Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang dikenal memiliki suku bangsa dan kebudayaan yang beraneka ragam. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda dan memiliki ke khas-an masing-masing. Kebudayaan sendiri adalah kebiasaan yang dilakukan berdasarkan hasil olah budi pekerti dan akal pikiran. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan koentjaraningrat dalam Widyosiswoyo 2004:31, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budipekerti. Kebudayaan sendiri memiliki berbagai unsur. Menurut C. Kluckhohn dalam Noorkasiani dkk 2007:14 ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencarian hidup, sistem teknologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Salah satu unsur kebudayaan adalah kesenian. Kesenian berasal dari kata dasar seni. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hary Sulastyanto dkk 2007:2 Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia. Sedangkan kesenian adalah salah satu alat untuk mencurahkan makna, agar bisa ditumpahkan kepada manusia lain secara tuntas PutuWijaya, 2001:15. Kesenian sendiri terdiri dari berbagai macam. Antara lain : seni 2 patungpahat, relief, lukis dan gambar, rias, vokal, musik, bangunan, kesusastraan , dan drama. Musik adalah salah satu macam dari kesenian di Indonesia yang banyak mengalami perkembangan menurut tempat dan lokasinya. Di Indonesia setiap daerah dan pulau memiliki musik yang berbeda-beda dengan ciri khas masing-masing. Salah satu musik daerah asli Indonesia adalah kesenian Karawitan. Kesenian Karawitan dimainkan dengan menggunakan instrumen gamelan Jawa. Seni Gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi Bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni Purwadi dan Efendi Widayat, 2005:1. Kata karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit, yang berarti halus, dan Karawitan berarti kehalusan atau keindahan Prier, 2011: 85. Arti kata karawitan berkaitan dengan musik karawitan sendiri yang terkenal sebagai musik yang halus, cantik, dan indah. Karawitan di Indonesia juga berkembang berdasarkan tempat atau lokasinya. Perkembangan kesenian Karawitan pada masing-masing daerah memiliki perbedaan pada gaya dan macam instrument gamelan yang digunakan. Karawitan di Indonesia sendiri terbagi berdasarkan tempat berkembangnya. Seperti yang dijelaskan Wisnusubroto dalam Purwadi dan Efendi Widayat 2005;6 there are several gamelan ensembles in Indonesia among them are: Gamelan Jawa Java from CentralEast Java, Gamelan Sunda from 3 West Java, Gamelan Bali from Bali, Gamelan Kodhok Ngorek special small ensemble for ceremony, Gamelan Monggang special small ensemble for ceremony, Gamelan Carabalen special small ensemble for ceremony, Gamelan Sekati special ensemble played once a year during mauludsekaten celebration the birthday of the prophet Mohammad SAW, Gamelan Sengganen gamelan with thick glass keys, Gamelan Jemblung bamboo instruments from Bagelen, Gamelan Bumbung bamboo idiochord instruments from Kediri. Gamelan Jawa adalah karawitan yang berasal dari Jawa Tengah. Secara filosofis, gamelan Jawa merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa Purwadi dan Efendy Widayat,2005 : 2. Gamelan Jawa yang lengkap terdiri dari kurang lebih 72 instrumen dan dapat dimainkan oleh niyaga penabuh dan pesinden sekitar 10-15 orang disertai dengan gerong. Instrumen dalam gamelan Jawa secara lengkap terdiri atas : 1. Instrumen Gamelan Slendro antara lain : Gender Barung Slendro, Gender Slendro Penerus, Bonang Penembung Slendro, Bonang Slendro Barung, Bonang Penerus Slendro, Gambang Slendro, Clempung Slendro, Slemtem Slendro, Demung Slendro, Saron Barung Slendro, Saron Peking Slendro, Suling Slendro, Kempul 1 Slendro, Kempul 6 Slendro, Kempul 5 Slendro, Kempul 3 Slendro, Kempul 2 Slendro, Kenong 1 Slendro, Kenong 6 Slendro, Kenong 5 Slendro, Kenong 3 Slendro, Kenong 2 Slendro, Kethuk Slendro, Penonthong 5 Slendro, Penonthong 3 Slendro, Engkuk, Kemong,. 2. Instrumen Gamelan Pelog, antara lain : Gender Pelog 6, Gender Pelog Barang, Gender Pelog 6 Penerus, Gender Pelog Barang Penerus, Bonang Penembung Pelog, 4 Bonang Barung Pelog, Bonang Penerus Pelog, Gambang Pelog, Clempung Pelog, Slemtem Pelog, Demung Pelog, Saron Pelog, Saron Peking Pelog, Suling Pelog, Kempul 5 atau 6 Pelog kalau tumbuk 56, Kempul Barang 7 Pelog, Kempul 1 Pelog, Kempul 3 Pelog, Kempul 2 Pelog, Kenong Barang Pelog 7, Kenong 6 Pelog, Kenong 5 Pelog, Kenong 3 Pelog, Kenong 2 Pelog, Kenong 1 Pelog, Rancak Kempyang, Kethuk Pelog, Penonthong 4 Pelog, Penonthong 2 Pelog, 3. Instrumen yang dipakai baik dalam gamelan pelog maupun slendro, antara lain : Rebab, Kecrek, Kendang Gede, Kendang Ciblon, Kendang ketipung, Beduk Besar, Tambur,Gong suwukan, Gong Gede, Kemanak, Kecer Kombali, Kecer Bintang, Kecer Royeh, Kecer Bangkong, Kepyak, Gentha, Celuring, KeprakKothak, Zhiter. Gamelan Jawa sering digunakan sebagai pengiring dalam upacara adat, pengiring tarian Jawa dan pengiring dalam kesenian pertunjukan wayang. Gendhing karawitan Jawa ditinjau dari tangganada yang digunakan dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu gendhing pelog dan gendhing slendro. Karawitan adalah seni suara yang menggunakan laras slendro dan laras pelog baik suara manusia atau suara instrument gamelan Purwadi dan Efendy Widayat, 2005:14. Dalam pertunjukannya, niyaga dan pesinden seluruhnya duduk. Untuk niyaga maupun gerong yang berjenis kelamin laki- laki harus duduk secara bersila. Dan bagi niyaga dan pesinden yang berjenis kelamin wanita diwajibkan untuk duduk secara bersimpuh. Kostum yang dikenakan selama pertunjukan oleh niyaga, pesinden 5 dan gerong adalah pakaian tradisi Jawa Tengah. Kebaya untuk wanita dan beskap untuk laki-laki. Dalam memainkan gendhing, seluruh niyaga, pesinden dan pengrawit diwajibkan untuk menjaga perilaku, sopan santun dan tata krama. Hal ini sesuai dengan ajaran kejawen atau kepercayaan masyarakat Jawa bahwa gamelan Jawa adalah sebagai warisan leluhur dan hasil cipta karya manusia yang harus selalu dihargai. Di masa kini, karawitan sudah banyak mengalami perkembangan. Salah satu musik hasil dari perkembangan musik karawitan adalah musik Badutan. Musik Badutan sering juga disebut dengan Sragenan. Disebut Sragenan karena kesenian ini berkembang sesuai gaya dan tradisi masyarakat Sragen, Jawa Tengah. Musik Badutan sudah ada dari ratusan tahun yang lalu. Musik Badutan pada umumnya dimainkan oleh kurang lebih 10 sd. 15 pengrawit, dengan jumlah penyanyisinden kurang lebih 2 sampai 3 orang. Pada awalnya musik badutan hampir sama dengan karawitan pada umumnya. Hanya perbedaannya, musik badutan ini dibawakan dengan gaya yang jenaka. Sesekali pesinden melawak dengan gaya khas menggoda para penonton maupun niyaga yang lain. Namun kini musik badutan sudah berkembang jauh sesuai perkembangan zaman dan selera masyarakat. Musik badutan kini menjadi sangat berbeda dengan karawitan pada umumnya. Lagu yang dibawakan dalam Kesenian Badutan adalah lagu-lagu yang sedang populer di Indonesia. Lagu yang dibawakan sangat beragam mulai dari lagu campursari, lagu pop, lagu dangdut, dan lagu keroncong. Namun, uniknya seluruh perangkat alat musik badutan adalah murni alat musik gamelan Jawa 6 yang sama dengan karawitan pada umumnya yakni instrumen gamelan Jawa pelog. Dengan alat musik yang menggunakan gamelan Jawa dengan laras pelog, musik Badutan menjadi sangat unik karena sebagian besar lagu- lagunyanyian yang dibawakan adalah lagu-lagu yang menggunakan tangganada diatonis. Hal ini menjadi sangat menarik untuk diteliti, bagaimana karakter penggabungan antara tangganada pentatonis dan diatonis yang dimainkan secara bersamaan. Karakter musik yang dimaksud adalah pada melodi, irama, harmoni, dan tempo. Meskipun terdengar tidak selaras, namun musik ini sangat populer dan digemari banyak masyarakat khususnya di daerah Sragen, Jumantono, dan daerah sekitarnya. Dalam penyebarannya, kini kelompok kesenian Badutan tidak hanya ada di Sragen Jawa Tengah, namun sudah meluas ke daerah-daerah yang lain. Salah satu kelompok kesenian yang mengangkat musik badutan dalam setiap pementasannya adalah kelompok kesenian Palupi Laras di Desa Bakalan, Jumapolo, Karanganyar. Pementasan musik badutan tersebut sangat digemari baik oleh seluruh lapisan masyarakat, baik anak-anak, kaum muda maupun kaum tua. Hal ini terlihat saat pertunjukan yang diadakan di Jumantono pada tanggal 3 Mei 2015, hampir seluruh penonton ikut berjoget mengikuti irama musik badutan dan menyaksikan pertunjukan hingga berakhir. Musik badutan merupakan musik daerah yang harus dijaga dan dilestarikan. Hal ini dikarenakan musik badutan merupakan aset bangsa 7 Indonesia dan mempunyai peran yang penting dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Selain itu, musik badutan dapat menjadi alat pemersatu masyarakat dalam menjaga komunikasi dan kerukunan antar warga.

B. Fokus permasalahan