112 dikuasikan dalam diatonik adalah nada F, F, Es atau sol sol fa.
Permainan kenong, kempul, dan gong tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang
berbunyi sama yaitu nada sol. 11.
Pada lagu birama 31-32 Melodi lagu vokal adalah re mi mi, sedangkan kenong dimainkan
sesuai dengan seleh yaitu nada 5 ma, kempul dipukul di nada 6 nem, dan gong suwukan adalah nada 2 ro. Apabila dikuasikan
dalam diatonik adalah nada A, Bes, Es atau si do fa. Permainan kenong, kempul dan gong tersebut tidak mengandung unsur
sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron.
12. Pada akhir lagu birama 33 dipukul gong ageng sebagai tanda
berakhirnya lagu. Gong ageng bernada 5 ma sangat besarsangat bawah atau apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada A atau
si.
3. Percampuran harmoni antara lagu diatonik dan iringan pentatonik
dari serangkaian instrumen gamelan
Ditinjau secara diatonis, lagu morena yang dibawakan oleh pesinden adalah dinyanyikan dengan dasar nada G minor. Berikut adalah
tangganada dari G minor :
113 Gambar 36. Tangganada G minor
dok. Marlina 2015
Lagu morena merupakan lagu diatonis, dapat dilihat pada melodi lagu dimana nada do sampai dengan si semua dipakai, kecuali hanya nada
fa yang tidak dipakai. Berikut adalah melodi lagu Morena beserta lirik dan akord dalam diatonik :
114 Gambar 37. Melodi lagu Morena beserta lirik dan akord dalam
diatonis dok. Marlina 2015
Dari melodi lagu diatas dapat dilihat bahwa sepenuhnya lagu morena adalah merupakan lagu diatonik, yang sangat tidak
dimungkinkan untuk diiringi menggunakan alat musik pentatonis seperti gamelan. Namun pada kenyataannya hal tersebut bisa dilakukan. Suatu
jenis kesenian baru yang timbul akibat percampuran keduanya yakni kesenian Musik Badutan.
Percampuran melodi antara serangkaian instrumen gamelan dengan melodi vokal pada suatu lagu menciptakan suatu harmoni dari
115 kesenian musik Badutan yang khas dan tidak dimiliki oleh kesenian yang
lain. Berikut adalah contoh potongan harmoni hasil dari percampuran melodi pada serangkaian instrumen gamelan dengan vokal pada lagu
morena lihat lampiran 5 :
116 Gambar 38. Contoh potongan harmoni hasil dari percampuran
melodi pada serangkaian instrumen gamelan dengan vokal pada lagu morena
dok. Marlina 2015 Pada gambar diatas tampak sangat jelas adanya percampuran nada-nada
pentatonis dengan diatonis pada saat mulai bait pertama hingga reff dimana vokal lagu diatonis sudah masuk. Secara pentatonik perpindahan
akord diatur oleh adanya notasi yang dibuat berdasarkan seleh nada.
117 Berikut adalah percampuran harmoni yang terbentuk jika diurutkan
sesuai dengan urutan lagu : 1
Pada lagu birama 1-2 dan 5-6 seleh nada jatuh di nada 4 pat, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a Saron barung imbal dinada 7 pi, 6 nem, 5 ma, 4 pat atau
apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada C, Bb, A, Gis. b
Saron penerus dipukul pada nada 6 nem dan 5 ma atau dikuasikan dalam diatonis adalah Bb dan A.
c Saron demung 4 pat dan 5 ma apabila dikuasikan dalam
diatonis adalah Gis dan Bb. d
Bonang barung dipukul dinada 4 pat dan bonang penerus dipukul dinada 2 ro apabila dikuasikan dalam diatonis adalah
nada Gis dan Es. e
Kenong dipukul di nada 4 pat atau bila dikuasikan dalam diatonis Gis.
f Kempul dipukul dinada 6 nem atau bila dikuasikan dalam
diatonis adalah Bb. g
Gong suwukan adalah bernada 2 ro atau bila dikuasikan diatonis adalah nada Es.
Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu
diatonis yang harusnya jatuh pada akord VI diganti dengan penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada
118 diantaranya adalah C, Bb, A, Gis, dan Es.
2 Pada lagu birama ke 3-4, 7-8, 19-20, 23-24, dan 27-28 seleh nada
jatuh di nada 3 lu, dapat dijelaskan sebagai berikut : a
Saron barung imbal di nada 7 pi, 6 nem, 5 ma, 3 lu atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah C, Bb, A, F.
b Saron penerus dipukul di nada 3 lu dan 5 ma atau apabila
dikuasikan dalam diatonis adalah F dan A. c
Saron demung dipukul imbal dinada 3 lu dan 5 ma atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah F dan A.
d Bonang barung dipukul di nada 3 lu dan bonang penerus dipukul
di nada 2 ro atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah F dan Es.
e Kenong dipukul di nada 3 lu atau bila dikuasikan dalam diatonis
adalah F. f
Kempul dipukul di nada 3 lu atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah F.
g Gong suwukan adalah bernada 2 ro atau bila dikuasikan dalam
diatonis adalah Es. Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu
percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu diatonis yang harusnya jatuh pada akord V diganti dengan
penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada diantaranya adalah C, Bb, A, F dan Es.
119 3
Pada lagu birama ke 9, 11, dan 13 seleh nada jatuh dinada 1 ji, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a Saron barung imbal di nada 5 ma, 3 lu, 2 ro, 1 ji atau
apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada A, F, Es D. b
Saron Penerus dipukul di nada 1 ji dan 6 nem atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada D dan Bb.
c Saron demung dipukul di nada 6 nem dan 5 ma atau bila
dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb dan A. d
Bonang barung dipukul di nada 1 ji dan bonang penerus dipukul di nada 6 nem atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah D
dan Bb. e
Kenong dipukul di nada 1 ji atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada D.
f Kempul dipukul di nada 6 nem atau bila dikuasikan dalam
diatonis adalah nada Bb. g
Gong suwukan bernada 2 ro atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Es.
Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu
diatonis yang harusnya jatuh pada akord VI dan V diganti dengan penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada
diantaranya adalah A, F, Es, D, Bb,dan Es.
120 4
Pada lagu birama ke 10, 14, 17-18, 21-22, 25-26, 29-30 seleh nada jatuh di nada 6 nem, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a Saron Barung dipukul imbal di nada 2 ro, 3 lu, 5 ma, 6 nem
apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Es, F, A, Bb. b
Saron Penerus dipukul di nada 6 nem dan 5 ma atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb dan A.
c Saron Demung dipukul imbal di nada 6 nem dan 5 ma atau
apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb dan A. d
Bonang barung dipukul di nada 5 ma dan 6 nem atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada A dan Bb.
e Kenong dipukul di nada 6 nem atau bila dikuasikan dalam
diatonis adalah nada Bb. f
Kempul dipukul di nada 6 nem atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb.
g Gong suwukan bernada 2 ro atau bila dikuasikan dalam diatonis
adalah nada Es. Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu
percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu diatonis yang harusnya jatuh pada akord VI diganti dengan
penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada diantaranya adalah Es, F, A, Bb,dan Es.
121 5
Pada lagu birama ke 12, dan 31-32 seleh nada jatuh di nada 5 ma, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a Saron barung dipukul imbal di nada 1ji, 2 ro, 3 lu, 5 ma
atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada D, Es, F, A. b
Saron Penerus dipukul di nada 7 pi dan 5 ma atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah C dan A.
c Saron Demung dipukul imbal di nada 5 ma atau apabila
dikuasikan dalam diatonis adalah nada A. d
Bonang barung dipukul dinada 3lu dan bonang penerus 5 ma atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada F dan A.
e Kenong dipukul dinada 5 ma atau bila dikuasikan dalam diatonis
adalah nada A. f
Kempul dipukul dinada 6 nem atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb.
g Gong suwukan bernada 2 ro atau bila dikuasikan dalam diatonis
adalah nada Es. Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu
percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu diatonis yang harusnya jatuh pada akord V diganti dengan
penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada diantaranya adalah D, Es, F, A, C dan Bb.
122 6
Pada lagu birama ke 15-16 seleh nada jatuh di nada 7 pi, sapat dijelaskan sebagai berikut :
a Saron barung dipukul imbal di nada 3 lu, 5 ma, 6 nem, 7 pi
atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah F, A, Bb, C. b
Saron penerus dipukul di nada 6 nem dan 7 pi atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah Bb dan C.
c Saron demung dipukul imbal di nada 6 nem, 5 ma, 7 pi atau
apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb, A, dan C. d
Bonang barung dipukul di nada 7 pi dan Bonang penerus di nada 6 nem atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada C
dan Bb. e
Kenong dipukul di nada 7 pi atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada C.
f Kempul dipukul di nada 6 nem atau bila dikuasikan dalam
diatonis adalah nada Bb. g
Gong suwukan bernada 2 ro atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Es.
Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu
diatonis yang harusnya jatuh pada akord V diganti dengan penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada
diantaranya adalah F, A, Bb, C, dan Es.
123 7
Pada birama terakhir lagu ditutup dengan dipukulnya Gong ageng yang bernada 5 ma sangat rendah atau bila dikuasikan dalam
diatonis adalah nada A sangat rendah.
124
BAB V PENUTUP