Patofisiologi Komplikasi THALASSEMIA 1. Defenisi

14

2.1.5.2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik penderita thalassemia dapat dijumpai adanya tanda pucat yang menunjukkan adanya anemia, ikterus adanya pembesaran organ seperti splenomegali, hepatomegali, dan skeletal formation³ ⁰˒³ .

2.1.5.3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium meliputi, pemeriksaan darah lengkap complete blood countCBC, khususnya memeriksa nilai eritrosit rerata seperti Mean Corpuscular Volume MCV, Mean corpuscular hemoglobin MCH, Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration MCHC, Red Blood Cell Distribution Width RDW. Pada pasien thalassemia- α maupun thalassemia- menunjukan nilai MCV dan MCH yang rendah Mikrositer hipokrom dan mengalami anemia. Pada kasus -thalassemia trait mengalami anemia yang ringan³ ˒³ . Pemeriksaan laboratorium pada thalassemia diperlukan juga evaluasi sediaan hapusan darah tepi, badan inklusi HbH serta analisa hemoglobin dengan pemeriksaan hemoglobin elektroforesis dengan menilai kadar HbA2 dan kadar HbF. Kuantitasi HbA2 yang meningkat 3,5 mengidentifikasi suatu -thalassemia trait ¹ ⁰. Analisa hemoglobin selain hemoglobin elektroforesis yaitu dengan menggunakan HPLC. Mutasi yang terjadi sehingga mengakibatkan diagnosis negatif palsu, maka pemeriksaan analisa genetik sangat diperlukan.

2.1.6 Patofisiologi

Patofisiologi yang mendasari antara jenis thalassemia hampir sama, ditandai dengan penurunan produksi hemoglobin dan sel darah merah RBC , adanya kelebihan rantai globin yang tidak efektif, akan menyebabkan bentuk homotetramers yang tidak stabil sehingga memicu terjadinya heinz body . Alfa homotetramers pada -talasemia lebih tidak stabil daripada -homotetramers di α-talasemia dan sebelumnya akan terbentuk presipitasi pada RBC, menyebabkan kerusakan sel darah merah dan hemolisis yang berat oleh karena eritropoesis yang tidak efektif serta hemolisis ekstramedular¹ . Pada -thalassemia Universitas Sumatera Utara 15 patofisiologinya berdasarkan karena berkurang atau hilangnya rantai globin- yang akan mengakibatkan berlebihnya rantai- α. Maka akan terjadi penurunan produksi hemoglobin dan ketidak seimbangan rantai globin. Ini akan mengarah pada penurunan dari volume hemoglobin MCH dan volume eritrosit MCV³. Pada thalassemia- yang berat, eritropoesis yang tidak efektif terjadi di sum-sum tulang akan meluas ke tulang-tulang normal dan menyebabkan distorsi dari tengkorak kepala, tulang wajah dan tulang panjang. Aktivitas proliferasi eritroid di ekstramedular, akan menyebabkan limfadenopati, hepatosplenomegali, dan pada beberapa kasus terjadi tumor extramedular¹ ˒³ . Tidak efektifnya eritropoesis yang berat pada anemia kronis dan hipoksia dapat menyebabkan peningkatan absorbsi besi pada saluran pencernaan. Penderita thalassemia homozigot atau pun thalassemia- heterozygot akan meninggal pada usia 5 tahun karena anemia yang berat. Namun transfusi menyebabkan penumpukan besi yang progressif oleh karena ekskresi yang tidak baik¹ . Gambar 2-6 : Patofisiologi¹ . Universitas Sumatera Utara 16

2.1.7 Komplikasi

Anemia pada pasien thalassemia umumnya berat disebabkan oleh karena tidak efektifnya eritropoesis dan mengakibatkan hematopoesis ekstramedular pada hati, limpa, dan tempat yang lain seperti paravertebral mass. Transmisi infeksi dapat terjadi oleh karena transfusi contohnya hepatitis B dan C . Besi yang berlebihan dari transfusi menyebabkan hemosiderosis dan meningkatnya penyerapan besi di saluran pencernaan. Besi yang mengendap di jantung, hati, dan kelenjar endokrine akan menyebabkan kerusakan yang berat. Aritmia dan gagal jantung, merupakan penyebab utama yang dapat menyebabkan pasien thalassemia meninggal. Terganggunya pertumbuhan dan perkembangan oleh karena besi akan menyebabkan kerusakan sumbu pituitary yang dapat terjadi tertundanya pertumbuhan pubertas dan perkembangan seksual. Hampir 90 dari pasien thalassemiaa mayor memiliki massa tulang yang rendah yang dikaitkan dengan tingginya kejadian fraktur¹ . Dapat terjadi peningkatan resiko thromboembolik oleh karena adanya berbagai kelainan trombosit dan faktor-faktor pembekuan². Telah banyak di laporkan komplikasi thromboembolik pada pasien thalassemia, menggambarkan adanya thrombotik di otak ³ ˒³ . Universitas Sumatera Utara 17 Gambar 2-7 : Komplikasi yang terjadi pada thalassemia³³.

2.2 Hemoglobin A2 HbA2

Manusia dewasa memiliki darah normal yang terdiri dari fraksi hemoglobin HbA, HbF, dan HbA2. HbA merupakan komponen mayor dari fraksi hemoglobin αβ β, dengan kadarnya 96,8- 97,8, sedangkan komponen minor terdiri dari rantai globin αβϒ2 HbF dengan kadar 0,5, dan αβδβ HbAβ dengan kadarnya β,β-3,2³⁰. Peningkatan Hemoglobin A2 merupakan parameter yang pali ng signifikan dalam mengidentifikasi -thalassemia trait³ . Distribusi HbA2 pada 200 orang sehat dengan menggunakan alat elekroforesis dengan media celulosa acetate diperoleh HbA2 berkisar 1,5-3,5 Weatherall et al,1971. Cutoff yang banyak digunakan peneliti sebagai batas atas HbA2 pada populasi sehat adalah 3,5, dan digunakan juga selama penelitian ini untuk studi perbandingan. Selain pemeriksaan CBC dalam mendiagnosa thalassemia- trait sangat penting dilakukan pemeriksaan kuantitasi dari HbA2, sehingga diperlukan presisi yang baik dalam metode kuantitasi HbA2. Ada beberapa Universitas Sumatera Utara