Mahasiswa dan Kegiatan Pacaran

48 menyebabkan mahasiswa tersebut tetap melakoni kegiatan nongkrong dalam kurun waktu yang lama dan menjadi rutinitas harian. Gambar 6: mahasiswa dan nongkrong Sumber dokumen pribadi

3.3.2 Mahasiswa dan Kegiatan Pacaran

Mahasiswa yang pada umumnya berada dalam rentang umur 18-25 tahun adalah usia muda yang haus akan beragam kegiatan, salah satu kegiatan tersebut adalah ketertarikan dan hubungan terhadap lawan jenis atau pacaran. Pada satu sisi, kegiatan pacaran dapat meningkatkan semangat mahasiswa untuk ikut dan menyelesaikan kuliah dalam kurun waktu tertentu, hal ini didorong oleh rasa keinginan yang kuat untuk dapat menunjukkan kemampuannya dalam menyelesaikan masa perkuliahan tepat waktu namun disisi lain seorang Universitas Sumatera Utara 49 mahasiswa dapat menjalani waktu yang lama dalam menyelesaikan perkuliahan oleh karena kegiatan pacaran. Mahasiswa yang memiliki waktu studi berlebih dikarenakan pacaran disebabkan beragam hal, seperti pacaran satu kampus hingga pada putus pacaran. Pada kasus pacaran satu kampus mahasiswa dapat menjalani masa studi perkuliahan yang lama karena mahasiswa tersebut ingin memiliki waktu wisuda yang sama dengan pacarnya. Fauzi 24 tahun mengatakan bahwa : “Aku lama tamat karena nunggu pacarku, kan sedap kalo kami bisa wisuda sama-sama hwe … lagian namanya pacaran kemana-mana sama-samalah sampe kuliah dan wisuda pun sama-sama”. Dari pernyataan informan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan pacaran yang dilakoni informan berimbas pada masa perkuliahan walaupun mahasiswa tersebut dapat menyelesaikan studi tepat waktu namun hal tersebut tidak dilakukan karena adanya “ikatan pacaran” sehingga mahasiswa tersebut rela menunggu pacarnya untuk sama-sama tamat kuliah. Kegiatan pacaran yang dilakukan mahasiswa dalam lingkup kampus yang diisi dengan kegiatan secara bersama-sama seperti : pergi ke kampus bersama- sama, ke perpustakaan bersama-sama, pulang kuliah sama menyebabkan mahasiswa menjalani kegiatan perkuliahan sebagai bagian dari kegiatan pacaran dan melupakan esensi dari perkuliahan mencari ilmu, mengenai hal ini Fauzi mengatakan : “Namanya juga pacaran, ke kampus sama, ke perpus sama, pulang sama, kuliah sama, pokoknya semuanya samalah, kalo ngerjain tugas kuliah pun sama kan enak bisa diskusi sama pacar”. Universitas Sumatera Utara 50 Lain halnya dengan kondisi salah seorang informan bernama Edi 24 tahun yang menjalani perkuliahan dengan melakukan kegiatan pacaran satu departemen namun putus. Edi mengatakan : “Awalnya aja enak, abis putus jadi malas ke kampus-kampus lagi … kalo ke kampus kan jumpa sama dia, belum lagi kalo ada mata kuliah yang sama kan jumpa juga, jadi malaslah ke kampus”. Lebih lanjut Edi menceritakan : “Udah putus pun sering jumpa di kampus, belum lagi kawan- kawan kampus kalo jumpa sering ngejek “seeh si edi mana si anu ?, kan biasanya sama” karena sering kek gitu jadi malas ke kampus, kalo gak jumpa sama dia ya jumpa sama kawan- kawan kampus diejek”. Kondisi yang dialami informan penelitian menggambarkan bahwa kegiatan pacaran yang dilakoni mahasiswa berimbas pada sikap malas mahasiswa untuk datang ke kampus menjalani perkuliahan dan pada akhirnya mahasiswa tersebut menjalani masa kuliah yang berlebih atau melebihi tenggat masa studi. Gambar 7: mahasiswa dan kegiatan pacaran Sumber dokumen pribadi Universitas Sumatera Utara 51 Cepat tamatnya seorang maha siswa dapat dikategorikan suatu keberhasilan yang dicapai oleh mahasiswa tersebut di dalam pendidikannya. Keberhasilan tersebut diraih dengan banyak belajar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan studinya. Belajar merupakan suatu proses yang harus dijalani oleh seorang mahasiswa, di mana belajar membutuhkan waktu yang khusus untuk dapat benar-benar memahami apa yang menjadi bahan dari mata kuliah yang sedang dia jalani. Dengan tingginya intensitas mereka di dalam menjalani aktifitas-aktifitas di luar kelas, dengan sendirinya waktu untuk belajar menjadi terbekanglai. Tanpa disadari oleh mahasiswa dampak dari tingginya intensitas waktu di dalam menjalani aktifitas di luar kelas, antara lain : 1. berkurang waktu untuk belajar atau mempelajari bahan kuliah 2. rendahnya tingkat kehadiran di dalam mengikuti perkuliahan sehari-hari 3. kesehatan tidak terurus. Seperti yang dikatakan oleh Anton 23 tahun : “kalo suntuk di kos, aku kadang ke warnet ngambil paket malam. Kalo udah siap, paling nyari makan lalu pulang ke kos kawan atau kos ku tuk tidur”. Ketika ditanya lebih mendalam lagi, Anton menambahkan : “kek mana mau kuliah pagi, orang baru bangun awak malah mau tidur. Malas aja bawaannya kalo masih ngantok ini. kepala terasa berat, kalo jalan pun agak oyong dia”. Universitas Sumatera Utara 52 Berdasarkan dengan informasi yang didapat dari informan di atas, dapat ditarik gambaran dengan seringnya mahasiswa untuk tidak tidur sesuai dengan waktunya, selain berdampak terhadap kesehatannya juga dapat menghambat keinginan mereka untuk mengikuti kegiatan perkuliahannya. Kondisi tubuh atau kesehatan dari mahasiswa menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar dari mahasiswa tersebut. Semua hal yang diajarkan atau dijelaskan oleh dosen di dalam kelas, tidak akan masuk ke pikiran dikarenakan oleh kondisi fisik atau kesehatan mahasiswa itu tidak dalam kondisi yang benar-benar pulih untuk menangkap atau memahami semua penjelasan yang diberikan oleh dosen. Seperti yang ada di dalam peribahas Mens Sana In Corpore Sano yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat juga. Andri 24 tahun, salah satu informan menambahkan : “...yang kalo sakit masuk angin, demam udah biasa la ku alami. Kalo udah sakit ini, mau ngapain mau gak bisa. Bawaannya mau tidur aja, kek mana mau ke kampus itu?.gak mungkin la ku bante tidur di kelas, yang ada kenak tandai aja sama bapak itu. Dari pada bermasalah sama dia, mending aku gak hadir sekalian, kalo ada tugas tinggal tanyanya ama kawan-kawan”. Ketika ditanya lebih lanjut, Andri mengatakan : “kalo anak organ, anak game atau yang nongkrong- nongkrong mau sama kawan atau cewenya, sama aja. Kalo yang becewe, siang ampe sore dia sama cewenya. Malam lanjut lagi dia ama kawan maennya. Kalo udah gabung ama kawan, yang kombur teros ampe pagi. Kadang pun siang baru bangun” Universitas Sumatera Utara 53 Berdasarkan informasi yang didapat dari informan, mahasiswa diharapkan mampu mengatur waktunya di mana seharusnya waktu yang digunakan untuk belajar atau mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kuliahnya lebih besar atau tinggi intensitasnya dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Dengan penjadwalan waktu yang teratur, diharapkan mahasiswa tersebut dapat menyelesaikan studinya dengan waktu yang cepat. Universitas Sumatera Utara 54

BAB IV Alasan dan Dampak Mahasiswa Kuliah Melebihi Masa Tenggat