BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Gang Ksatria Kelurahan Sei Mati
Sejarah berdirinya daerah Sei Mati ini diawali ketika pada zaman penjajahan Belanda. Perkebunan yang dikelola Belanda memerlukan tenaga kerja
dalam mengerjakan perkebunan tersebut, oleh karena itu banyak pekerja yang berdatangan ke kota Medan. Diantara para pekerja tersebut terdapat pekerja-
pekerja yang berasal dari daerah Mandailing. Seiring berjalannya waktu, maka semakin bertambah jumlah tenaga kerja
yang diperlukan pada sektor perkebunan milik Belanda tersebut. Hal ini juga mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah tenaga kerja yang berasal dari
daerah Mandailing. Karena mayoritas berasal dari Mandailing dan sebagian besar beragama islam, maka mereka pergi menghadap Sultan Deli. Mereka beranggapan
tentunya Sultan Deli yang beragama Islam juga akan membantu mereka. Sultan Deli kemudian memberikan pinjaman wilayah sebagai tempat tinggal para pekerja
yang berasal dari daerah Mandailing tersebut. Wilayah tersebut merupakan lahan kosong yang ada di sekitar Sungai Mati dan posisinya berada dekat dengan istana
kesultanan. Keberadaannya yang dekat dengan aliran Sungai Mati, maka pada saat sekarang ini wilayah tersebut dikenal dengan wilayah Sei Mati dan berada di
bawah naungan kecamatan Medan Maimoon. Kelurahan Sei Mati ini terdiri dari 12 lingkungan. Gang Ksatria yang
merupakan daerah fokus penelitian berada di lingkungan XII, , Gang Ksatria hanya memiliki luas 7 hektar , dimanapemanfaatan areal ini adalah 2,5 Ha untuk
Universitas Sumatera Utara
areal perkuburan dan 3,5 Ha untuk hunian warga. Gang Ksatria memiliki penduduk yang berasal dari berbagai suku. Suku yang paling dominan adalah
suku Minang. Suku Minang pada masyarakat Gang Ksatria sangat menonjol dan berkuasa baik di bidang sosial dan agama. Agama mayoritas di Gang Kstaria
adalah agama Islam. Penuturan salah satu tokoh masyarakat yaitu Ibu Nurbaiti Mak Inong mendeskripsikan nama gang kesatria berawal dari penduduk yang
menetap di gang ini pada umumnya merupakan penjaga istana maimun pada zaman penjajahan belanda, serta penduduknya yang berjiwa kesatria. Gang ksatria
sebelumnya bernama pawang lela dimana penduduknya bekerja di usaha sektor ekonomi informal atau pekerja home industri seperti kuli sendok. Kemudian
masyarakat gang ini yang memiliki jiwa kesatria menjadikan gang ini bernama kesatria yang artinya penduduk penjaga istana maimun berjiwa kesatria.
Sumber wawancara dengan Mak Inong 16 Juni 2014
4.2 Profil Gang Ksatria Kelurahan Sei Mati 4.2.1. Letak Geografis