2.1.1.3. Cara penularan
Penularan Askariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan yaitu masuknya telur yang infektif ke dalam mulut bersama makanan atau minuman yang
tercemar, tertelan telur melalui tangan yang kotor dan terhirupnya telur infektif bersama debu udara dimana telur infektif tersebut akan menetas pada saluran
pernapasan bagian atas, untuk kemudian menembus pembuluh darah dan memasuki aliran darah.
Gambar 2.2 Sumber : Safar, Rosdiana Parasitologi Kedokteran.2009
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.4. Patologi dan Patogenitas
Infeksi yang disebabkan oleh Ascaris merupakan infeksi yang sangat umum. Kebanyakan penderitanya adalah anak-anak. Infeksi ini dapat
menimbulkan kematian, baik dikarenakan larva maupun cacing dewasanya. Larva cacing Ascaris lumbricoides dapat menimbulkan hepatitis, askariasis pneumonia,
juga kutaneus edema yaitu edema pada kulit, terhadap anak-anak dapat mengakibatkan nausea rasa mual, kolik mulas, diare, urtikaria gatal-gatal,
kejang-kejang, meningitis
radang selaput
otak juga
kadang-kadang menimbulkan demam, apatis, rasa mengantuk, strabismus mata juling, dan
paralisis kelumpuhan dari anggota badan. Terjadi hepatitis dikarenakan larva cacing menembus dinding usus dan terbawa aliran darah vena ke dalam hati
sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Stadium dewasa, biasanya terjadi gejala usus ringan. Pada infeksi berat,
terutama pada anak-anak dapat terjadi malabsorbsi yang memperberat malnutrisi karena perampasan makanan oleh cacing dewasa. Bila cacing dewasa menumpuk
dapat menimbulkan ileus obstruksi. Bila cacing nyasar ke tempat lain dapat terjadi infeksi ektopik pada apendiks dan ductus choledochus. Ascaris lumbricoides
dapat menghasilkan telur setiap harinya 20.000 butir atau kira-kira 2-3 buah telur tiap detik. Hal ini dapat menimbulkan anemia, dan dalam jumlah yang sangat
banyak dapat juga menyebabkan toksaemia karena toksin dari ascaris dan apendisitis yaitu disebabkan cacing dewasa masuk ke dalam lumen apendiks.
2.1.1.5. Diagnosis