37
4.5 ANALISIS SIFAT FISIK BIODIESEL
4.5.1 Analisis Densitas
Adapun hasil analisis densitas biodiesel dengan variasi jumlah katalis dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Densitas Biodiesel
Rasio Mol Alkohol Minyak
Waktu menit
Suhu
o
C Jumlah
Katalis Densitas
kgm
3
9:1 90
50 2
860,80 9:1
90 50
3 871,32
9:1 90
50 4
873,07 9:1
90 55
2 857,29
9:1 90
55 3
864,31 9:1
90 55
4 866,06
9:1 90
60 2
855,54 9:1
90 60
3 860,80
9:1 90
60 4
862,55 Hubungan antara jumlah katalis CaO terhadap densitas biodiesel dengan
berbagai variasi suhu reaksi pada kondisi waktu reaksi 90 menit dan perbandingan
rasio mol alkohol dan minyak 9:1 dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Hubungan antara Jumlah Katalis CaO dengan Densitas Biodiesel pada Kondisi Waktu Reaksi 90 Menit dan Perbandingan
Mol Alkohol terhadap Minyak 9:1
852 856
860 864
868 872
876
1 2
3 4
5
D en
sitas k
g m
3
Katalis CaO
50 55
60
o
C
o
C
o
C
Universitas Sumatera Utara
38 Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi jumlah katalis CaO
yang digunakan maka densitas yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena adanya molekul trigliserida yang tidak terkonversi dan
bercampur dengan metil ester sehingga menyebabkan densitas yang dihasilkan menjadi besar [54].
Densitas atau massa jenis menunjukkan perbandingan berat per satuan volume. Karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan
oleh mesin diesel per satuan volume bahan bakar. Jika biodiesel memiliki massa jenis melebihi ketentuan, akan terjadi reaksi tidak sempurna pada konversi
minyak. Biodiesel dengan mutu seperti ini tidak seharusnya digunakan untuk mesin diesel karena akan meningkatkan keausan mesin, emisi, dan menyebabkan
kerusakan pada mesin [19]. Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 04-7182-2012, densitas
biodiesel pada suhu 40
o
C adalah 850-890 kgm
3
[27]. Dari hasil penelitian untuk berbagai variasi yang dilakukan diperoleh densitas berkisar 855-874 kgm
3
. Dengan demikian biodiesel yang diperoleh telah memenuhi standar densitas
biodiesel.
4.5.2 Analisis Viskositas Kinematik
Adapun hasil analisis viskositas kinematik biodiesel dengan variasi jumlah katalis dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Viskositas Kinematik Biodiesel
Rasio Mol Alkohol
Minyak Waktu
menit Suhu
o
C Jumlah
Katalis t
rata-rata
detik Viskositas
Kinematik cSt
9:1 90
50 2
169 4,86
9:1 90
50 3
173 4,97
9:1 90
50 4
174 5,00
9:1 90
55 2
167 4,80
9:1 90
55 3
171 4,92
9:1 90
55 4
172 4,94
9:1 90
60 2
166 4,77
9:1 90
60 3
168 4,83
9:1 90
60 4
169 4,86
Universitas Sumatera Utara
39 Hubungan antara jumlah katalis CaO terhadap viskositas kinematik
biodiesel dengan berbagai variasi suhu reaksi pada kondisi waktu reaksi 90 menit dan perbandingan rasio mol alkohol dan minyak 9:1 dapat dilihat pada gambar
4.5.
Gambar 4.5 Hubungan antara Jumlah Katalis CaO dengan Viskositas Kinematik Biodiesel pada Kondisi Waktu Reaksi 90 Menit dan Perbandingan
Mol Alkohol terhadap Minyak 9:1 Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi jumlah katalis CaO
yang digunakan maka viskositas kinematik yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena penambahan katalis akan meningkatkan pertemuan
antar reaktan sehingga energi pengaktifannya juga menurun [54]. Viskositas merupakan salah satu parameter penting dalam kelayakan
penggunaan biodiesel dalam mesin diesel. Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler terhadap gaya gravitasi yang
biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk mengalir pada jarak tertentu. Jika viskositas semakin tinggi, tahanan akan semakin tinggi. Hal ini
sangat penting karena mempengaruhi kinerja injektor dalam mesin diesel [19]. Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 04-7182-2012, viskositas
kinematik biodiesel pada suhu 40
o
C adalah 2,3-6,0 mm
2
s [27]. Dari hasil penelitian untuk berbagai variasi yang dilakukan diperoleh viskositas kinematik
4.7 4.8
4.9 5.0
5.1
1 2
3 4
5
V is
k os
itas Kin
emat ik
mm
2
s
Katalis CaO
50 55
60
o
C
o
C
o
C
Universitas Sumatera Utara
40 berkisar 4,0-5,0 mm
2
s. Dengan demikian biodiesel yang diperoleh telah memenuhi standar viskositas kinematik biodiesel.
4.5.3 Analisis Kemurnian