“Masalah pekerjaan karena kebanyakan disini warga buka usaha kecil- kecilan bapak lihat dari yang jualan lontong samapai kelontong. Ada
juga masalah pergaulan anak-anak juga yang sudah mulai bahaya, kenapa bapak bilang seperti iyu karena daerah ini narkoba sudah
banyak beredar”.
Permasalahan ekonomi dapat menjadi dasar bagi kekerasan dalam bidang lain seperti kekerasan politik dan sosial. Ada beberapa kekerasan dalam bidang
ekonomi yang menjadi ketertarikan peneliti dalam melihat kekerasan pada masyarakat marginal, yaitu sektor formal, informal dan sektor informal yang tidak
sah.
1. Sektor Formal
Jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor formal sbetulnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan tenaga kerja di sektor informal. Kecendrungan tindakan
kekerasan dan eksploitasi pun terjadi disana. Bentuk-bentuk kekerasan dan eksploitasi adalah upayah yang rendah, diskriminasi berlatar belakang ras atau
etnis dalam lingkungan pekerjaan, minimnya langkah antisipasi terhadap resiko kecelakaan kerja yang seharusnya menjadi kewajiban perusahaan, hingga
perlakuan perusahaan, hingga perlakuan perusahaan yang kurang manusiawi terhadap para buruh yang bekerja. Perkembangan populasi yang bekerja di sektor
formal akan berkembang seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri. Dari hasil yang didapat peneliti dilapangan bahwa ada beberapa kategori
masyarakat marginal yang bekerja di sektor formal yaitu pelayan toko penjaga, buruh pabrik dan pengawas, mandor serta pekerja administrasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Sektor Informal
Keberadaan sektor informal tidak dapat dilepaskan dari proses pembangunan kota. Peningkatan model pembangunan yang mengarah pada aspek
pertumbuhan ekonomi memandang industrialisasi merupakan hal yang baik menuju tingkat penghidupan yang lebih baik. Namun percepatan industrialisasi
berkaitan erat dengan masalah yang kompleks di seputar kemiskinan perkotaan yang diderita oleh masyarakat marginal. Industrialisasi seringkali dihadirkan
dengan cara menciptakan kawasan bebas pemukiman penduduk yang harus ditebus dengan penggusuran, hal ini juga terjadi pada masyarakat Lingkungan XII
Kelurahan Sei Mati, diamana keseluruhan penduduknya mendirikan bangunan pemukiman di atas lahan milik perusahaan swasta yang sewakru-waktu akan
menggusur para penduduk dari lahan tersebut. Terdapat pemikiran mengenai kaitan antara pembangunan dan sektor
informal.
1. Kehadiran sektor informal sebagai gejala transisi dalam proses pembangunan di
perkotaan. Sektor informal adalah tahapan yang harus dilalui dalam menuju tahapan modren.
2. Kehadiran sektor informal merupakan gejala adanya ketidakseimbangan kebijakan
pembangunan. Kehadiran sektor informal dipandang sebagai akibat kebijakan pembangunan yang dalam banyak hal lebih berat dala sektor modren atau industri
dari sektor pertanian Tadjuddin dalam Justin, 2005: 56. Sektor informal adalah sektor yang bertumpu pada kegiatan ekonomi
marginal kecil-kecilan dengan ciri-ciri sebagai berikut adapun beberapa ciri-ciri
Universitas Sumatera Utara
yang peneliti kemukaan merupakan hasil dari penelitian yang dilakuakn di Lingkungan XII terhadap masyarakat marginal sebagai pelaku ekonomi informal.
1. Kegiatan usahanya tidak mempergunakan fasilitas atau lembaga yang tersedia di
sektor formal. 2.
Tidak berizin usaha.
3. Pola usaha tidak teratur, baik lokasi maupun jam kerjanya
4. Skala operasinya kecil, karena modal dan perputarannya juga relatif kecil.
5. Tidak memerlukan pendidikan formal, karena hanya berdasarkan pengalaman
sambil bekerja dan kebanyakan usaha dari turun temurun keluarga. 6.
Pada umumnya bekerja sendiri, atau hanya dibantu pekerja keluarga yang tidak dibayar
7. Bermodal dari tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi.
3. Sektor Informal yang Tidak sah