b. Distribusi Frekuensi Kadar Eosinofil
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi kadar eosinofil siswa-siswi SDN 060923
Kecamatan Medan Amplas Kadar Eosinofil
Frekuensi Persentasi
Normal 27
49,1
Eosinofilia rendah 4
7,3
Eosinofilia sedang
17 30,9
Eosinofilia tinggi 7
12,7
Total 55
100
5.2 Hasil Analisa Statistik
Analisa statistik digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas askariasis dengan variabel terikat kadar eosinofil menggunakan uji Chi
– Square pada taraf α = 0,05. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu :
Tabel 5.6 Hubungan Kejadian Askariasis dengan Kadar Eosinofil di
SDN 060923 Kecamatan Medan Amplas tahun 2015 Askariasis
Kadar Eosinofil P
CI 95
Normal Eosinofilia
Rendah Eosinofilia
Sedang Eosinofilia
Tinggi P = 0,01
Positif
4 17
7
Negatif 27
Total 27
4 17
7
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan analisa tabel di atas, didapatkan dari 28 subjek penelitian yang terinfeksi cacing A. lumbricoides 4 subjek mengalami kenaikan eosinofilia
dengan rentang 4-5, 17 subjek mengalami kenaikan eosinofilia dengan rentang 6-9 dan 7 subjek mengalami kenaikan eosinofilia lebih dari 9 dari total
seluruh hitung jenis sel leukosit darahnya. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi
– Square diperoleh p = 0,01 yang artinya p 0,05 dapat dikatakan bahwa ada hubungan
bermakna antara Infeksi cacing A. lumbricoides Askariasis dengan kadar eosinofil.
5.3 Pembahasan Hasil Penelitian
5.3.1 Infeksi Cacing A. lumbricoides siswa-siswi SDN 060923 Kecamatan Medan Amplas
Hasil penelitian pada siswa SDN 060923 Medan Amplas menunjukkan bahwa dari 55 sampel yang dilakukan pemeriksaan feses di Laboratorium FK
USU didapatkan sebanyak 28 sampel yang positif terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides. Dari 28 sampel yang positif terdapat 15 siswa laki-laki dan 13 siswa
perempuan. Dapat disimpulkan bahwa siswa yang positif terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides kebanyakan siswa laki-laki. Hal ini dapat disebabkan karena siswa
laki-laki kurang menjaga higienitas pribadi, Menurut penelitian Nanda, 2011 didapatkan subjek yang mengalami
infeksi cacing sebanyak 14 orang 11,4 . Siswa yang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides sebanyak 10 orang 8,8, Trichuris trichiura 3 orang 2,6, dan
Cacing Tambang 1 orang 2,6 . Hasil penelitian pada murid sekolah dasar wajib belajar di wilayah Jakarta Utara sebanyak 102 sampel yang positif telur
cacing sebanyak 50 49,02 , Jakarta Selatan sebanyak 123 sampel yang positif telur cacing sebanyak 19 15,45 .
Dari hasil penelitian Teresia,2013 dkk jumlah sampel yang terinfeksi 14 sampel dari 80 sampel atau sekitar 14,75 . Hal ini disebabkan karena anak usia
Universitas Sumatera Utara
sekolah dasar SD merupakan golongan paling rentan terhadap cacingan, karena perilaku anak-anak yang tidak sehat antara lain sebelum makan dan sesudah
buang air besar tidak cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, kuku dibiarkan kotor dan bermain tanah di sekitar rumah.
Perbedaan angka infeksi kecacingan pada masing-masing penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi sanitasi lingkungan,
kebersihan diri perseorangan dan kondisi sekitar lingkungan tempat tinggal. Pada Ascaris lumbricoides dalam lingkungan yang sesuai 20-
2 ℃ telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang dari 3 minggu. Bentuk
infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus kemudian masuk ke usus besar menjadi dewasa dan menetap.
Usia anak sekolah paling rentan terjadi infeksi kecacingan karena aktivitas bermain dilakukan kontak dengan tanah diluar lingkungan sekolah yang tidak
diimbangi dengan kebiasaan mencuci tangan. Hal ini mengakibatkan telur Ascaris menempel di tangan akan tertelan ketika tangan yang sudah terinfeksi masuk ke
mulut. Selain kebiasaan bermain dengan tanah, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga dapat mempengaruhi terjadinya infeksi cacing. Usia anak
sekolah biasanya sering memasukkan tangan mereka ke dalam mulut atau makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah kontak dengan tanah. Akibatnya
telur-telur yang tertelan akan berkembang di usus.
5.3.2 Kadar Eosinofil siswa-siwi SDN 060923 Kecamatan Medan Amplas
Berdasarkan penelitian pada subjek yang mengalami askariasis sebanyak 28 dari 55 subjek mengalami peningkatan kadar eosinofil dalam darah. Sebanyak
4 dari 28 subjek mengalami peningkatan kadar eosinofil 4-5, 17 dari 28 subjek mengalami peningkatan kadar eosinofil 6-9 dan 7 dari 28 subjek mengalami
peningkatan kadar eosinofil lebih dari 9. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui 60 subjek yang mengalami peningkatan kadar eosinofil dalam kategori
eosinofilia sedang yaitu sebanyak 17 dari 28 subjek yang terinfeksi cacing A. lumbricoides.
Universitas Sumatera Utara
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Teresia, 2013 dari 14 siswa yang terinfestasi STH menunjukkan 13 siswa 92,9
terdapat eosinofilia dan hanya 1 siswa yang memiliki jumlah eosinofil normal. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Satti Abdulrahim dan
Annas Hamdoun 2011 yang mendapatkan hasil adanya eosinofilia pada anak yang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides.
Prosedur penelitian pada penelitian ini diawali dengan melakukan pemeriksaan feses pada 55 sampel kemudian dilakukan pemeriksaan eosinofil
pada siswa yang terinfeksi cacing dan yang tidak terinfeksi. Peningkatan eosinofil pada subjek yang terinfeksi cacing A. lumbricoides disebabkan oleh respon imun
tubuh terhadap infeksi cacing.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Jumlah sampel yang terinfeksi A. lumbricoides adalah 28 dari 55 sampel
sekitar 50,9. 2.
Jenis kelamin laki-laki paling banyak terinfeksi A. lumbricoides yaitu 15 dari 28 sampel yang positif.
3. Usia 8-9 tahun merupakan usia terbanyak infeksi A. lumbricoides yaitu 20
dari 55 sampel sekitar 69,1. 4.
Terdapat hubungan askariasis dengan kadar eosinofil pada siswa SDN 060923 Medan Amplas
6.2 Saran
1. Untuk pihak SDN 060923 Medan Amplas agar memberi pengetahuan dan
penyuluhan kepada setiap siswa-siswi pentingnya cuci tangan sebelum makan dan setelah melakukan berbagai aktivitas. Pihak Sekolah bersama-
sama para siswa menjaga kebersihan lingkungan sekolah agar dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi.
2. Perlu adanya kerja sama antara masyarakat dengan dinas kesehatan
setempat dalam memberikan pengetahuan dan himbauan agar sama-sama menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal, meningkatkan
kesadaran akan pentingnya hidup bersih dan sehat 3.
Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat dengan angka kejadian askariasis 50,9 yang cukup tinggi. Agar dilakukan program
pemeriksaan, pencegahan dan penanggulangan infeksi kecacingan khususnya A. lumbricoides dan dilakukan secara berkala.
4. Bagi Orangtua Siswa SDN 060923 Medan Amplas dihimbau agar selalu
menjaga kebersihan di lingkungan sekitar rumah dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Diharapkan orangtua berperan serta dalam
pencegahan infeksi kecacingan khususnya cacing A. lumbricoides.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Askariasis