sebagai thalassemia- mayor yang akan membutuhkan pengobatan suportif seperti transfusi darah dan kelasi besi seumur


(19)

hidup¹⁰. Dampak ekonomi, psikososial yang diakibatkan cukup berat, namun sampai saat ini belum ada kebijakan nasional dalam pencegahan penyakit thalassemia.

Darah manusia dewasa normal terdiri dari 3 fraksi hemoglobin yaitu hemoglobin A

(HbA) yang terdiri dari rantai α₂ ₂, hemoglobin F (HbF) terdiri dari rantai α₂ ₂ dan hemoglobin Aβ (HbAβ) terdiri dari rantai α₂δ₂¹²˒¹ . Diagnosis Thalassemia dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis, pemeriksan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan

laboratorium untuk pemeriksaan -thalassemia trait dapat dilakukan dengan menganalisa kadar dari HbA2. Meningkatnya kadar HbA2 pada seseorang yang secara klinik normal

merupakan kriteria diagnostik thalassemia- trait. Penetapan HbAβ secara kuantitasi dapat dinilai dengan menggunakan metode media selulosa asetate, kromatografi kolom mikro, high

performance liquid chromathography (HPLC) atau dengan mikrokapiler elektroforesis¹ ˒¹ . International Committe for Standardization in haematology (ICSH) menganjurkan metode

terpilih dengan kromatografi mikro kolom karena memiliki ketelitian yang baik dengan

CV<4%. Pada saat ini telah dikembangkan suatu pemeriksaan elektroforesis hemoglobin

dengan tingkat ketelitian yang baik yaitu dengan metode elektroforesis kapiler¹ . Nilai

kuantitasi hemoglobin HbAβ (αβδβ) sangat penting untuk diagnosis thalassemia- trait. Di beberapa laboratorium batas atas rentang referensi untuk HbA2 adalah 3,5%, dan nilai HbA2

pada thalassemia- trait >δ%¹ ˒¹ . Wirawan R dalam penelitiannya tentang Nilai Rujukan Kadar Hemoglobin A2 dan hemoglobin F dengan Metode Mikrokapiler Elektroforesis pada

Orang Dewasa di Jakarta, mendapatkan hasil nilai rujukan kadar HbA2 2,1%-3,3%¹ ˒¹ ˒¹ . Skrining ditujukan untuk mengidentifikasi pembawa sifat thalassemia, atau varian

hemoglobin lain dalam populasi tertentu¹ .

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba melakukan skrining -thalassemia trait terhadap populasi tertentu dengan pemeriksaan kadar HbA2 melalui metode mikrokapiler

elektroforesis. Metode ini menggunakan Zona Capiler Elektroforesis (CZE). Pemisahan


(20)

menggunakan tegangan tinggi. Hemoglobin diukur pada panjang gelombang tertentu. Pada

metode ini HbA2 dapat dipisahkan dari HbE, HbC dan HbS¹ ˒¹ .

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas sangat diperlukan deteksi awal untuk pencegahan

thalassemia yang terutama ditujukan untuk menurunkan jumlah bayi lahir dengan beta

thalassemia mayor dengan melakukan skrining pra nikah.

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan angka kejadian -Thalassemia trait pada mahasiswa yang melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan mikrokapiler

elektroforesis .

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.1 Untuk mendapatkan nilai rata-rata MCV dan MCH dari subjek yang ikut

dalam penelitian ini.

1.3.2 Untuk mendapatkan karakteristik subjek menurut umur, jenis kelamin

dan suku yang ikut dalam penelitian.

1.3.3 Untuk mendapatkan nilai kadar HbA2 dari sampel.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang angka

kejadian pembawa sifat -Thalassemia. Diharapkan data ini dapat dipakai sebagai acuan untuk melakukan konseling genetika pranikah atau diagnosis pranatal.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. THALASSEMIA

2.1.1. Defenisi

Istilah talasemia berasal dari kata Yunani yaitu Thalassa (laut) dan Haema (darah)

yang mengacu pada adanya gangguan sintesis dari rantai globin (rantai α dan rantai ) yang merupakan subunit dari hemoglobin Hb A (αβ; β) ¹ ˒²º. Gen untuk sintesis rantai globin terletak di kromosom 11 ( ) dan 16 (α)²¹. Sindrom Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan adanya gangguan dari rantai globin, α atau ¹ . Thalassemia adalah kelainan herediter yang ditandai dengan tidak adekuatnya sintesis dari satu atau lebih rantai dari globin³‚¹ .

2.1.2. Struktur dan Sintesis Hemoglobin

Hemoglobin merupakan pigmen yang terdapat didalam eritrosit yang terdiri dari heme

dan globin dan memiliki berat molekul 64-64.4 kDa. Molekul hemoglobin yang terkandung

dalam sel-sel darah merah sangat penting untuk kehidupan manusia. Heme sangat penting

untuk transportasi oksigen sedangkan globin berfungsi untuk melindungi heme dari oksidasi.

Struktur molekul hemoglobin menghasilkan lingkungan internal hidrofobik yang melindungi

besi pada heme dari air, dan juga dari oksidasi²².

Hemoglobin berbentuk heterotetramer yang terdiri dari dua pasang rantai polipeptida

yang berkaitan dengan gen α-globin (α like globins) dan dua pasang rantai polipeptida yang berhubungan dengan gen -globin (β-like globins). Rantai Globin polipeptida akan mengikat heme, yang nantinya hemoglobin di eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dan sebagai


(22)

Gambar 2-1: Molekul hemoglobin dan Rantai Globin ² .

Struktur normal dan regulasi pada gen globin manusia

Gambar2-2: Struktur rantai gen globin pada kromosom 16 dan 11 pada fase embrional ,

fetus dan dewasa ²³ (sumber: Disorder Hemoglobin).

Lokus gen globin pada -globin terletak pada kromosom 11, dan lokus gen α -globin terletak pada kromosom 16²¹. Urutan aktivasi dimulai dari masa embrional sampai

dewasa dari gen ke α dari gen Ɛ ke ϒᴳ,ϒᴬ,δ dan . Maka hemoglobin utama pada masa embrional adalah Hb Gower 1 ( ₂Ɛ₂), Hb Gower β (α₂Ɛ₂), dan Hb Portland ( ₂ϒ₂). Pada masa janin sampai perinatal adalah HbF(α₂ϒ₂), dan pada anak yang berumur lebih dari 1 tahun sampai dewasa normal terdiri dari HbA (α₂ ₂) dan HbAβ (α₂δ₂)¹ ˒²³˒² . Pada 6 bulan pertama perkembangan janin kehidupan neonatal, terjadi pola yang kompleks dari ekspresi gen globin


(23)

sintesis rantai globin akan disintesis yolk sac dan hati yaitu rantai yang berkombinasi dengan rantai Ɛ akan membentuk Hb Gower 1, Hb Gower β dan Hb Portland. Ekspresi yang singkat dari gen globin pada masa embrio, maka pada akhir kehamilan akan dibentuk hemoglobin

utama pada janin yaitu Hemoglobin F (αβ 2) dan organ yang terlibat dalam sintesis rantai globin tersebut adalah hati, limpa dan sumsum tulang. kemudian akan digantikan oleh rantai

-globin dewasa yaitu hemoglobin A (αβ β), hemoglobin Aβ (α₂δ₂) dan Hemoglobin F (α₂ϒ₂) yang kadarnya <0,5%¹²˒²³˒² .


(24)

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi dari Thalassemia berdasarkan jenis subunit globin yang mengalami defek,

dan secara garis besar terdiri dari:

2.1.3.1 Thalassemia-α

Hilangnya produksi gen α (α⁰) atau berkurangnya produksi dari gen α (α⁺), disebabkan oleh mutasi gen globin α baik berupa delesi gen maupun non-delesi (mutasi titik). Suatu studi molekul yang menggunakan teknik hibrid telah mengidentifikasi hilangnya fungsi

gen α yang terkait delesi atau nondelesi dari mutasi gen menyebabkan berkurangnya fungsi gen sehingga menyebabkan mutasi pada kodon yang bertanggung jawab terjadinya syndrom

α-thalassemia ¹ ˒² . Pada α-thalassemia pembagiannya tergantung pada jenis mutasi gen-α yang mengalami kerusakan. Secara klinis thalassemia-α dapat terbagi menjadi 4 kelompok:

1. Silent thalassemia-α (-α/αα).

Delesi 1 rantai α . Selalunya disebut thalassemia-α⁺. Pada keadaan ini tidak terjadi kelainan hematologi . Kelainan ini ditemukan sekitar 15-20% dari populasi keturunan Afrika.

2. Carrier thalassemia-α (--/αα atau –α/-α)

Delesi pada 2 gen-α. Disebut juga thalassemia-α minor. Dijumpai adanya anemia microcytic hypochromicringan (Hb 1β.6 g/dL, MCH ββ pg, MCV 68 fL)²¹˒²³.

3. Hemoglobin H disease (--/-α)

Delesi dari 3 gen-α. Ciri hematologis ditandai adanya akumulasi dari rantai globin-yang mudah larut membentuk tetramer ₄ yang disebut HbH yang pada pemeriksaan pewarnaan supravital dijumpai adanya badan inklusi (Heinzs bodies). Diagnosis penyakit

HbH dengan menggunakan pemeriksaan hemoglobin Elektroforesis. Penyakit HbH memiliki

gejala anemia hipokromik mikrositik dengan Hb 8-10 g/dL. Pada pemeriksaan fisik dijumpai


(25)

kekurangan asam folat, infeksi akut, paparan stres oksidatif, dan kehamilan. Pengobatan

terdiri dari asam folat suplemen (5 mg/hari) dan transfusi darah .

4. Hydrops Fetalis(--/--)

Merupakan delesi dari ke δ rantai α. Janin yang terkena akan meninggal di dalam kandungan pada trimester kedua atau trimester ketiga kehamilan atau tidak lama setelah

lahir³⁰. Keadaan ini terjadi pada thalassemia-α⁰ homozigot, tidak terbentuknya ke empat rantai globin-α. Pada keadaan ini hemoglobin fetus (HbF atau αβ2) tidak terbentuk pada masa janin dalam kandungan yang mengakibatkan rantai globin- yang tidak mendapatkan pasangan selanjutnya akan mengalami agregasi membentuk tetramer 4 yang disebut Hb-Bart’s. Terjadi anemia yang berat , mengalami oedem yang luas, ascites, efusi pleura, dan efusi pericardial²˒¹². Pada pemeriksaan apusan darah tepi banyak dijumpai immature red cell , hipokrom, mikrositer, gambaran sel darah merah anisopoikilositosis².

2.1.3.1. Thalassemia-β

Terdapat lebih dari 200 mutasi thalassemia- yang telah diakui dan terjadi dalam berbagai kelompok etnis . Thalassemia- umumnya terdapat di daerah Mediterania, di anak benua India di Asia Tenggara dan umumnya pada orang-orang keturunan Afrika³¹˒³²˒³³. Mutasi thalassemia- dibagi menjadi dua Kategori: Thalassemia- ⁰ (beta zero) dan Thlassemia- ⁺ (beta plus)³¹.

Thalassemia- dapat terjadi oleh karena hilangnya atau berkurangnya produksi dari rantai globin- , dapat dibagi menjadi:

1. Thalassemia-β minor (trait)

Pada -thalassemia trait kelainan terjadi oleh karena ketidakseimbangan sintesa rantai globin- . Pada thalassemia- minor (trait)\ tidak mengalami anemia yang berat, tapi pada pemeriksaan darah lengkap di jumpai mikrositer (MCV<80 fl) dan hipokrom (MCH<27 pg).


(26)

Pemeriksaan hemoglobin elektroforesis di jumpai peningkatan dari Hb A2 (>3,5%), namun

pada thalassemia-α trait nilai HbAβ dapat normal atau menurun³⁰. Dalam membuat diagnosis thalassemia- minor, harus mengesampingkan adanya penyakit kekurangan zat besi, yang dapat mengubah kenaikan kadar HbA2. HbF juga dapat terlihat, tergantung pada mutasi

genetik yang mendasarinya. Manifestasi klinis thalassemia- minor biasanya ringan, dan umumnya pasien memiliki kualitas hidup yang baik. Anemia secara klinis tidak signifikan dan

tidak memerlukan perlakuan khusus, kadang-kadang dilaporkan adanya splenomegaly,

perubahan tulang ringan, ulkus pada kaki atau cholelithiasis¹ . Kedua orang tua yang memiliki

pembawa sifat -thalassemia, maka akan melahirkan ana-anak β5% normal, β5% -thalassemia mayor dan 50% -thalassemia trait¹ ˒³⁰.

Kemungkinan anak-anaknya

Gambar 2-4: Skema Penurunan gen thalassemia- (sumber: D.J.Weatherall) Ayah Ibu

β-Thalassemia Trait β-Thalassemia Trait

Normal β-Thalassemia β-Thalassemia β-Thalassemia Trait Trait Mayor


(27)

2. Thalassemia-β Intermedia

Hampir 10% pasien thalassemia- mengalami thalassemia- intermedia (TI). Genetik dari kelompok ini mungkin memiliki homozigot talasemia-δ atau homozygous atau heterozygous thalassemia ⁰ dan atau mutasi thalassemia- ⁺ . Pada TI mengalami anemia hemolitik yang sedang, dengan mempertahankan Hb >7 g/dl tanpa dukungan transfusi. Dalam

penggunaan transfusi dibagi thalassemia- intermedia dari thalassemia- mayor. Ketika kebutuhan transfusi mencapai > 8 unit pertahun maka diklasifikasikan sebagai

thalassemia-mayor. Gejala klinis yang tampak pada TI biasanya terjadi pada umur 2-4 tahun. Gejalanya

dapat berupa anemia, hiperbilirubinemia, dan hepatospleenomegali. Memiliki pertumbuhan

yang lebih baik. Pada beberapa anak TI, walaupun Hb>7g/dl dapat mengalami kegagalan

dalam pertumbuhan ,kurus yang tidak dapat kembali seperti semula kecuali apabila dilakukan

transfusi reguler sebelum umur 6 atau 7 tahun ¹ ˒² .

3. Thalasemia Mayor

Thalassemia- mayor selalu disebut anemia Cooley, anemia Mediterranean dan anemia Jaksch menunjukkan bentuk penyakit yang homozigot ataupun yang heterozigot ditandai

dengan gejala anemia berat (1-7 g/dL), hemolisis dan inefektif eritropoesis yang berat.

Manifestasi yang muncul pada masa anak-anak dapat terjadi anemia yang berat, ikterus,

pertumbuhan terhambat, aktivitas menurun dan sering tidur. Hepatosplenomegaly dengan

tanda awal dari wajah thalassemia biasanya ditemukan¹ . Pada pemeriksaan hapusan darah

tepi dijumpai poikilositosis, mikrositosis, hipokrom, target sel, basophilic stipling,

pappenheimer bodies (siderotic granules) dan retikulositosis dengan peningkatan Nucleated


(28)

Tabel 2-1 : Klasifikasi Thalassemia- ².

2.1.4. Epidemiologi

Thalassemia awalnya dianggap penyakit yang terdapat pada wilayah Mediterania,

namun sekarang telah terjadi secara luas di seluruh penjuru dunia. Thalassemia telah dijumpai

di Eropa Selatan dari Portugal ke Spanyol, Italia dan Yunani, serta di sejumlah negara Eropa

Tengah dan bagian dari bekas Uni Soviet. Thalassemia juga dijumpai di Timur Tengah

melalui Iran, Pakistan, India, Bangladesh, Thailand, Malaysia, Indonesia dan selatan Cina,

serta negara-negara di pantai utara Afrika dan Amerika Selatan¹³ .

Migrasi penduduk dan adanya perkawinan campuran antara berbagai kelompok etnis

telah mengembangkan thalassemia di hampir setiap negara di dunia, termasuk Eropa Utara

di mana sebelumnya thalassemia ternyata tidak ada dan sekarang thalassemia menjadi

masalah kesehatan umum utama. Diperkirakan 1.5% populasi dunia atau sekitar 80–90 juta orang carrier -thalassemia, dengan sekitar 60.000 anak lahir pertahun memiliki kasus

thalassemia, yang sebagian besar terjadi di dunia yang sedang berkembang¹³. Hemoglobin

E--thalassemia salah satu hemoglobinopati paling sering dijumpai diseluruh dunia. Insiden


(29)

Utara, prevalensi berkembang pesat. Penyakit α- talasemia sekarang juga sudah banyak dilaporkan. HbH, Hb Constants Spring , dan homozigot α-thalassemia mempengaruhi sekitar satu juta orang di seluruh dunia. 3% dari populasi di dunia (sekitar 150 juta orang ) memiliki

gen carrier -thalassemia³.

The distribution and the frequency (%) of

thalassemia beta carriers in Indonesia

1 Bat ak 9 P’ban g 3 Day ak 0 Banjar 1 Bali 3 S u mb a 8 M ’k as ar 5 B an g ka 8 J a v a 6 A lor 5 Bima 3 S as ak 4 M inan g 5 P’baru 5

Kaili M’hasa 2

A.S. Sofro & F. Lanni, University of Gajah Mada 4 6 4 3 6 4 33 7 1 2 -thalassemia HbE

Gambar 2-5: Distribusi dan frekuensi (%) carriers -Thalassemia di Indonesia (sumber: Thalassemia International Federation)

2.1.5. Diagnosis

Diagnosis thalassemia ditegakkan berdasarkan kriteria:

2.1.5.1. Anamnese

Dalam mendiagnosa thalassemia sangat penting mengetahui tentang riwayat penderita

dan keluarga, karena ada beberapa populasi dengan ras etnik tertentu memiliki frekuensi yang


(30)

2.1.5.2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik penderita thalassemia dapat dijumpai adanya tanda pucat yang

menunjukkan adanya anemia, ikterus adanya pembesaran organ seperti splenomegali,

hepatomegali, dan skeletal formation³⁰˒³ .

2.1.5.3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium meliputi, pemeriksaan darah lengkap (complete blood

count/CBC), khususnya memeriksa nilai eritrosit rerata seperti Mean Corpuscular Volume

(MCV), Mean corpuscular hemoglobin (MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin

Concentration (MCHC), Red Blood Cell Distribution Width (RDW). Pada pasien

thalassemia-α maupun thalassemia- menunjukan nilai MCV dan MCH yang rendah (Mikrositer hipokrom) dan mengalami anemia. Pada kasus -thalassemia trait mengalami anemia yang ringan³ ˒³ . Pemeriksaan laboratorium pada thalassemia diperlukan juga evaluasi sediaan hapusan darah tepi, badan inklusi HbH serta analisa hemoglobin dengan pemeriksaan

hemoglobin elektroforesis dengan menilai kadar HbA2 dan kadar HbF. Kuantitasi HbA2 yang

meningkat >3,5% mengidentifikasi suatu -thalassemia trait ¹⁰. Analisa hemoglobin selain hemoglobin elektroforesis yaitu dengan menggunakan HPLC. Mutasi yang terjadi sehingga

mengakibatkan diagnosis negatif palsu, maka pemeriksaan analisa genetik sangat diperlukan.

2.1.6 Patofisiologi

Patofisiologi yang mendasari antara jenis thalassemia hampir sama, ditandai dengan

penurunan produksi hemoglobin dan sel darah merah (RBC) , adanya kelebihan rantai globin

yang tidak efektif, akan menyebabkan bentuk homotetramers yang tidak stabil sehingga

memicu terjadinya heinz body. Alfa homotetramers pada -talasemia lebih tidak stabil daripada -homotetramers di α-talasemia dan sebelumnya akan terbentuk presipitasi pada RBC, menyebabkan kerusakan sel darah merah dan hemolisis yang berat oleh karena


(31)

patofisiologinya berdasarkan karena berkurang atau hilangnya rantai globin- yang akan mengakibatkan berlebihnya rantai-α. Maka akan terjadi penurunan produksi hemoglobin dan ketidak seimbangan rantai globin. Ini akan mengarah pada penurunan dari volume

hemoglobin (MCH) dan volume eritrosit (MCV)³. Pada thalassemia- yang berat, eritropoesis yang tidak efektif terjadi di sum-sum tulang akan meluas ke tulang-tulang normal dan

menyebabkan distorsi dari tengkorak kepala, tulang wajah dan tulang panjang. Aktivitas

proliferasi eritroid di ekstramedular, akan menyebabkan limfadenopati, hepatosplenomegali,

dan pada beberapa kasus terjadi tumor extramedular¹ ˒³ .

Tidak efektifnya eritropoesis yang berat pada anemia kronis dan hipoksia dapat

menyebabkan peningkatan absorbsi besi pada saluran pencernaan. Penderita thalassemia

homozigot atau pun thalassemia- heterozygot akan meninggal pada usia 5 tahun karena anemia yang berat. Namun transfusi menyebabkan penumpukan besi yang progressif oleh

karena ekskresi yang tidak baik¹ .


(32)

2.1.7 Komplikasi

Anemia pada pasien thalassemia umumnya berat disebabkan oleh karena tidak

efektifnya eritropoesis dan mengakibatkan hematopoesis ekstramedular pada hati, limpa, dan

tempat yang lain seperti paravertebral mass. Transmisi infeksi dapat terjadi oleh karena

transfusi (contohnya hepatitis B dan C) . Besi yang berlebihan dari transfusi menyebabkan

hemosiderosis dan meningkatnya penyerapan besi di saluran pencernaan. Besi yang

mengendap di jantung, hati, dan kelenjar endokrine akan menyebabkan kerusakan yang berat.

Aritmia dan gagal jantung, merupakan penyebab utama yang dapat menyebabkan pasien

thalassemia meninggal. Terganggunya pertumbuhan dan perkembangan oleh karena besi akan

menyebabkan kerusakan sumbu pituitary yang dapat terjadi tertundanya pertumbuhan

pubertas dan perkembangan seksual. Hampir 90% dari pasien thalassemiaa mayor memiliki

massa tulang yang rendah yang dikaitkan dengan tingginya kejadian fraktur¹ . Dapat terjadi

peningkatan resiko thromboembolik oleh karena adanya berbagai kelainan trombosit dan

faktor-faktor pembekuan². Telah banyak di laporkan komplikasi thromboembolik pada pasien


(33)

Gambar 2-7: Komplikasi yang terjadi pada thalassemia³³.

2.2 Hemoglobin A2 (HbA2)

Manusia dewasa memiliki darah normal yang terdiri dari fraksi hemoglobin HbA, HbF,

dan HbA2. HbA merupakan komponen mayor dari fraksi hemoglobin αβ β, dengan kadarnya 96,8%-97,8%, sedangkan komponen minor terdiri dari rantai globin αβϒ2 (HbF) dengan kadar <0,5%, dan αβδβ (HbAβ) dengan kadarnya β,β%-3,2%³⁰. Peningkatan Hemoglobin A2 merupakan parameter yang paling signifikan dalam mengidentifikasi -thalassemia trait³ . Distribusi HbA2 pada 200 orang sehat dengan menggunakan alat elekroforesis dengan media

celulosa acetate diperoleh HbA2 berkisar 1,5-3,5% (Weatherall et al,1971). Cutoff yang

banyak digunakan peneliti sebagai batas atas HbA2 pada populasi sehat adalah 3,5%, dan

digunakan juga selama penelitian ini untuk studi perbandingan. Selain pemeriksaan CBC

dalam mendiagnosa thalassemia- trait sangat penting dilakukan pemeriksaan kuantitasi dari HbA2, sehingga diperlukan presisi yang baik dalam metode kuantitasi HbA2. Ada beberapa


(34)

metode dalam pemeriksaan HbA2 yaitu Hemoglobin elektroforesis dengan media sellulose

asetat, kromatografi kolom mikro, high performance liquid chromatography (HPLC) dan

elektroforesis kapiler. International Committe for Standardization in haematology (ICSH)

menganjurkan metode terpilih dengan kromatografi mikro kolom karena memiliki ketelitian

yang baik dengan CV<4%. Elektroforesis kapiler (CE) mampu membedakan hemoglobin E

(HbE) dari HbA2, sehingga dapat membedakan dengan baik kuantifikasi HbA2 pada pasien


(35)

2.3Kerangka Konsep

Kadar MCV<80fl Kadar MCH <27 pg

Kadar HbA2 >3,5% Β-thalassemia trait


(36)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan metode potong lintang.

3.2. TEMPAT WAKTU DAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara / RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2012

sampai dengan September 2012.

3.3. POPULASI DAN SUBJEK PENELITIAN 3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah mahasiswa Akademi Analis D3 Banda Aceh yang

melakukan pemeriksaan kesehatan di laboratorium RSUP Haji Adam Malik Medan,

mahasiswa Akademi Tehnik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Medan dan mahasiswa

Akademi Pariwisata Medan yang melakukan pemeriksaan kesehatan di laboratorium Pramita

Medan.

3.3.2. Subjek Penelitian

Mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi.

3.4 KRITERIA PENELITIAN

3.4.1. Kriteria inklusi

1. Bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani

informed consent.


(37)

3.5 PERKIRAAN BESAR SAMPEL

Sampel dipilih berdasarkan non random sampling secara consecutive sampling

dengan jumlah sampel diambil secara total sampling.

3.6. ANALISA DATA

Analisa data dilakukan menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social

Sciences, Chicago, IL, USA) for Windows, data ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

3.7. BAHAN DAN CARA KERJA

3.7.1. Pengambilan Sampel

Sampel darah dari remaja yang melakukan pemeriksaan kesehatan di laboratorium

Pramita Medan dibawa ke laboratorium Patologi klinik RSUP.H.Adam Malik Medan untuk

dilakukan pemeriksaan Complete Blood Count (CBC) dan pemeriksaan kuantitasi HbA2

dengan metode hemoglobin elektroforesis kapiler.

Sampel darah diambil dari vena mediana cubiti. Tempat Punksi vena terlebih dahulu

dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering, kemudian dilakukan

punksi dengan menggunakan vacutainer EDTA 3 ml (5,4 mg).

3.7.2. Pengolahan dan Pemeriksaan Sampel 3.7.2.1. Pengolahan Sampel

Tabung K2EDTA yang telah diisi 3 ml darah dihomogenkan terlebih dahulu, untuk

pemeriksaan CBC dengan menggunakan Sysmex XT 2000i sebagai penyaringan indeks

hematologi untuk mendapatkan sampel mikrositer hipokrom dengan MCV<80 fl, MCH<27

pg (WHO,1994) , selanjutnya dilakukan pemeriksaan kuantitasi HbA2, dengan menggunakan

alat Minicapillary Electrophoresis dari Sebia (Sebia, Norcross,GA). Pada pemeriksaan nilai

kuantitasi HbA2 sebaiknya menggunakan darah segar untuk dianalisa. 3 ml darah K2EDTA

di sentrifus 15 menit 4.000 rpm. Selanjutnya plasma dibuang. Sebelum dilakukan


(38)

3.7.2.2. Pemeriksaan Indeks Hematologi

Sebanyak 3 mL darah dimasukkan kedalam tabung K2EDTA dan dihomogenkan

perlahan. Analisa dilakukan menggunakan automatic cell counting Sysmex XT-2000i untuk

memperoleh nilai MCV dan MCH dengan pemeriksaan CBC (complete blood count).

Pemeriksaan CBC terdiri dari kadar hemoglobin (Hb), jumlah eritrosit (RBC), leukosit

(WBC), hematokrit (HCT), nilai rata-rata eritrosit (MCV,MCH, MCHC, RDW), trombosit

(PLT). Pemeriksaan ini harus selesai dalam waktu 1 jam setelah pengambilan sampel.

3.7.2.3. Pemeriksaan Nilai Kuantitasi HbA2

Pemeriksaan nilai HbA2 dilakukan dengan menggunakan alat Minicapilarry

electrophoresis dari Sebia (Sebia, Norcross,GA). Sistem ini menggunakan prinsip

elektroforesis kapiler di dalam larutan bebas, dengan molekul yang bermuatan dipisahkan

berdasarkan mobilitas elektroforesis pada larutan bufer alkali dengan pH spesifik (pH 9,4).

Kecepatan migrasi tergantung aliran elektroosmotik yang bergerak menuju katoda, sehingga

akan menyebabkan aliran bufer dari anoda ke katoda. Pencacahan hemoglobin dipisahkan di

kapiler silica yag dideteksi dengan panjang gelombang 415 nm. Selanjutnya hasil dapat

dilihat dalam bentuk elektroforetrogram dan dievaluasi. Pada metode ini HbA2 dapat

dipisahkan dari HbE, HbC dan HbS . Untuk mendiagnosa β-Thalassemia Trait digunakan Cutoff HbA2 >3,5%.

Reagensia yang digunakan:

1. Bahan kontrol HbA2 normal (SEBIA, cat: PN 4778) yang berasal dari darah manusia

normal. Pada penelitian ini menggunakan 1 vial kontrol HbA2 normal dalam bentuk

lypholized. Selanjutnya kontrol HbA2 dilarutkan dengan 1 ml H2O, kemudian

dibiarkan selama 30 menit, dicampur jangan sampai berbusa. Kontrol yang telah

dicampur homogen, diletakkan kedalam aliquot yang masing-masing berisi 500 μl. Lalu disimpan di dalam kulkas dengan suhu -40⁰C.


(39)

2. Bufer dengan pH 9,4 (SEBIA, cat: PN 2207) stabil pada suhu 2-8⁰C dengan volume 250 ml.

3. Larutan hemolysing untuk mengencerkan dan melisiskan eritrosit dengan volume 250

ml.

4. Wash solution, untuk mencuci kapiler sebelum dan sesudah pemeriksaan

elektroforesis hemoglobin. Larutan wash solution sebanyak 25 ml ditambah air

suling 225 ml, sehingga volume wash solution menjadi 250 ml.

5. H2O

6. Reagen cup, untuk tempat sampel dan bufer.

7. Filter yang terdapat didalam bufer, dan wash solution

8. Label untuk larutan pelisis (hemolysing)

10.Label untuk larutan kontrol HbA2 normal

Alat :

1. Pipet tetes

2. Centrifuge

3. Aliquot

4. Vorteks

5. Tabung vakum 3 ml berisi antikoagulan EDTA

Cara Kerja:

1. Darah EDTA yang telah diputar dikeluarkan dari dalam

kulkas, dan ditunggu hingga sama dengan suhu ruangan.

2. Kontrol yang telah di larutkan, dikeluarkan dari dalam kulkas ,

hingga sama dengan suhu ruangan. Sebelum menjalankan

sampel terlebih dahulu menjalankan kontrol HbA2 normal.

3. Alat minicap dalam keadaan ready.


(40)

dilabel barcode kontrol di posisi 28 dan larutan hemolysing di

posisi 27. Tutup pintu maka alat akan secara otomatis

melakukan pemeriksaan.

5. Selanjutnya masukkan data kontrol dengan memasukkan

data lot reagen.

6. Setelah alat dalam keadaan ready kembali, maka hasil dapat

dilihat dengan menekan gambar grafik, dan hasil kontrol

HbA2 normal dapat dicetak. Sebelum sampel dikerjakan terlebih dahulu

kontrol HbA2 dikeluarkan dan hemolysing tetap berada di posisi 27.

7. Letakkan bahan pemeriksaan yang sebelumnya telah disentrifus 4000 rpm

selama 15 menit, dibuang plasma, pada posisi 1 dan seterusnya sesuai dengan

jumlah pasien yang akan diperiksa.

8. Alat ditutup dan secara otomatis melakukan pemeriksaan.

9. Setelah ready , hasil dapat dilihat di result eksplorer.

Selanjutnya dapat dimasukkan data pasien dan dicetak ².

3.8. PEMANTAPAN KUALITAS

3.8.1. Pemantapan kualitas pemeriksaan CBC

Dilakukan dengan menjalankan program kontrol pada Sysmex XT-2000i.

Menggunakan darah kontrol yang telah diketahui nilainya, yaitu rendah, normal dan

tinggi. Sebelum darah kontrol dianalisa, pastikan file pemantapan kualitas telah

disiapkan. Homogenkan darah kontrol dengan baik dan benar, lalu lakukan analisa.

Pastikan hasil pemantapan kualitas masuk ke dalam data nilai target. Lakukan analisa

darah control untuk ketiga sampel kontrol. Data hasil pemeriksaan akan tersimpan


(41)

3.8.2. Untuk pemantapan kualitas pada pemeriksaan HbA2.

Dilakukan dengan menjalankan kontrol Normal HbA2 . Setelah dianalisa maka

akan didapatkan nilai dari HbA dan HbA2. Nilai di masukkan kedalam box QC

medium, meliputi lot number, jumlah kapiler yang diperiksa serta nilai yang

didapatkan pada analisa kontrol tersebut. Kurva kontrol HbA2 normal terdiri dari HbA


(42)

Gambar 3.8 : Kontrol Normal HbA2 pada kapiler 1 dan kapiler 2

3.9. MASALAH ETIKA (ETHICAL CLEARANCE) DAN PERSETUJUAN

SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Penelitian ini dalam proses pengajuan untuk mendapatkan Ethical clearance

dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara Medan.

3.10. BATASAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

Mahasiswa

Seseorang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau


(43)

Thalassemia

Thalassemia yang dimaksud disini adalah thalassemia- trait, merupakan kelainan herediter yang ditandai dengan tidak adekuatnya sintesis dari satu atau lebih rantai

globin- .

MCV

MCV (Mean Corpuscular Volume) untuk mengetahui volume eritrosit rerata.

Nilai normal : 85-95 fl

MCH

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) untuk mengetahui banyaknya hemoglobin

dalam satu eritrosit rerata. Nilai normal : 28-32 pg

CBC

CBC (Complete Blood Count) untuk pemeriksaan darah lengkap, yang

terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, trombosit, leukosit , eritrosit , hematokrit

dan nilai eritrosit rerata.

HbA2

HA2 (Hemoglobin A2) merupakan salah satu fraksi hemoglobin yang terdapat

pada manusia dewasa normal. Nilai normal HbA2: 2,2-3,2% (SEBIA). Cutoff

yang banyak digunakan peneliti sebagai batas atas HbA2 pada populasi sehat

adalah 3,5%¹ .

Minicap Elektroforesis

Merupakan alat pemeriksaan elektroforesis full automatik dengan tingkat

ketelitian yang baik dengan metode kapiler, memerlukan darah minimal, dapat


(44)

3.11. KERANGKA KERJA

-Thalassemia Trait

Sampel darah N= 559

Pemeriksaan CBC

MCV<80 fl

MCH<27 pg MCH>27 pg MCV>80 fl

Pemeriksaan kadar HbA2

Pemeriksaan tidak dilanjutkan

Kadar Hb A2 >3,5%

Kadar Hb A2

≤3,5%

-Thalassemia-α

- -Thalassemia + Defisiensi besi -Defisiensi besi


(45)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil pengumpulan sampel

Dari hasil penelitian besar sampel yang dikumpul adalah 559 subjek dari mahasiswa

yang melakukan pemeriksaan kesehatan di laboratorium RSUP Haji Adam Malik Medan dan

laboratorium Pramita Medan, terdiri dari lelaki 302 (33,21%) dan perempuan 258 (66,78%),

yang berusia rata-rata 19,25±0,25.

Tabel 4.1 Karakteristik subjek menurut umur, jenis kelamin dan suku yang ikut dalam penelitian.

Karakteristik N (559) %

Umur Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan Suku - Batak - Jawa - Aceh - Melayu - Karo - Padang - Nias

19,25 ± 0,25

302 258 323 88 60 51 22 13 2 33,21 66,78 57,78 15,74 10,73 9,12 3,93 2,32 0,35

Persentase suku pada penelitian dijumpai suku batak relatif lebih dominan yaitu 323 subjek


(46)

4.2 Hasil Pemeriksaan Indeks Hematologi

Dari hasil pemeriksaan indeks hematologi dengan menggunakan alat Sysmex XT

2000i pada 559 sampel dijumpai 50 sampel mikrositer hipokrom (tabel 4.2)

Tabel 4.2.1 Gambaran indeks hematologi pada mikrositer hipokrom dan non mikrositer hipokrom.

Subjek MCV < 80 fl, MCH <27 pg (Mikrositer Hipokrom)

MCV>80 fl, MCH>27 pg (Non Mikrositer Hipokrom)

Jumlah (orang)

HGB (g/dl)

WBC (10³/mm³)

RBC (10⁶/mm³) HCT(%) MCV(fl) MCH (pg) MCHC (%) RDW (%) PLT (10³/mm³) 50 12,54±1,81 7.986±1.484 5,40±0,68 38,48±4,43 71,63 ±7,68 23,27 ±2,85 31,95 ±1,45 16,46 ±2,73 341.080 ±68.420 509 14,18±1,25 7.946±2.273 4,90±0,41 42,16±3,18 85,44±5,95 29,00±1,23 33,61±0,92 13,11±0,76 282.937±56.000

Dari hasil pemeriksaan indeks hematologi, dijumpai 50 sampel dijumpai mikrositer

hipokrom yang berdasarkan MCV<80fl dan MCH<27pg yang merupakan suatu carrier


(47)

Table 4.2.2 Gambaran indeks hematologi pada sampel Mikrositer Hipokrom berdasarkan Kuantitasi HbA2

Subjek HbA2≤ 3,5% HbA2>3,5%

Jumlah (orang)

HbA2 (%)

HGB (g/dl)

WBC (10³/mm³)

RBC (10⁶/mm³) HCT (%)

MCV (fl)

MCH (pg)

MCHC (%)

RDW (%)

PLT (10³/mm³)

40

1,90 ± 0,22

12,72±1,97 7.853±1,795 5,26±0,60 40,52±4,41 74,25±6,21 24,14±2,36 32,51±1,35 16,22±3,02 313.960±70,36 10

4,34 ± 0,25

11,68±0,80 8,552±1,943 5,83±0,31 40,00±1,90 62,66±3,41 20,11±2,18 32,02±1,94 17,27±1,99 351.560±42,85

Dari hasil pemeriksaan terhadap 50 sampel mikrositer hipokrom dijumpai 40 sampel

yang mempunyai kadar HbAβ≤γ,5% adalah kemungkinan pada subjek tersebut adanya suatu defisiensi besi, thalassemia-α, -thalassemia trait dengan defisiensi besi ataupun normal. Sampel yang mempunyai kadar HbA2>3,5% adalah sebanyak 10 sampel dengan nilai

rata-rata HbA2 (4,34 ± 0,25) yang merupakan suatu -thalassemia trait dengan persentase 1,8 %. Pada sampel -thalassemia trait dijumpai rata-rata hemoglobin 11,68±0,80, MCV 62,66 ± 3,41, MCH 20,11 ± 2,18 dan RDW 17,27 ± 1,99.


(48)

4.3. Hasil Pemeriksaan Minikapiler Elektroforesis

Tabel 4.3. Gambaran pemeriksaan hemoglobin elektroforesis pada β-thalassemia trait dan non-β-thalassemia trait.

β-thalassemia trait (10 orang) Non β-thalassemia trait (40 orang)

Hemoglobin (Hb) Mean±SD Hemoglobin (Hb) Mean±SD

Hb A 95,58 ± 0,19 Hb A 96,13 ± 4,35

Hb F 0,37 ± 0,12 Hb F 3,62 ± 4,42

Hb A2 4,34 ± 0,25 Hb E 22,92 ± 1,23

Hb A2 1,90 ± 0,22

Dari tabel 4.3 dijumpai rata-rata nilai Hb A pada -thalassemia trait (95,58 ± 0,19) dan Hb A2

(4,33 ± 0,25) . Pada penelitian ini dijumpai adanya hemoglobin E sebanyak 4 orang (0,72 %)

dengan nilai rata-rata Hb E (22,92 ± 1,23), dimana kadar HbE sudah terpisah dengan kadar


(49)

BAB 5

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti angka kejadian -thalassemia trait pada mahasiswa dengan melihat nilai MCV <80 fl dan MCH <27 pg. Dari 559 subjek mahasiswa

yang melakukan pemeriksaan kesehatan di laboratorium RSUP Haji Adam Malik Medan dan

laboratorium Pramita Medan, didapati data laki-laki 302 (33,21%) dan perempuan 258

(66,78%), yang berusia rata-rata 19,25±0,25 tahun. Distribusi etnik atau suku pada penelitian

ini dijumpai suku batak memiliki persentase yang terbesar yaitu 323 subjek (57,78%). Hal ini

sejalan dengan penelitian Ganie (2004) dengan jumlah etnis terbesar suku batak 503 subjek

(33,07%). Ini dimungkinkan karena adanya perkawinan antar etnis pada suku tersebut.

Sudah diketahui sejak lama bahwa metode skrining untuk uji saring awal pembawa

sifat thalassemia adalah pengukuran indeks hematologi yaitu dengan melihat nilai dari volume

sel eritrosit rata-rata (MCV) dan volume hemoglobin eritrosit rata-rata (MCH), dengan nilai

cut off MCV < 80 fl dan MCH <27 pg ³˒ ˒ ˒ . Ciri eritrosit pada carrier thalassemia umumnya mengalami mikrositer hipokrom sehingga akan dijumpai nilai MCV dan MCH

menurun. Dari penelitian dengan menggunakan automated hematology cell counter telah

terjaring 50 subjek dari 559 sampel yang mengalami mikrositer hipokrom dan dicurigai

sebagai carrier thalassemia, dengan nilai rata-rata MCV (71,63 ±7,68) dan MCH (23,27

±2,85) (tabel 4.2). Dari 50 sampel yang mengalami mikrositer hipokrom 10 orang dinyatakan

sebagai suatu -thalassemia trait dengan nilai rata-rata MCV (62,66±3,41) dan MCH (20,11±2,18).

Pembawa sifat thalassemia merupakan kemungkinan adanya thalassemia-α dan thalassemia- . Untuk membedakan thalassemia-α dan thalassemia- maka dilakukan pemeriksaan hemoglobin elektroforesis. Meningkatnya kadar HbA2 pada seseorang secara


(50)

klinik normal merupakan kriteria diagnostik -thalassemia trait. Pada -Thalassemia trait ditentukan berdasarkan kadar HbA2 dengan cut off HbA2>3,5%. Pengukuran kadar Hb A2

diakui sebagai suatu pemeriksaan yang paling penting untuk mengidentifikasi suatu -thalassemia trait. Ketepatan pengukuran HbA2 merupakan prasyarat dalam setiap program

skrining ˒ ˒ ˒ . Namun pada beberapa bentuk -thalassemia heterozigot mungkin memiliki HbA2 normal atau borderline HbA2 . Terjadinya peningkatan kadar HbA2 disebabkan

karena berkurangnya rantai globin , sehingga terjadi kompensasi peningkatan gen globin δ dan gen globin yang terletak pada cluster yang sama dengan gen globin ³. Penetapan fraksi HbA2 secara kuantitatif dengan ketetapan yang diterima adalah dengan metode

elektroforesis media selulosa asetat, kromatografi kolom mikro, HPLC atau dengan

mikrokapiler elektroforesis¹ ˒¹. Pada saat ini telah dikembangkan suatu metode mikrokapiler elektroforesis yang merupakan suatu tehnik yang efektif untuk pengukuran fraksi hemoglobin.

Pada metode ini dapat memisahkan selain hemoglobin normal juga dapat memisahkan fraksi

hemoglobin varian seperti hemoglobin S, C, E, atau D.

Pada penelitian ini, ada 50 sampel yang mikrositer hipokrom dan telah dilakukan

pemeriksaan hemoglobin elektroforesis dengan minicapillary electrophoresis dari Sebia

(Sebia, Norcross,GA), dijumpai 10 subjek dengan kadar HbA2 >3,5% dengan nilai rata-rata

HbA2 4,34 ± 0,25 (1,8%) dan dinyatakan sebagai -thalassemia trait. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ganie,RA tahun β00δ angka kejadian -thalassemia trait di Medan yang dijumpai pada penelitian tersebut sebanyak 4,07%, lebih tinggi dari pada

penelitian ini, hal ini disebabkan mungkin oleh karena metode penelitian yang berbeda,

dimana pada penelitian oleh Ganie RA, terdiri dari 1.521 subjek penelitian yang berasal dari

populasi donor darah yang terdiri dari berbagai macam suku yang berdomisili di kota medan

(Batak, Jawa, Cina, Melayu, Minangkabau, Aceh dan Nias). Pada penelitian tersebut metode


(51)

penelitian Sofro,AS dan Lanni,F dijumpai persentase -thalassemia trait di Sumatera

khususnya Medan sebesar 1,5% .

Dari 50 subjek mikrositer hipokrom dijumpai δ0 subjek memiliki kadar HbAβ≤γ,5%, dengan rata-rata nilai HbAβ 1,90±0,ββ. Dengan melihat kadar HbAβ yang rendah ≤γ,5% kemungkinan pada subjek tersebut adanya suatu defisiensi besi, thalassemia-α dan -thalassemia trait dengan defisiensi besi ataupun normal. Pada --thalassemia trait dengan

defisiensi besi kadar HbA2 akan mengalami penurunan, namun pada penelitian ini peneliti

belum bisa membuktikan adanya defisiensi besi karena keterbatasan penelitian ini tidak

dilakukan adanya pemeriksaan status besi pada subjek mikrositer hipokrom. Yang menarik

dalam penelitian ini, dengan metode minicapillary electrophoresis fraksi HbA2 sudah terpisah

dari fraksi HbE dan dari sampel mikrositer hipokrom non- -thalassemia trait (40 orang) di

jumpai adanya nilai hemoglobin E sebanyak 4 orang (0,71%) dengan nilai rata-rata Hb E

(22,92 ± 1,23) dan dinyatakan sebagai Hemoglobin E . Hemoglobin E merupakan salah satu

hemoglobin varian yang paling umum dijumpai dikawasan Asia Tenggara. Haemoglobin E

adalah varian rantai dimana adanya kelainan rantai globin pada asam amino ke β6 yang ditandai oleh adanya pergantian asam amino glutamat menjadi lysin (αβ β² ᴳᴵᵘ

ᴸʸᶳ ). Ini terjadi oleh karena adanya mutasi yang mengganggu proses splicing pada sintesis rantai globin ² ˒ ¹˒ ².

Secara keseluruhan hasil skrining dari 559 sampel darah diperoleh subjek mikrositer


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi carrier thalassemia pada

mahasiswa yang melakukan pemeriksaan kesehatan (559 orang) dijumpai sekitar 8,94 % (50

orang ) yang mengalami mikrositer hipokrom . Setelah dilakukan pemeriksaan kuantitasi

HbA2 dengan menggunakan mikrokapiler elekroforesis (Sebia, Norcross,GA), maka dijumpai

rata-rata kadar HbA2 4,34 ± 0,25 (1,78%) yang merupakan suatu -thalassemia trait dan dijumpai juga hemoglobin E variant 0,71% dengan rata-rata 22,92 ± 1,23 yang nilainya

sudah terpisah dari kadar HbA2.

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian skrining thalassemia selanjutnya dengan populasi yang

lebih luas untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat. Idealnya skrining dilakukan sebelum

memiliki anak sehingga dapat menginformasikan kemungkinan mendapat anak dengan

thalassemia dan dapat melakukan pilihan yang tepat untuk menghindarinya dengan


(53)

RINGKASAN

Penyakit Thalassemia merupakan kelainan genetik yang tersebar di belahan Dunia

termasuk di Indonesia , karena Indonesia termasuk dalam daerah sabuk Thalassemia (

Thalassemia Belt ) . Terdapat lebih dari 200 mutasi thalassemia- yang telah diakui dan terjadi dalam berbagai kelompok etnis . Thalassemia- dapat terjadi oleh karena hilangnya atau berkurangnya produksi dari rantai globin- . Pembawa sifat thalassemia (β-thalassemia trait ) tidak memiliki penyakit. Mereka tidak menampakkan gejala fisik atau mental dan tidak

memerlukan diet khusus atau perawatan medis. Perkawinan antara β-thalassemia trait dapat menyebabkan seorang anak dengan thalassemia mayor dimana akan membutuhkan

pengobatan suportif seperti transfusi darah dan kelasi besi seumur hidup. Angka kejadian β -thalassemia trait di Asia Tenggara bervariasi berkisar antara 2,2 % - 16 % , begitu juga di

Indonesia angka kejadiannya bervariasi antara 3 % - 8 % . Pencegahan thalassemia dapat

berupa edukasi , skrining carier, konseling genetika pranikah dan diagnosis prenatal.

Berdasarkan latar belakang diatas sangat diperlukan deteksi awal untuk pencegahan

thalassemia yang terutama ditujukan untuk menurunkan jumlah bayi lahir dengan beta

thalassemia mayor dengan melakukan skrining pra nikah.

Telah dilakukan penelitian untuk mendapatkan angka kejadian β-thalassemia trait pada mahasiswa yang melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan mikrokapiler

elektroforesis, dengan menggambarkan karakteristik subjek menurut umur, jenis kelamin,

suku, serta untuk mendapatkan nilai rata-rata MCV, MCH dan HbA2. Penelitian ini

merupakan penelitian observational dengan metode potong lintang, yang dilakukan di

Departemen Patologi Klinik RSUP Haji Adam Malik Medan, pada bulan Juli s/d September

2012, jumlah subjek penelitian 559. Pemeriksaan meliputi FBC (full Blood count) untuk

mendapatkan sampel mikrositer hipokrom (MCV<80 fl, MCH<27 pg), kemudian dilakukan

pemeriksaan kuantitasi HbA2 pada sampel mikrositer hipokrom dengan menggunakan metode


(54)

Dari 559 sampel, dijumpai lelaki 33,21%, perempuan 66,78%, rata-rata umur 19,25  0,25 tahun, dengan persentase berdasarkan suku yaitu suku Batak 57,78%, Jawa 15,74%,

Aceh 10,73, Melayu 9,12%, Karo 3,93%, Padang 2,32% dan suku Nias 0,35%. Pada hasil

pemeriksaan indeks hematologi, dijumpai 50 subjek mikrositer hipokrom, dengan rata-rata

MCV 71,63±7,68 dan MCH 23,27±2,85, dari hasil pemeriksaan kuantitasi HbA2 pada subjek

mikrositer hipokrom dijumpai 10 subjek dengan nilai rata-rata HbA2 (4,34 ± 0,25) yang

merupakan suatu -thalassemia trait (1,8 %) dengan rata-rata MCV (62,66 ± 3,41), MCH (20,11 ± 2,18) dan juga dijumpai 4 subjek hemoglobin E (0,7% ).

Perlu dilakukan penelitian skrining thalassemia selanjutnya dengan populasi yang lebih luas

untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat. Idealnya skrining dilakukan sebelum memiliki

anak sehingga dapat menginformasikan kemungkinan mendapat anak dengan thalassemia dan

dapat melakukan pilihan yang tepat untuk menghindarinya dengan melakukan diagnosis


(55)

DAFTAR PUSTAKA

1. Weatherall, DJ. The Thalassemias. Williams hematology. 6th edition. Mc-Graw

Hill,November 2000.2

2. Weatherall, DJ, Clegg Jb. Thalassemia Syndromes. 4rd edition.Blackwell

science.UK.2001

3. Pignatti CB, Galanello R.Thalassemias and Related disorders: Quantitative Disorderd

of Hemoglobin Synthesis. In: Wintrobe’s Clinical Hematology. Lipincot Williams & Wilkins. Philadelphia.2009;C 39:p.1084-1130

4. Langlois S, Ford JC, Chitayat D. Carrier Screening for Thalassemia and

Hemoglobinopathies in canada. Joint SOGC-CCMG Clinical Practice Guidline 2008,

218: 950-959

5. World Health Organization/Thalassemia International Federation. Prosiding dari: Joint

meeting on the prevention and control of haemoglobinopathies. Nicosia-cyprus: World

Health Organization/Thalassemia International Federation, 1994:20

6. World Health Organization/Thalassemia International Federation. Prosiding dari: Joint

meeting on the prevention and control of haemoglobinopathies. Nicosia-cyprus: World

Health Organization/Thalassemia International Federation, 2007:1

7. Thalassemia International Federation. 2012 Activity Plan, 2012:5

8. Elizabeth G. Genotype-phenotype Diversity of Beta-Thalassemia in malaysia:

Treatment Options and Emerging Therapies.

9. Galanello R, Eleftheriou A, Synodinos JT, Old J, Petrou M, Angastiniotis M. In:

Prevention of Thalassemias and other Haemoglobin Disorders. Thalassemia

International Federation. Nicosia Cyprus:2005

10.Health Technology Assessment Indonesia Pencegahan Thalassemia. Irjen Bina


(56)

11.Wahidayat I, Wahidayat PA. Genetic problems at present and their challenges in the

future: Thalassemia as a model. Pediatrica Indonesiana. 2006:189-194

12.Ganie RA, in : Kajian DNA thalassemia Alpha di Medan. USU press. 2004.

13.Eleftheriou A. What is the thalassemia. Thalassaemia International Federation.

Nicosia-Cyprus, 2003.

14.Wirawan R. Analisa Hemoglobin dengan cara konvensional dan mikrokapiler

elektroforesis. Jakarta. Balai Penerbit FKUI, 2011;h.78.

15.Old J, Synodinos JT, Galanello R, Petrou M, Angastiniotis M. Prevention of

Thalassaemias and other Haemoglobin Disorders. Thalassaemia International

Federation. Nicosia-Cyprus; 2004

16.Higgins TN, Kajuria A, and Mack M, Quantification of HbA2 in Patient With and

Without -Thalassemia and in the presence of HbS, HbC, HbE, and HbD Punjab Hemoglobin Variants. Comparison of two System. Am J Clin Pathol

2009;131:357-362.

17.Yang Z, Chaffin CH, Easley PL, Thigpen B, and Reddy VV,MD. Prevalence of

Elevated hemoglobin A2 Measured by the CAPILLARYS System. Am J Clin Pathol,

2009;1311:42-48.

18.Srivorakun H, Fucharoen G, Changtrakul Y, Komwilaisak P, n Fucharoen S.

Thalassemia and hemoglobinopathies in Southeast Asian newborns: diagnostic

assessment using capillary electrophoresis system. Clinical Biochemistry. Published

by Elsevier Inc. 2011; 406-411.

19.Rachmilewitz EA, and Giardina PJ. How I Treat Thalassemia, in:How I Treat. Blood,

2011;3479-3488.


(57)

21.Giordano PC. Carrier Diagnostic and Prevention of Hemoglobinopathies Using

Capillary Electrophoresis. In: Companioin Handbook for the physician, the laboratory

doctor and tge genetic counselor. Paris: Laboratories SEBIA. 2007

22.Bain BJ. Haemoglobin and the genetic of haemoglobin synthesis, in:

Haemoglobinopathy. Second Edition. Blackwell Publishing. 2006;p.1-25

23.Bernard G.Forget and Ross C.Hardison. The Normal Structure and Regulation of

Human Globin Gene Cluster, in: Disorders of Hemoglobin. Genetics,

Pathophysiology, and Clinical. Cambridge University Press. New York. 2009;p.46-61

24.About Alpha Thalassemia. In: Hemoglobin Disorders Hemoglobinopathies.

Thalassemia International Federation. 2007.

25.Ghodekar SR, Gramurohit ND, Kadam SS, and Thorat RM. Thalassemia: A Review.

International Journal of Pharma research and Development-Online (IJPRD).2010.

26.Dimitris L,Leukopoulos. Haemoglobinophaties. Macmillan Plubisher Ltd. 2002.

27.Weatherall DJ. Fortnightly review: The Thalassemias. BMJ, 1997; 1-21.

28.John M,Old. DNA Diagnosis of Hemoglobin Mutations. In:Hemoglobin Disorde

Molecular and Protocols. Humana Press Inc. Totowa,NJ,2003,Vol 82; 101-108.

29.Bernard G, Forget MD. Progress in Understanding the Hemoglobin Switch. N Engl J

Med 2011;365:9

30.Chui DH, Cunningham MJ, Lou Hy, Wolf LC, Neufeld EJ, and Steinberg MH.

Screening and counseling for Thalassemia. Blood 2006;vol 107.Number 4

31.Bain BJ. The α, , δ dan Thalassaemias and related conditions, in: Hemoglobinopathy. Second Edition. Blackwell Publishing.2006;p:63-138

32.Rozenberg G. Haemoglobin Disrorders, in: Microscopic 3e Haematology a Practical

Guide for The Laboratory. Elsevier. Australia. 2011;p:23-33


(1)

Lampiran 6

Data Sampel β-Thalassemia Trait Pada Mahasiswa Yang Melakukan Pemeriksaan Kesehatan dengan Kriteria MCV<80 fl, MCH<27 pg

dan Kadar HbA2 >3,5% (10 orang)

NO No.Urut Penelitian

Jenis Kelamin

SUKU UMUR HGB (g/dl) WBC (10³/mm³) HCT (%) RBC (10⁶/mm³)

MCV (fl) MCH (pg) MCHC (%) PLT (10³/mm³) RDW (%) HbA (%) HbF (%) HbA2 (%)

1 12G010048M Perempuan Batak 18 11,3 9.470 35,8 6,07 59,0 19 31,6 294.000 18,1 94.9

5.1

2 12G010174M Laki-laki Batak 18 14,0 7.640 42,1 5,69 74,0 25 33,3 362.000 14,7 95.6 0.3 3.7

3 12G010201M Perempuan Batak 20 11,5 10.380 35,5 5,94 59,8 19 32,4 419.000 17,0 95

5

4 12G010216M Perempuan Jawa 19 12,1 9.270 36,5 6,26 58,3 19 33,2 340.000 18,1 95

5

5 12F030020M Perempuan Batak 19 12,6 7.990 37,4 5,38 69,5 23 33,7 335.000 14,2 95.2 0.5 4.3

6 12F030035M Perempuan Nias 20 12,5 7.460 38,2 5,98 63,9 21 32,7 388.000 16,5 94.9 0.3 4.9

7 12F030060M Perempuan Batak 18 12,0 8.590 36,9 5,34 69,1 23 32,5 439.000 16,2 95.7

4.3

8 12F030132M Perempuan Batak 19 12,5 8.060 38,3 5,25 73,1 24 32,6 283.000 14,8 95.8

4.2

9 49 Perempuan Aceh 20 10,5 7.260 36,2 6,12 59,2 17,2 29,0 450.000 20,1 95.9 4.1


(2)

52

Lampiran 7

Data Sampel Hemoglobin E Pada Mahasiswa Yang Melakukan Pemeriksaan Kesehatan dengan Kriteria MCV<80 fl, MCV<27 pg dan Kadar Hb E rata-rata 22,92 ± 1,23 (4 orang)

NO No.Urut Penelitian

Jenis Kelamin

SUKU UMUR HGB (g/dl)

WBC (10³/mm³)

HCT (%)

RBC (10⁶/mm

³)

MCV (fl)

MCH (pg)

MCHC (%)

PLT (10³/mm³)

RDW (%)

HbA (%)

HbF (%)

HbE (%)

HbA2 (%)

1 12G010004M M Jawa 18 15,0 4.760 44,6 6,07 73,5 25 33,6 236.000 15,0 76

21.8 2.2 2 12G010119M F Melayu 19 13,3 9.020 39,2 5,41 72,5 25 33,9 328.000 14,2 76.4

21.5 2.1 3 12G010215M F Batak 18 12,7 7.230 38,8 5,06 76,7 25 32,7 271.000 15,0 73.4

24.3 2.2 4 12F030113M F Batak 18 12,9 9.410 39,6 5,40 73,3 24 32,6 486.000 14,8 73.7

23.8 2.4


(3)

Lampiran 8

QC HEMATOLOGY (24 JULI-12 SEPTEMBER 2012)

Bulan Hb WBC RBC

Level 1

UL : 5.8 SD : 0.05 UL : 3.21 SD : 0.091 UL : 2.38 SD : 0.021

Target : 5.6 Mean : 5.7 Target : 2.92 Mean : 2.92 Target : 2.27 Mean : 2.30

LL : 5.4 CV : 0.9 LL : 2.63 CV : 3.1 LL : 2.16 CV : 0.9

Level 2

UL : 12.2 SD : 0.09 UL : 7.42 SD : 0.126 UL : 4.59 SD : 0.028

Target : 12.2 Mean : 12.3 Target : 7.00 Mean : 7.09 Target : 4.37 Mean : 4.41

LL : 11.8 CV : 0.9 LL : 6.58 CV : 1.8 LL : 4.15 CV : 0.6

Level 3

UL : 16.8 SD : 0.10 UL : 19.50 SD : 0.220 UL : 5.50 SD : 0.025

Target : 16.3 Mean : 16.4 Target : 18.40 Mean : 18.44 Target : 5.24 Mean : 5.29

LL : 15.8 CV : 0.6 LL : 17.30 CV : 1.2 LL : 4.98 CV : 0.5

HCT MCV MCH

Level 1

UL : 18.6 SD : 0.21 UL : 81.0 SD : 0.65 UL : 25.9 SD : 0.25

Target : 17.5 Mean : 17.8 Target : 77.1 Mean : 77.3 Target : 24.7 Mean : 24.8

LL : 16.4 CV : 1.2 LL : 73.2 CV : 0.8 LL : 23.5 CV : 1.0

Level 2

UL : 37.9 SD : 0.39 UL : 86.6 SD : 0.54 UL : 29.3 SD : 0.21

Target : 36.1 Mean : 36.8 Target : 82.5 Mean : 83.3 Target : 27.9 Mean : 27.9

LL : 34.3 CV : 1.1 LL : 78.4 CV : 0.6 LL : 26.5 CV : 0.8

Level 3

UL : 50.1 SD : 0.35 UL : 95.6 SD : 0.61 UL : 32.7 SD : 0.21

Target : 47.7 Mean : 48.6 Target : 91.0 Mean : 91.8 Target : 31.1 Mean : 31.0


(4)

54

MCHC RDW-CV PLT

Level 1

UL : 33.9 SD : 0.41 UL : 18.6 SD : 0.13 UL : 77 SD : 4.9

Target : 32.0 Mean : 32.1 Target : 16.2 Mean : 16.1 Target : 55 Mean : 62

LL : 30.1 CV : 1.3 LL : 13.8 CV : 0.8 LL : 33 CV : 7.9

Level 2

UL : 35.8 SD : 0.35 UL : 17.8 SD : 0.08 UL : 236 SD : 5.5

Target : 33.8 Mean : 33.5 Target : 15.5 Mean : 15.3 Target : 205 Mean : 215

LL : 31.8 CV : 1.0 LL : 13.2 CV : 0.5 LL : 174 CV : 2.6

Level 3

UL : 36.3 SD : 0.31 UL : 16.4 SD : 0.11 UL : 549 SD : 9.4

Target : 34.2 Mean : 33.8 Target : 14.3 Mean : 14.2 Target : 486 Mean : 490

LL : 32.1 CV : 0.9 LL : 12.2 CV : 0.8 LL : 423 CV : 1.9


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : dr. Nuryanti

NIP : 19740810 200604 2 010

Pangkat/Golongan : Penata/ III/c

Tempat/Tgl. Lahir : Marbau Selatan, 10 Agustus 1974

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Medan Area Selatan Gang Amsin no.406A

Medan 20216

II.KELUARGA

Nama Bapak : alm. Bagio

Nama Ibu : Hj. Nurhaidah Br.Simorangkir

Nama Suami : Ade Yuliandra SE

Nama Anak : 1. Dzaki Fadillah

2. Rafi Aulia

III. PENDIDIKAN

1. SDN 112315 : Tahun 1987

2. SMP Negeri I Marbau : Tahun 1990

3. SMA UISU Medan : Tahun 1993

4. Fak. Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara : Tahun 2002

5. Mengikuti Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP. H. Adam Malik Medan, mulai : 1 April 2010 s/d Sekarang.


(6)

56

IV. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Dokter PTT di Puskesmas Pembantu Suka Maju Binjai Barat, Kota Binjai, Sejak 1 April 2004 s/d 2007

2. CPNS di Puskesmas Kebun Lada Kota Binjai, sejak 1 April 2006 3. PNS di Puskesmas Kebun Lada Kota Binjai, sejak 1 April 2008 s/d

sekarang

V. ORGANISASI

1. Anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia)

2. Anggota PDS PATKLIN (Perkumpulan Dokter Spesialis Patologi Klinik)

V. PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH

1. Presentasi oral pada kegiatan “ The 7ᵗʰ National Convention of The

Indonesian Society of Haematology and Blood Transfusion (PHTDI)” 2. Poster presentator pada kegiatan KONKER VII & PIT TKLIN

INDONESIA di Surabaya, 12-13 Oktober 2012

VI. PELATIHAN/WORKSHOP

1. Workshop Biomolekuler: Pemeriksaan Biomolekuler dengan Teknik Lightcycler

Realtime PCR,9 Agustus 2010

2. The 7th PHTDI - Workshop: Hemophilia and Supportive Treatment in Cancer, 7 Oktober 2011

3. The 7th PHTDI - Workshop: Thalassemia and Blood Transfusion, , 7 Oktober 2011 4. The 7th National Convention of the Indonesian Society of Haematology and Blood

Transfusion (PHTDI) : “The Malacca Strait Haematology-Oncology Symposia 5. Workshop : Hemostasis. PKB Patologi Klinik - Regional Sumbagut, 14 Mei 2012

6. Simposium : PKB Patologi Klinik - Regional Sumbagut, 15-16 Mei 2012