75 dan nutrisi tambahan. Apabila keduanya dicampur diharapkan kandungan nutrisi
telah cukup untuk mikroorganisme untuk dapat tumbuh dan mendegradasi Shredded TKKS menjadi kompos dengan pH keduanya bersifat basa sehingga
kompos yang dihasilkan memiliki pH yang sesuai dengan pH tanah.
4.2 Analisis Kompos Hasil dari Pengomposan TKKS Dengan POA
Kualitas kompos dari shredded TKKS akan dibahas pada sub bab ini berdasarkan percobaan yang dilaksanakan menggunakan komposter 3 dengan
volume komposter sebesar 0,476 m
3
, perlakuan pengadukan 5 hari sekali, tinggi komposter 3 m, kandungan kelembapan moisture content, MC dijaga 55-65 ,
dan berat awal shredded TKKS 240 kg. Adapun parameter-parameter yang dianalisis yakni suhu, MC, pH, CN, water holding capacity, bacterial count BC
electrical conductivity EC, dan kualitas kompos.
4.2.1 Profil dan Analisis Kompos Berdasarkan Suhu dan MC
Keberlangsungan proses pengomposan pada komposter dengan perlakuan sirkulasi tumpukan 5 hari sekali dapat dilihat dari perubahan suhu selama proses
pengomposan. Pengukuran suhu kompos setiap hari dilaksanakan pada pagi dan sore sedangkan analisa MC hanya dilakuakan pada pagi hari. Pada setiap
pengukuran, dibaca suhu dan MC dianalisis pada ketinggian 1 m, 2 m dan 3 m. Profil perubahan suhu dan MC yang disajikan pada gambar 4.1,
32 Gambar 4.1 Profil suhu pengomposan Shredded TKKS pada komposter 3 dengan sirkulasi tumpukan 5 hari sekali dan penambahan POA 34
Liter
10 20
30 40
50 60
70 80
90
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
65 70
75 80
85 90
95 100
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Suhu pagi ketinggian 1 m Suhu pagi ketinggian 2 m
Suhu pagi ketinggian 3 m Suhu sore ketinggian 1 m
Suhu sore ketinggian 2 m Suhu sore ketinggian 3 m
MC ketinggian 1 m MC ketinggian 2 m
MC ketinggian 3 m S
uhu
o
C
Moi stur
e C ont
ent
Waktu Pengomposan hari
33 Pada gambar 4.1 dilihat suhu awal adalah 37
o
C, setelah itu suhu mengalami kenaikan setelah di campur POA. Selama pengamatan suhu pagi pada
komposter mengalami kenaikan hingga 4 hari pertama, menjadi 47
o
C pada
ketinggian 1 m, 49
o
C pada ketinggian 2 m, dan 48
o
C pada ketinggian 3 m, hal ini mencerminkan mikroba pendekomposisi aktif di dalam komposter. Sedangkan
selama pengamatan suhu sore pada komposter juga mengalami kenaikan hingga 4 hari pertama, menjadi 49,5
o
C pada ketinggian 1 m, 48
o
C pada ketinggian 2 m, dan 49
o
C pada ketinggian 3 m, hal ini mencerminkan mikroba pendekomposisi aktif di dalam komposter. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Sahwan et
al., bahwa salah satu produk dekomposisi pada proses pengomposan adalah panas. Adanya suhu yang tinggi pada proses pengomposan sangat penting untuk proses
higienisasi yaitu untuk membunuh bakteri patogen. Proses pengomposan umumnya berlangsung pada kombinasi suhu termofilik dan mesofilik [27].
Profil suhu cenderung menurun selama proses pengomposan walaupun ada beberapa titik yang naik tetapi relatif kecil seperti pada 11-12 hari, 23-24 hari,
29-30 hari, dan 32-33 hari pada ketinggian 3 m, 16-17 hari, 20-21 hari, 30-31 hari, dan 33-34 hari pada ketinggian 2 m, serta 13-14 hari, 15-16 hari, 26-27 hari, dan
29-30 hari pada ketinggian 1 m. Suhu rata-rata maksimum pada pengomposan ini adalah 48
o
C pada pagi hari dan suhu rata-rata maksimum untuk sore hari adalah 48
o
C. Setelah itu, suhu perlahan mulai menurun sampai hari ke-40 . Hal ini sesuai dengan yang
dilaporkan oleh Shen et al. dan Siong et al, mereka menyatakan bahwa setelah peningkatan suhu yang cepat selanjutnya perlahan-lahan suhu akan menurun dan
ini mengindikasikan bahwa proses degradasi melambat seiring dengan menipisnya ketersediaan nutrisi [30,31].
MC adalah parameter penting untuk mengoptimalkan proses pengomposan. Menurut Siong et al., ketergantungan mikroba terhadap air untuk
mendukung pertumbuhannya dapat mempengaruhi biodegradasi bahan-bahan organik [31]. Pada penelitian ini, penambahan POA ke Shredded TKKS selain
untuk menambah mikroba dan nutrisi, juga untuk mempertahankan nilai MC berkisar 55-65. Profil hasil analisa MC pada komposter 3 dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
34 Pada Gambar 4.1, terlihat profil MC terhadap waktu pengomposan. MC
awal sebelum penambahan POA adalah 51 , lalu ditambahkan POA sebanyak 8 liter sehingga nilai MC menjadi 58,4 pada ketinngian 1 m; 55,9 pada
ketinngian 2 m; dan 55,6 pada ketinggian 3 m. Hal tersebut sesuai dengan yang dilaporkan Tiquia et al. bahwa tingginya suhu dalam pengomposan bisa
menyebabkan hilangnya air terus-menerus dalam bentuk penguapan [40]. MC akhir ketinggian 1,2, dan 3 meter diperoleh sebesar 50,5 , 52,0 dan
49,2 . Nilai ini mendekati dengan nilai MC yang dipoeroleh pada penelitian- penelitian sebelumnya. Seperti yang dilaporkan Siong et al. 2009, diperoleh MC
50 , dan Bahruddin et al 2010, memperoleh MC sebesar 52 [31,10]. Tiquia et al. 2001, juga melaporkan bahwa kadar air sekitar 40 sampai 60 diperlukan
untuk kelangsungan hidup mikroorganisme sementara itu kadar melebihi 80 bisa membunuh mikroba aerobik karena kekurangan udara [32]. Oleh karena itu,
penambahan POA sangat penting untuk mempertahankan aktifitas biologis serta menyediakan sumber nitrogen.
4.2.2 Analisis Kompos Berdasarkan pH