Penggunaan Tandan Kosong Kelapa Sawit TKKS Sebagai Kompos Dengan Penambahan Bahan Organik

59

2.3.4.7 Penambahan Air, Mikroorganisme, dan Pencampuran Bahan Lain

Dua faktor desain yang menentukan penambahan air, mikroorganisme, dan pencampuran dengan bahan lain yang mengandung CN yang tinggi adalah kelembaban dan nilai CN. Untuk dapat mencapai CN yang optimum, kompos dapat juga dicampurkan dengan bahan-bahan yang mengandung sumber karbon yang tinggi seperti kertas, daun, kotoran hewan, dan lumpur dari instalasi pengoahan air limbah. Pencampuran dengan bahan lain menyebabkan pengontrolan terhadap kelembaban. Penambahan mikroorganisme juga dapat dilakukan untuk menghasilkan dekomposisi yang cepat.

2.3.4.8 Pengadukan

Pengadukan dilakukan untuk menambah atau mengurangi kelembaban pada kompos agar sampai pada kelembaban yang optimum.Pengadukan juga dapat dilakukan untuk meratakan distribusi nutrien untuk mikroorganisme.Pengadukan merupakan faktor yang penting dalam mengontrol kelembaban, kebutuhan udara atau oksigen untuk keadaan aerob. Untuk kompos dengan menggunakan sampah organik membutuhkan 15 hari periode pengomposan dengan kelembaban 50 -60 dan pengadukan lebih baik dilakukan setelah hari ketiga dan dilakukan setelah hari itu sampai mendapatkan pengadukan 4 – 5 kali [22]. pengadukan sangat berpengaruh pada pencapaian suhu yang maksimum dan memperpanjang periode pengambilan oksigen[26].

2.4 Penggunaan Tandan Kosong Kelapa Sawit TKKS Sebagai Kompos Dengan Penambahan Bahan Organik

Banyak penelitian terdahulu dilakukan untuk pengolahan kompos dari TKKS.Zahrim dan Asis 2010 melakukan penelitian mengenai produksi semi- kompos tandan kosong kelapa sawit tanpa diparut dengan mencampurkan POME.Dimana penelitian ini dilakukan tanpa memotong TKKS. Prosesnya dilakukan dengan metode open turned windrow dengan dimensi area panjang 4 m, tinggi 1,5 m dan lebar 40 m. Setiap windrow berisi sekitar 120 metrik ton TKKS dan 324 metrik ton POME. Proses pembalikan dilakukan pada hari ke- 10, 20, 30 60 dan 40 dan pengambilan sampel untuk analisa dilakukan di sembilan titik pada unit windrow. Gambar 2.2 dibawah ini adalah proses pembalikan menggunakan traktor dengan macerator. Gambar 2.2 Pembalikan Kompos TKKS-POME Menggunakan Traktor Dengan Macerator [2] Penelitian yang dilakukan oleh Kananam et all., 2011 adalah untuk mengetahui perubahan biokimia pengomposan TKKS dengan lumpur decanter dan kotoran ayam sebagai sumber nitrogen.Pada penelitian ini juga dilakukan penambahan tanah merah yang mengandung Fe, berfungsi untuk acceptor elektron mikroorganisme dalam kondisi anaerobik, dan lumpur decanter yang digunakan berasal dari limbah pabrik kelapa sawit.Untuk kondisi aerobik pada penelitian ini ditambahkan benih mikroorganisme yang terdiri dari jamur Corynascus sp., Scytalidium sp., Chaetomium sp., dan Scopulariopsis sp dan bakteri Bacillus sp, sedangkan untuk kondisi anaerobik benih mikroorganisme yang ditambahkan mengndung ragi Saccharomyces sp, bakteri asam laktat Lactobacillus sp, dan bakteri katabolisme protein Bacillus sp. 2.5Kematangan Kompos Agar dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman, kompos yang digunakan harus benar-benar stabil matang. Menurut Sahwan 2004 terdapat beberapa parameter yang digunakan sebagai indikator kematangan kompos yang terdapat pada tabel 2.2: Tabel 2.2. Parameter Kematangan Kompos [26] Parameter Indikator Suhu mendekati suhu udara ratio CN ≤ 20 penyusutan berat ≥ 60 61

2.6 Pemanfaatan Kompos