BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Sejarah Singkat Surakarta.
1. Sejarah Kelahiran Surakarta.
Sejarah kelahiran Kota Surakarta Solo dimulai pada masa pemerintahan Raja Paku Buwono II di Keraton Kartosuro. Pada masa itu terjadi pemberontakan
Masa Gerendi Sunan Kuning dibantu kerabat-kerabat Keraton yang tidak setuju dengan sikap Paku Buwono I yang mengadakan kerjasama dengan Belanda. Salah
satu pendukung pemberontakan itu adalah Pangeran Samber Nyowo RM Said yang merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh Keraton Kartosuro
kepada ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Paku Buwono II mengungsi ke daerah Jawa Timur Pacitan dan Ponorogo.
Dengan bantuan pasukan Kumpeni dibawah pimpinan Mayor Baron van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo pemberontakan berhasil
dipadamkan. Setelah itu Keraton Kartosuro dihancurkan Paku Buwono II lalu memerintahkan Tumenggung Wijil untuk mencari lokasi ibu kota Kerajaan yang
baru. Pada tahun 1745, dengan berbagai pertimbangan fisik dan supranatural, Paku
Buwono II memilih desa Sala sebuah desa di tepi sungai Bengawan Solo sebagai daerah yang terasa tepat untuk membangun istana yang baru. Sejak saat itulah, desa
Sala segera berubah menjadi Surakarta Hadiningrat.
Melihat perjalanan sejarah tersebut, nampak jelas bahwa perkembangan dan dinamika Surakarta Solo pada masa dahulu sangat dipengaruhi selain oleh Pusat
Pemerintahan dan Budaya Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran, juga oleh kolonialisme Belanda Benteng Verstenberg. Sedangkan pertumbuhan dan
persebaran ekonomi melalui Pasar Gede Hardjonagoro.
2. Letak Geografis.
Secara geografis Kota Surakarta berada antara 11004515 - 11004535 Bujur Timur dan antara 703600- 705600 Lintang Selatan, dengan luas wilayah
kurang lebih 4.404,06 Ha. Kota Surakarta juga berada pada cekungan di antara dua gunung, yaitu Gunung Lawu dan Gunung Merapi dan di bagian timur dan selatan
dibatasi oleh Sungai Bengawan Solo.
3. Aspek Lalu-lintas.
Dilihat dari aspek lalu lintas perhubungan di Pulau Jawa, posisi Kota Surakarta tersebut berada pada jalur strategis yaitu pertemuan atau simpul yang
menghubungkan Semarang dengan Yogyakarta JOGLOSEMAR, dan jalur Surabaya dengan Yogyakarta. Dengan posisi yang strategis ini maka tidak heran kota Surakarta
menjadi pusat bisnis yang penting bagi daerah kabupaten di sekitarnya.
4. Batas Wilayah.
Jika dilihat dari batas kewilayahan, Kota Surakarta dikelilingi oleh 3 kabupaten. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Karanganyar dan Boyolali,
sebelah timur dibatasi dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo, dan sebelah barat berbatasan
dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar.
5. Keadministratifan.
Sementara itu secara administratif, Kota Surakarta terdiri dari 5 lima wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan
Banjarsari. Dari kelima kecamatan ini, terbagi menjadi 51 Kelurahan, 595 Rukun Warga RW dan 2669 Rukun Tetangga RT.
6. Visi dan Misi Kota Surakarta.
a. Visi : Terwujudnya Kota Sala sebagai Kota Budaya yang bertumpu
pada potensi Perdagangan, Jasa , Pendidikan, Pariwisata dan Olah Raga.
b. Misi: Revitaisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen
masyarakat dalam semua bidang pembangunan, serta perekatan kehidupan bermasyarakat dengan komitmen cinta kota yang
berlandaskan pada nilai- nilai “Sala Kota Budaya”.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam pengusahaan dan pendaya gunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, guna
mewujudkan inovasi dan integrasi masyarakat madani yang berlandaskan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Mengembangkan seluruh kekuatan ekonomi Daerah, sebagai pemacu tumbuhan dan berkembangnya ekonomi rakyat yang berdaya saing tinggi, serta
mendayagunakan potensi pariwisata dan teknologi terapan yang akrab lingkungan Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan Hak Asasi Manusia dan
demokratisasi bagi seluruh elemen masyarakat, utamanya para penyelenggara pemerintahan.
B. Sejarah Singkat Rehabilitasi Centrum R.C.