KONSEP KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DAN PEREKONOMIAN

BAB II KONSEP KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DAN PEREKONOMIAN

NEGARA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 J.O UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI Sebelum melangkah lebih jauh mengenai konsep kerugian negara akibat tindak pidana korupsi, akan diuraikan terlebih dahulu sebab-sebab terjadinya tindak pidana korupsi. Surachmin dan Suhandi Cahaya, dalam buku “Strategi Dan Teknik Korupsi”, mengungkapkan beberapa sebab korupsi diantaranya: 76 1. Sifat tamak dan keserakahan; 2. Ketimpangan penghasilan sesama Pegawai Negeri Pejabat Negara; 3. Gaya hidup konsumtif; 4. Penghasilan yang tidak memadai; 5. Kurang adanya keteladanan dari pimpinan; 6. Tidak adanya kultur organisasi yang benar; 7. Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai; 8. Kelemahan sistem pengendalian manajemen yang terdiri atas: a. Struktur organisasi b. Kebijakan c. Perencanaan harus realistis d. Prosedur yang sederhana e. Pencatatan harus lengkap dan informatif f. Pelaporan 76 Surachmin, dan Suhandi Cahaya, Strategi dan Teknik Korupsi Mengetahui dan Mencegah, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hal. 91-109. Universitas Sumatera Utara g. Penerimaan dan pemberhentian h. Supervisi dan review intern. 9. Manajemen cenderung menutup korupsi di dalam organisasi; 10. Nilai-nilai negatif yang hidup dalam masyrakat; 11. Masyarakat tidak mau menyadari bahwa yang paling dirugikan oleh korupsi adalah masyarakat itu sendiri; 12. Moral yang lemah; 13. Kebutuhan yang mendesak; 14. Malas atau tidak mau bekerja keras; 15. Ajaran-ajaran agama kurang diterapkan secara benar; 16. Lemahnya penegakan hukum mencakup beberapa aspek: a. Bisa tidak adanya tindakan hukum sama sekali terhadap pelaku korupsi; b. Tindakan ada tetapi penanganan di ulur-ulur dan sanksinya ringan; c. Tidak dilakukan pemindahan sama sekali, karena si pelaku mendapat backing dari jajaran tertentu atau tindak pidana korupsinya bermotifkan kepentingan untuk kelompok tertentu atau partai tertentu. 17. Sanksi yang tidak setimpal dengan hasil korupsi; 18. Kurang atau tidak adanya pengendalian 19. Pendapat pakar lain penyebab korupsi Pendapat lain tentang penyebab korupsi diantaranya dari Klitgaar, Hamzah, Lopa, World Bank, dalam Surachmin menyatakan bahwa penyebab korupsi adalah: a. Diskresi pegawai publik yang terlalu besar; Universitas Sumatera Utara b. Rendahnya akuntabilitas publik; c. Lemahnya kepemimpinan; d. Gaji pegawai publik dibawah kebutuhan hidup; e. Kemiskinan; f. Moral rendah atau disiplin rendah; g. Sifat konsumtif; h. Pengawasan dalam organisasi kurang; i. Atasan memberi contoh; j. Kesempatan yang tersedia; k. Pengawasan ekstern yang lemah; l. Lembaga legislatif lemah; m. Budaya memberi upeti; n. Permisif serba membolehkan; o. Tidak mau tahu; p. Keserakahan; q. Dan lemahnya penegakan hukum. Disisi lain juga dipengaruhi probabilitas ditangkap dan dihukum lebih rendah daripada keuntungan yang diperoleh, orang yang di lahan “basah” mesti menghidupi pegawai di atas dan di bawahnya, untuk duduk di tempat “basah” atau mendapat jabatan pegawai harus membayar korupsi untuk cost recovery, lingkungan tidak kondusif, para pegawai publik harus menjadi sumber dana organisasi, kondisi masyarakat yang lemah, tidak terorganisasi untuk melawan korupsi. Universitas Sumatera Utara Masyarakat Transparansi Internasional MTI yang dikutip Surachmin, menemukan sepuluh pilar penyebab korupsi di Indonesia yaitu sebagai berikut: a. Absennya kemauan politik pemerintah; b. Amburadulnya sistem administrasi umum dan keuangan pemerintah; c. Dominannya peranan militer dalam bidang politik; d. Politisasi birokrasi; e. Tidak independennya lembaga pengawas; f. Kurang berfungsinya parlemen; g. Lemahnya kekuatan masyarakat sipil; h. Kurang bebasnya media massa; i. Oportunitas sektor swasta. Adapun Ilham Gunawan yang dikutip oleh Surachmin, menyatakan bahwa korupsi dapat terjadi karena berbagai faktor antara lain : a. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi; b. Kelemahan ajaran-ajaran agama dan etika; c. Akibat kolonialisme atau suatu pengaruh pemerintah asing tidak menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi; d. Kurang dan lemahnya pengaruh pendidikan; e. Kemiskinan yang bersifat struktural; f. Sanksi hukum yang lemah; Universitas Sumatera Utara g. Kurang dan terbatasnya lingkungan yang anti korupsi; h. Struktur pemerintahan yang lunak; i. Perubahan radikal sehingga terganggunya kestabilan mental. Ketika suatu sistem nilai mengalami perubahan radikal, korupsi muncul sebagai suatu penyakit tradisional; j. Kondisi masyarakat, karena korupsi dalam suatu birokrasi bisa memberikan cerminan keadaan masyarakat secara keseluruhan. 20. Faktor politik; 21. Budaya organisasi pemerintah

A. Delik Kerugian Keuangan Negara Dalam Undang Nomor 31 Tahun