Tangganada Diatonik KAJIAN TEORI

27 Dalam kesenian Badutan memang tidak semua perangkat gamelan lengkap dipakai. Adapun dalam kajian ini, penelitian difokuskan untuk membahas melodi, harmoni, irama, dan tempo dalam karakter tangganada pentatonik yang dimainkan dalam setiap alat musik Gamelan Jawa yang dipakai dalam kesenian Musik Tradisi Badutan. Antara lain : 1. Saron Barung 2. Saron PenerusPeking 3. Saron Demung 4. Kenong 5. Kempul 6. Bonang Barung 7. Bonang Penerus 8. Gong 9. Kendang jaipong

F. Tangganada Diatonik

Menurut Prier 2011:32 Tangganada Diatonik adalah istilah untuk tangganada dengan tujuh nada “natural” Heptatonik, dengan langkah- langkah satu atau setengah nada. Berdasarkan uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tangganada diatonik adalah tangganada yang melewati jarak interval satu nada dan setengah nada. Tangganada Diatonik ada 2 macam, antara lain : 1. Tangganada Mayor 28 Mayor sejak dulu ditafsirkan sebagai gembira, menyenangkan Prier,2011:112. Jarak interval tangganada mayor dalam 1 oktaf adalah sebagai berikut: 1 – 1 – ½ - 1 – 1 – 1 – ½ Berikut salah contoh notasi musik susunan tangganada mayor : Gambar 3. Notasi Musik Tangganada Mayor Natural C Mayor dok. Marlina 2015 2. Tangganada Minor Menurut Prier 2011:112 tangganada minor ada beberapa macam, antara lain : a. Minor Asli Tangganada minor asli adalah la-si-do-re-mi-fa-sol-la Gambar 4 . Contoh Tangganada a minor asli dok. Marlina 2015 b. Minor Harmonis Tangganada minor harmonis adalah la-si-do-re-mi-fa-sel-la Gambar 5. Notasi Musik Tangganada a minor harmonis dok. Marlina 2015 c. Minor Melodis Tangganada minor melodis adalah la-si-do-re-mi-fi-sel-la Gambar 6. Notasi Musik Tangganada a minor melodis dok. Marlina 2015 29 Adapun dalam kajian ini, penelitian difokuskan untuk membahas melodi, harmoni, irama, dan tempo beberapa lagu yang dinyanyikan oleh pesinden dalam tangganada diatonik dalam kesenian Musik Badutan. G. Musik Tradisi Badutan Musik Badutan adalah perkembangan dari musik karawitan. Seluruh instrumen musik yang ada dalam kesenian badutan sama dengan karawitan. Hanya saja kesenian badutan dibawakan dengan format instrumen gamelan yang lebih kecil. Karena tidak semua instrumen gamelan format besar digunakan. Musik Badutan sering juga disebut dengan Sragenan. Disebut sragenan karena musik ini adalah perkembangan kesenian karawitan yang berkembang di daerah Sragen Jawa Tengah. Pemberian nama badutan pada musik ini sesuai dengan arti kata badut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia badut diartikan sebagai pelawak atau berbuat yang lucu-lucu 2005:85. Hal ini sesuai dengan ciri khas kesenian badutan dimana seorang pesinden seringkali membawakan lagu dengan gaya yang jenaka. Sesekali pesinden melawak dan menggoda para penonton maupun para niyaga yang ada disekitarnya. Musik Badutan sering disajikan pada acara pernikahan atau khitanan. Musik Badutan dibawakan oleh kurang lebih 10-15 niyaga dengan pesinden kurang lebih 3 orang. Kostum yang dikenakan yaitu kebaya untuk pengrawit perempuan dan pesinden, serta beskap untuk 30 pengrawit laki-laki. Dalam perkembangannya kini musik badutan tidak hanya ada di Sragen Jawa Tengah namun sudah berkembang ke daerah- daerah lain sekitarnya. Pada awalnya kesenian badutan hampir sama dengan karawitan pada umumnya. Namun, kini musik badutan semakin berkembang menurut perkembangan zaman dan selera masyarakat. Musik badutan kini menjadi sangat berbeda dengan karawitan pada umumnya. Musik badutan sangat tidak terbatas dalam membawakan lagu. Lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu yang sedang populer di Indonesia. Lagu yang dibawakan sangat beragam mulai dari lagu campursari, lagu pop, lagu dangdut, dan lagu keroncong. Namun, uniknya seluruh perangkat alat musik badutan adalah murni alat musik gamelan Jawa yang sama dengan karawitan pada umumnya. Dengan alat musik yang menggunakan gamelan jawa dengan laras pelog dan slendro, musik Badutan menjadi sangat unik karena sebagian besar lagu- lagunyanyian yang dibawakan adalah lagu-lagu yang menggunakan tangganada diatonis. Adapun dalam kajian ini penelitian difokuskan untuk membahas salah satu kelompok Musik Badutan yaitu kelompok kesenian Palupi Laras yang beralamat di Desa Bakalan Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah. Salah satu kelebihan dari kelompok ini dibanding dengan kelompok yang lain adalah adanya penabuh kendang jaipong yang tergolong masih muda yang menjadikan pembawaan dalam memainkan kendang jaipong tergolong lebih variatif dan meriah dalam sebuah 31 pertunjukan musik Badutan. Hal itulah yang membuat kesenian Palupi Laras menjadi lebih gayeng atau seru dibanding kelompok Badutan yang lain. H. Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan berisi literatur-literatur yang terkait dengan objek bahasan. Melalui literatur ini diharapkan dapat membantu penulis untuk meneliti sisi lain yang belum pernah diteliti oleh penulis lain. Berikut adalah deskripsi berbagai tulisan tersebut. 1. Yugo Pratomo dalam penelitian tentang “Bentuk Penyajian Musik Iringan Kesenian Tayub di Kabupaten Sragen” tulisan ini mengulas mengenai bentuk penyajian dari kesenian Tayub di kabupaten Sragen serta unsur-unsur musik seperti melodi, irama, tekstur, tempo dan dinamik yang ada dalam kesenian Tayub. Tayub merupakan salah satu hasil perkembangan dari Seni Gamelan di Jawa sama halnya seperti kesenian Badutan. Instrumen musik yang dipakai dalam Kesenian Tayub sama dengan instrumen yang dipakai dalam kesenian Badutan. Maka dari itu, tulisan ini berfungsi bagi peneliti untuk membandingkan permainan dari masing-masing instrumen gamelan yang dipakai pula dalam kesenian Badutan serta unsur-unsur musik yang ada pula dalam kesenian Tayub dan kesenian Badutan. 2. Gatot Danar Sulistiyanto dalam penelitian tentang “Pendekatan Sinkretik sebagai Salah Satu Pengembangan Idiom Musik 32 Kontemporer” tulisan ini mengulas mengenai perkembangan Seni Gamelan Jawa yang bercampur dengan instrumen-instrumen modern dan karya musik kontemporer pada era modern. Tulisan ini bermanfaat bagi penulis untuk melihat reaksi dari masyarakat ketika tradisi murni yaitu gamelan Jawa kemudian dipadukan dengan musik- musik modern sehingga tercipta karya-karya musik kontemporer serta melihat bagaimana percampuran nada-nada yang terbentuk dari gamelan Jawa yang pentatonik dengan dicampur instrumen-instrumen modern yang diatonik. Dari kedua penelitian tersebut relevansinya bagi penelitian ini adalah untuk membandingkan karakter kesenian Tayub dan kesenian Badutan dalam hal instrumen gamelan yang dipakai serta unsur-unsur musik didalamnya. Kemudian untuk membandingkan karakter dari musik kontemporer hasil percampuran instrumen gamelan dengan instrumen- instrumen modern yang diatonik yang tercipta pula dalam karakter Kesenian Badutan. 33

BAB III METODE PENELITIAN