Kualitas Laporan Keuangan Kajian Pustaka

Kriteria pemberian opini adalah evaluasi atas beberapa hal yaitu : 1. Sistem Pengendalian Intern. Salah satu kriteria pemberian opini adalah evaluasi atas efektivitas Sistem Pengendalian Intern. Pengendalian Intern pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dirancang dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP, SPI meliputi lima unsur pengendalian yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. SPI dinyatakan efektif bila mampu memberikan keyakinan memadai atas tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan entitas, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Kepatuhan Pemberian opini juga didasarkan pada penilaian kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Salah satu hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan berupa laporan kepatuhan. Laporan tersebut mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang- undangan yang mengakibatkan kerugian negara, potensi kerugian negara, kekurangan penerimaan, administrasi, ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan. 3. Kecukupan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa Presiden menyampaikan rancangan undang- undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, selambat- lambatnya enam bulan setelah tahun anggaran berakhir. Dalam Penjelasan Pasal 30 ayat 1 dan Pasal 31 ayat 1 undang- undang tersebut, dinyatakan bahwa pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK diselesaikan selambat-lambatnya dua bulan setelah BPK menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat. Selanjutnya BPK akan melakukan pemeriksaan laporan keuangan dan berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 pasal 17 Laporan hasil pemeriksaan atas laporan Keuangan Pemerintah Pusat disampaikan oleh BPK kepada DPR selambat-lambatnya 2 dua bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat www.bpk.go.id. Untuk Mendapatkan opini WTP tersebut dari BPK para pembuat Laporan Keuangan haruslah harus ekstra kerja keras untuk menghasilkan laporan yang berkualitas yaitu dengan cara patuh terhadap ketentuan perundang-undangan, penerapan Sistem Pengendalian Intern yang efektif dan kecukupan data untuk diungkap dalam laporan keuangan dengan tidak menimbulkan suatu pertanyaan bagi pihak Inspektorat maupun BPK dan yang lebih penting adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban Kuasa pengguna Anggaran atas dana yang dipercayakan dari rakyat untuk dikelola dengan baik. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor. 171PMK.052007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat disebutkan bahwa Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Neraca yang digunakan untuk menyusun Laporan Keuangan menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah yaitu aset, utang dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Nilai Aset yang terdapat dalam Neraca Keuangan antara lain didapatkan dari Laporan Barang Milik Negara. Menurut Peraturan Dirjen Kekayaan Negara Nomor PER- 07KN2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Rekonsiliasi Data Barang Milik Negara dalam rangka Penyusunan Laporan Barang Milik Negara dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat pasal 1, Laporan Barang Milik Negara adalah laporan yang menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir suatu periode serta mutasi BMN yang terjadi selama periode tersebut. Laporan BMN disusun setiap semester sehingga dalam satu tahun anggaran, disusun 3 tiga macam Laporan BMN yaitu Laporan Semester 1. Laporan Semester 2 dan Laporan Tahunan. Laporan BMN merupakan bagian dari Laporan Keuangan yang disusun setiap satu semester. Pada akhir semester harus dilakukan rekonsiliasi pada data BMN dengan data Keuangan. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102PMK.052009 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, rekonsiliasi Barang Milik Negara adalah proses pencocokan laporan nilai BMN dengan nilai yang dikeluarkan dengan APBN atau antara dua unit pemroses atau lebih terhadap sumber yang sama. Meskipun rekonsiliasi dapat menjamin kecocokan data yang diproses, proses rekonsiliasi tidak menggugurkan kewajiban penyusunan Laporan BMN dan Laporan Keuangan. Untuk mendapatkan laporan keuangan yang berkualitas maka dilakukan Rekonsiliasi yang dilakukan pada Neraca BMN dengan Neraca Keuangan secara internal tiap Instansi Rekonsiliasi Internal. Rekonsiliasi internal dilakukan dengan mencocokkan nilai BMN pada neraca BMN dengan nilai BMN pada neraca keuangan. Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud dilakukan setiap bulan pada tingkat satuan kerja dan setiap semester pada tingkat satuan kerja, wilayah, eselon 1 dan Pengguna Barang. Setelah dilakukan rekonsiliasi internal, baru dilakukan Pemutakhiran dan Rekonsiliasi dengan KPKNL untuk tingkat satuan kerja dan Rekonsiliasi dengan DJKN untuk tingkat wilayah. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102PMK.052009 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disebutkan bahwa pemutakhiran data adalah kegiatan up-date data dan laporan BMN dengan cara melengkapi unsur- unsur data BMN, terkait adanya penambahan atau pengurangan nilai dan informasi lainnya tentang BMN. Pada tingkat satuan kerja, laporan yang disusun merupakan Laporan BMN tingkat Unit Kuasa Pengguna Barang UAKPB. Laporan BMN disusun setiap satu semester. Pada akhir semester UAKPB Kantor Pertanahan Kabupaten Kota melakukan rekonsiliasi data BMN dengan KPKNL, selanjutnya data hasil rekonsiliasi dikirimkan ke tingkat UAPPB- W Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan dikirimkan juga ke UAKPA untuk rekonsiliasi internal dalam rangka menyusun Neraca Keuangan. Data yang diterima oleh UAPPB-W digunakan untuk menyusun laporan BMN tingkat Wilayah. Setelah tersusun, dilakukan rekonsiliasi internal dengan UAPPA-W, rekonsiliasi dengan Kantor Wilayah DJKN untuk selanjutnya dikirimkan ke Unit Eselon I BPN. UAPPB-E1 melakukan rekonsiliasi dengan DJKN dan rekonsiliasi internal dengan UAPPA-E1 dan dilaporkan ke UAPB. Laporan keuangan yang berkualitas menunjukkan bahwa Kepala satuan kerja bertanggungjawab sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan kepadanya dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi. Definisi kualitas menurut Iman Mulyana 2010:96 adalah: “Kualitas diartikan sebagai kesessuaian dengan standar, diukur berbasis kadar ketidaksesuaian, serta dicapai melalui pemeriksaan” Berdasarkan pengertian diatas, kualitas merupakan suatu penilaian terhadap output pusat pertanggungjawaban atas suatu hal, baik itu dilihat dari segi yang berwujud seperti barang maupun segi yang tidak berwujud, seperti suatu kegiatan. Menurut Masmudi 2003:77 definisi laporan keuangan adalah “Laporan keuangan sektor publik pada hakekatnya merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat atas pengelolaan dana publik baik dari pajak, retribusi atau transaksi lainnya” Laporan keuangan merupakan suatu pernyataan entitas pelaporan yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negaradaerah selama suatu periode. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat adalah pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN. Secara umum para pengguna laporan keuangan sektor publik memerlukan informasi yang dapat membantunya untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi, sosial dan politik dan mengadakan evaluasi atas penggunaan sumber- sumber oleh pemerintah. Pengguna laporan keuangan juga perhatian terhadap rencana-rencana serta hasil dari pelaksanaan rencana-rencana tersebut, termasuk kinerja pemerintah dan kondisi keuangannya. Para pengguna laporan keuangan menginginkan laporan keuangan sektor publik dapat memberikan informasi mengenai: 1. Pengurusan dan ketaatan 2. Kondisi keuangan 3. Kinerja 4. Dampak ekonomi Adapun definisi laporan keuangan menurut Zaki Baridwan 2000: 17 “ Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan ” Dari kedua pengertian dari laporan keuangan menurut Masmudi dan Zaki Baridwan tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa Laporan Keuangan merupakan suatu ringkasan dari suatu proses pencatatan, suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan dan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat atas pengelolaan dana publik baik dari pajak, retribusi atau transaksi lainnya. Karakteristik kualitatif laporan keuangan Indra Bastian 2006:48: dapat dikategorikan sebagi berikut: 1. kualitas tertinggi; dapat dipahami dan berguna 2. kualitas primer; relevan nilai prediksi, nilai umpan balik, tepat waktu, andal daya uji, netral, tepat saji 3. kualitas sekunder; konsisten, komparatif 4. kendala; materialitas, konservatif, biaya manfaat Beberapa kualitas penting informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan menurut SAP yaitu dapat dipahami Understandability, relevansi Relevance, keterandalan Reliable dan dapat diperbandingkan Comparibility. Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat difahami oleh para pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekuan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. Dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaaan keuangan daerah disebutkan bahwa entitas pelaporan keuangan daerah adalah Pemerintah Daerah secara keseluruhan. 1. Alasan dibuatnya laporan keuangan: a. Internal i. Alat pengendalian; ii. Evaluasi kinerja manajerial organisasi; b. Eksternal i. Bentuk mekanisme pertanggungjawaban. ii. Dasar pengambilan keputusan. 2. Laporan keuangan sektor publik paling tidak berbentuk: a. Laporan Posisi Keuangan Neraca; b. Laporan Kinerja Keuangan Laporan Surplus-DefisitLaporan Laba Rugi; c. Laporan Aliran Kas; d. Laporan Realisasi Anggaran; e. Laporan Perubahan AktivaEkuitas Netto; Indikator laporan keuangan sektor public yang berkualitas, menurut Goverment Accounting Standard Board 2009:54 adalah sebagai berikut: 1. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan fungsinya, laporan keuangan menggambarkan secara jujur semua transaksi dan peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan. 2. Hasil operasi yang dikerjakan satu periode penuh memenuhi persyaratan normatif yaitu relevan, andal, dapat dipercaya, dan dapat dibandingkan sehingga mendapatkan Opini dari Audit eksternal Wajar Tanpa Pengecualian WTP. 3. laporan kondisi keuangan dapat disajikan secara transparan dapat dipahami dengan mudah, dan dipertanggungjawabkan 4. Melaporkan kondisi sumberdaya jangka panjang yang dapat membantu dalam mengambil keputusan, dan aktivitas yang berhubungan dengan keuangan pada periode berikutnya

2. Etika

Sikap pandang dan kepekaan terhadap etika yang dimiliki seseorang berinteraksi dengan nilai-nilai yang ditemuinya dalam profesinya, tak terkecuali profesi sebagai seorang pengelola aset. Interaksi ini menghasilkan suatu sikap dan orientasi etika yang baru, yang nantinya akan menentukan tindakan atau keputusannya sebagai pengelola aset dalam masalah etika. Etika sebagai pemikiran dan pertimbangan moral memberikan dasar bagi seseorang maupun sebuah komunitas dalam melakukan suatu tindakan. Sebegitujauh kemudian etika memberikan pedoman bagi seseorang atau komunitas untuk dapat menentukan baik buruk atau benar salahnya suatu tindakan yang akan diambil. Sebuah etika, hal yang perlu diperhatikan adalah konsep diri dari sistem nilai yang ada pada pengelola aset sebagai pribadi yang tidak lepas dari sistem nilai di luar dirinya. Tiap-tiap pribadi memiliki konsep diri sendiri yang turut menentukan perilaku etikanya, sesuai dengan peran yang disandangnya. Menurut Cohen et al.1980:171, setiap tindakan individu pertama- tama ditentukan oleh kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut, setelah berinteraksi dengan pengalaman- pengalaman pribadi dan sistem nilai individu, akan menentukan harapan-harapan atau tujuan-tujuan dalam setiap perilakunya, sebelum akhirnya individu tersebut menentukan tindakan apa yang akan dilakukan. Masalah etika merupakan masalah yang selalu dihadapi dalam profesi akuntansi karena akuntansi memiliki dua tuan yang harus dilayaninya, yaitu klien dan masyarakatpublik. Hal ini berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang wajarfair Shaub: 1993:146. Pendapat ini didukung oleh Wahyudi Prakarsa yang menyatakan bahwa seorang auditor memikul tanggung jawab ganda, pertama kepada para nasabahklien yang membayar fee untuk pekerjaan profesional yang dilakukan, dan kedua kepada publik untuk melaporkan fairness dari laporan keuangan. Beberapa peneliti menemukan bahwa perilaku etis dipengaruhi secara signifikan oleh pihak lain yang dihadapi dalam lingkungan profesinya tanpa memperhatikan apakah perilakunya sesuai dengan kode etik atau tidak. Tingkat pengaruh itu mungkin dipengaruhi oleh kedekatan hubungan antara organisasi dengan pihak lain yang berkaitan, dengan pihak yang berkuasa baik dari dalam organisasi, seperti pimpinan organisasi maupun di luar organisasi, seperti pemerintah, Kantor Akuntan lain, dan sebagainya Finn et al. 1988:25. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Shaub dan Finn 1993:146 menunjukkan bahwa orientasi etika yang dibentuk oleh lingkungan budaya dan pengalaman pribadi tidak hanya berpengaruh terhadap sensitivitas etika pengelola aset namun juga berpengaruh terhadap tingkat komitmen organisasi maupun komitmen profesinya. Indikator Etika Pengelola Aset Barang Milik Negara sebagai berikut : 1. Bekerja dengan penuh pengabdian dan tanggungjawab.